2.3 Sleep Disturbances Scale for Children SDSC
Sleep Disturbances Scale for Children SDSC merupakan salah satu metode diagnosis gangguan tidur yang berupa kuesioner yang ditanyakan ke ibu
dengan anak yang diduga mengalami gangguan tidur. Kuesioner ini dibuat untuk standarisasi penelitian terhadap gangguan tidur anak-anak dan remaja
dengan menggunakan skoring tidur. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan gangguan tidur pada
anak usia 8,5 – 18,3 tahun. Kuesioner SDSC terdiri dari 26 pertanyaan, dinilai dalam 5 poin skala intensitas atau frekuensi.Penilaian SDSC ini dilakukan
dengan menggunakan angka mulai dari 1 sampai dengan 5. :
25
- Angka 1 adalah tidak pernah
25
- Angka 2 adalah jarang 1 atau 2 kali per bulan atau kurang - Angka 3 adalah kadang-kadang 1 atau 2 kali seminggu
- Angka 4 adalah sering 3 sampai 5 kali seminggu - Angka 5 adalah selalu setiap hari.
Setelah itu nilai akan dijumlahkan dan dipadatkan penilaian adanya gangguan tidur pada anak. Total angka gangguan tidur didapatkan dengan
menjumlahkan seluruh angka faktor tidur. Gangguan tidur anak dibagi menjadi 2 kategori : 1 tidak ada gangguan tidur 70; 2 ada ganguan tidur
70. Pada SDSC mengemukakan enam kategori gangguan tidur,yaitu 1
gangguan memulai dan mempertahankan tidur; 2 gangguan pernapasan
25
Universita Sumatera Utara
waktu tidur frekuensi mengorok, apnea saat tidur, dan kesulitan bernapas; 3 gangguan kesadaran berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan terror tidur;
4 gangguan transisi tidur-bangun gerakan involunter saat tidur, gelisah, gerakan mengganggukkan kepala, bicara saat tidur; 5 gangguan somnolen
berlebihan mengantuk saat pagi dan tengah hari, dan lain-lain; 6 hiperhidrosis saat tidur berkeringat saat tidur
25
2.4. Gangguan Tidur Pada Anak Dengan Dispepsia Fungsional
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara gangguan tidur dan dispepsia fungsional.
6-11
Gejala dispepsia dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur melalui berbagai mekanisme, termasuk sering
terbangun pada malam hari. Di sisi lain, kurang tidur dilaporkan meningkatkan sensitivitas gastrointestinal dan memperburuk gejala yang
dispepsia fungsional. Gangguan dispepsia fungsional meliputi perubahan pada sistem saraf
otonom, sensitivitas visceral, dan respon terhadap stres. Gejala yang timbul pada dispepsia diantaranya adalah mual yang merupakan gejala yang
dominan terjadi setelah gejala nyeri, karena adanya hipersekresi asam lambung yang menyebabkan meningkatnya asam lambung dan
menimbulkan rasa tidak enak pada epigastrium disertai dengan pucat, keringat dingin, takikardi, dan rasa mual juga kadang-kadang disertai
muntah. Hal ini sering tejadi pada penderita dispepsia sehingga dapat
26
Universita Sumatera Utara
menyebakan rasa yang tidak nyaman terutama malam hari yang dapat menyebabkan tidur terganggu.
Hipersensitivitas viseral sebagai hipotesis gangguan fungsional saluran cerna. Sensasi nyeri viseral di saluran cerna ditransmisikan dari
saluran cerna ke otak dan selanjutnya di otak persepsi nyeri ini diperluas.Nyeri yang timbul pada malam hari dapat menimbulkan gangguan
tidur. Hipersensitivitas ini dapat dicetuskan oleh berbagai hal antara lain pelepasan mediator inflamasi dan respon stres. Beberapa mekanisme yang
terlibat dalam perubahan ini, seperti meningkatnya serotogenik, kolinergik, dan sistem noradrenergik yang berperan penting dalam perubahan tidur.
Daerah otak yang terlibat dalam tidur meliputi nuclei pontine yang terlibat dalam rangsangan antiociception, seperti nuclei raphe atau lokus coeruleus
complex.
27
Kecemasan dan keadaan stress juga dapat menurunkan sekresi asam lambung, penurunan aliran darah ke lambung dan dapat menghambat
motilitas lambung, sehingga dapat menyebabkan rasa penuh pada bagian epigastrium. Hal ini sering dialami sehingga penderita mengalami sulit untuk
tidur.
27,28
Gejala refluks, termasuk mual dan regurgitasi asam yang terjadi selama periode nokturnal merusak kualitas tidur. Dispepsia diduga
menurunkan kualitas tidur, mirip dengan gejala refluks.
28
Universita Sumatera Utara
Gangguan tidur tidak hanya terjadi pada disppepsia fungsinal namun juga pada irritabel bowel syndrome dan gastroesophageal refluks. Penelitian
di Amerika menunjukkan hubungan antara dispepsia fungsional dan gangguan tidur, dimana gangguan tidur ini berkaitan dengan beratnya gejala
dan tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Gangguan tidur mempengaruhi fungsi fisik dan mental pasien dispepsia fungsional.
19
Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa prevalensi gangguan tidur lebih besar pada pasien
dengan dispepsia fungsional dibandingkan kontrol.
28
Penelitian lainnya yang memantau pasien dispepsia fungsional selama 1 tahun menunjukkan jenis
kelamin perempuan, tingkat kecemasan, penurunan berat badan dan gangguan tidur berkaitan dengan outcome dispepsia fungsional.
Penelitian pada dewasa di Jepang menunjukkan bahwa gangguan tidur terdapat pada semua subtipe dispepsia fungsional baik sub tipe post
prandial syndrome, epigastric pain syndrome atau kombinasi keduanya.
6
24
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa persentase subyek yang berpikir bahwamereka mendapat cukup tidur secara signifikan lebih rendah
untuksubyek dengan gangguan saluran cerna dibandingkan subyek kontrol.
25
Universita Sumatera Utara
2.5. Kerangka Teori Dispepsia fungsional