untuk mengalir. Semakin besar viskositas, semakin besar pula resistensi cairan tersebut. Rheologi suatu bahan dibedakan menjadi dua, yaitu tipe Newtonian dan
non-Newtonian. Kedua tipe ini dibedakan oleh sifat alir dari bahan. Tipe Newtonian gambar 8 memiliki viskositas yang konstan dengan peningkatan shear rate.
Sementara itu, tipe non-Newtonian memiliki viskositas yang berubah dengan peningkatan shear rate. Tipe non-Newtonian dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
plastis, pseudoplastis, dan dilatan gambar 8. Contoh bahan yang memiliki tipe alir non-Newtonian yaitu larutan koloidal, emulsi, suspensi cair, dan ointments.
Rheologi memiliki arti penting dalam pembuatan sediaan, yaitu menentukan proses pencampuran, kemasan, stabilitas fisik, dan ketersediaan hayati secara biologis
Allen et al., 2011; Sinko and Singh, 2011.
Gambar 8. Kurva tipe sifat alir: a Newtonian, b Plastis, c Pseudoplastis, d Dilatan Allen et al., 2011
1. Tipe Newtonian
Tipe Newtonian digambarkan dengan rumus sebagai berikut. d
b c
a
F´ A = �
�� ��
di mana F´A merupakan gaya yang bekerja pada cairan susunan lapisan cairan, dvdr atau share rate merupakan perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan
cairan yang dipisahkan oleh jarak dr, dan � merupakan koefisien viskositas atau
viskositas. Dari hubungan di atas, dapat diturunkan suatu hubungan sebagai berikut.
� = di mana F shearing stress = F´A dan G shear rate = dvdr Allen et al.,
2011; Sinko et al., 2011. Berdasarkan rumus di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
besar viskositas larutan, maka semakin besar shearing stress yang diperlukan untuk menghasilkan shear rate tertentu Allen et al., 2011.
2. Tipe non-Newtonian
a. Plastis Material yang memiliki sifat alir plastis disebut juga Bingham
bodies. Pada sifat alir plastis, cairan tidak akan mengalir sebelum shearing strees melampaui yield value tertentu. Sifat alir plastis dihubungkan dengan
fenomena flokulasi pada suspensi. Adanya yield value merupakan akibat dari kontak antara partikel yang berdekatan karena interaksi van der Waals,
sehingga diperlukan suatu gaya untuk dapat memecah interaksi tersebut agar cairan dapat mengalir. Oleh karena itu, semakin besar flokulasi,
semakin besar yield value yang harus dilampaui Sinko and Singh, 2011.
b. Pseudoplastis Sifat alir pseudoplastis dimiliki oleh larutan polimer, seperti
sodium alginate dan methylcellulose. Yield value tidak ada pada tipe aliran ini. Viskositas pseudoplastik akan menurun dengan meningkatnya shear
rate. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya shear rate, rantai polimer akan tersusun menjadi suatu rantai panjang yang lurus sehingga
menurunkan resistensi sistem. Selain itu, pelarut yang berhubungan dengan molekul terdispersi mungkin akan dilepaskan, sehingga menurunkan
konsentrasi dan ukuran dari molekul terdispesi Sinko and Singh, 2011. c. Dilatan
Sifat alir dilatan berlawanan dari sifat alir pseudoplastis. Semakin besar shear rate, maka viskositas dilatan akan semakin besar. Maka dari itu,
sifat alir dilatan disebut juga shear-thickening system. Pada keadaan diam, partikel dalam larutan akan dikelilingi dengan volume interpartikel void
yang kecil. Jumlah pembawa cukup untuk mengisi void tersebut dan memungkinkan pergerakan partikel pada shear rate yang rendah. Akan
tetapi, jika shear stress ditingkatkan maka bulk pada sistem akan membesar dilatasi. Partikel akan bergerak secara cepat dan memperbesar void.
Akibatnya, pembawa dengan jumlah yang tetap tidak cukup untuk mengisi void antar partikel yang melebar. Maka dari itu, viskositas sistem akan
meningkat Sinko and Singh, 2011.
F. Evaluasi Fisik Nanokrim 1. Organoleptis