Stabilitas Fisik Nanokrim TINJAUAN PUSTAKA

meningkatkan mobilitas dari rantai hidrokarbon yang memungkinkan penetrasi fase minyak yang lebih besar ke dalam wilayah lipofilik. Kosurfaktan dapat meningkatkan ketercampuran fase air dan fase minyak dengan cara partisi ke dua fase tersebut Azeem, Rizwan, Ahmad, Iqbal, Khar, Aqil, and Talegaonkar, 2009; Yadav, Singh, and Poddar, 2012.

C. Stabilitas Fisik Nanokrim

Nanokrim dengan basis emulsi dapat mengalami ketidakstabilan fisik, seperti flokulasi, koalesen, creaming, dan Ostwald ripening gambar 5. Fenomena ketidakstabilan tersebut dapat terjadi karena faktor lingkungan dan penyimpanan dalam waktu yang lama Tadros, 2013. Gambar 5. Skema fenomena ketidakstabilan nanoemulsi Tadros, 2013 Creaming dan sedimentasi merupakan pemisahan fase emulsi berdasarkan perbedaan bobot jenis antara fase internal dan fase eksternal. Jika bobot jenis fase internal lebih tinggi dari bobot jenis fase eksternal, maka akan terjadi sedimentasi. Sebaliknya, jika bobot jenis fase internal lebih rendah dari bobot jenis fase eksternal, maka akan terjadi creaming. Fenomena ketidakstabilan ini bersifat reversible, artinya fase internal akan terdispersi kembali ke fase eksternal jika dilakukan pengocokan. Kecepatan creaming dan sedimentasi dapat dijelaskan menggunakan Hukum Stokes Koroleva and Yurtove, 2012; Ali, Alam, Alam, Anwer, and Safhi, 2013. Berikut merupakan rumus hukum Stokes. v = 2 ρ− ρ g � Di mana v merupakan kecepatan creaming dan sedimentasi, r merupakan jari-jari droplet, merupakan bobot jenis droplet, o merupakan bobot jenis medium, g merupakan gaya gravitasi, dan η merupakan viskositas. Dari rumus di atas dapat dijelaskan bahwa creaming dapat dicegah dengan mengecilkan ukuran partikel fase internal, meningkatkan viskositas, dan mengecilkan perbedaan bobot jenis antara fase internal dan fase eksternal Ali et al., 2013. Flokulasi merupakan peristiwa penggabungan droplet fase internal yang bersifat reversible karena ikatan antar droplet yang lemah. Flokulasi dapat dicegah dengan menggunakan surfaktan non-ionik sehingga droplet-droplet fase internal dapat saling tolak menolak dengan adanya gaya van der Waals. Gaya van der Waals antar droplet dipengaruhi oleh diameter droplet itu sendiri. Diameter droplet kecil, memiliki gaya tolak menolak antar droplet fase internal yang kecil. Meningkatnya konsentrasi surfaktan pada sistem mengakibatnya meningkatnya ketebalan lapisan yang mengelilingi maka halangan sterik yang dihasilkan menjadi lebih besar dan emulsi menjadi lebih stabil Ali et al., 2013. Flokulasi dapat memicu terjadinya koalesen yang sifatnya irreversible. Koalesen merupakan proses penggabungan dua droplet atau lebih menjadi satu droplet yang lebih besar. Fenomena ketidakstabilan ini dapat dicegah dengan adanya halangan sterik Ali et al., 2013. Ostwald ripening merupakan suatu fenomena ketidakstabilan fisik dalam nanoemulsi, di mana terjadi pertumbuhan ukuran droplet dari waktu ke waktu. Ostwald ripening disebabkan karena besarnya kelarutan droplet di dalam minyak sehingga dapat berdifusi melewati fase eksternal. Minyak rantai panjang memiliki viskositas yang tinggi, dapat mencegah Ostwald ripening pada nanoemulsi. Akan tetapi, pembentukan nanoemulsi menggunakan minyak rantai panjang akan lebih sulit terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan kombinasi surfaktan dan kosurfaktan yang dapat saling berinteraksi secara sinergis dalam menurunkan tegangan permukaan Wooster et al., 2008.

D. Metode Pembuatan Nanokrim

Dokumen yang terkait

FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA DENGAN KOMBINASI DUA SURFAKTAN TWEEN 80 DAN GLISERIL MONOSTEARAT (GMS) ATAU DENGAN LESITIN

5 23 47

FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA SAWIT DALAM AIR MENGGUNAKAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN GLISEROL MONOSTEARAT ATAU LESITIN

0 11 37

UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80 UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80.

0 0 7

PENDAHULUAN UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80.

0 0 21

Pengaruh variasi fase minyak virgin coconut oil dan medium-chain triglycerides oil terhadap stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.

3 54 98

Pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 menggunakan mixer.

4 50 88

Pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan kosurfaktan polietilen glikol 400 menggunakan mixer.

6 46 85

Pengaruh tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha.

3 5 121

EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN TIPE WO DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA (Mikroemulsi WO dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 : Kosurfaktan Etanol 96= 5:1; 6:1 dan 7:1)

0 0 130

SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN PEG 400 MENGGUNAKAN METODE SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM)

1 5 18