Efikasi probiotik Lactobacillus dalam pengobatan dispepsia fungsional pada anak
TESIS
EFIKASI PROBIOTIK LACTOBACILLUS DALAM PENGOBATAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA ANAK
TUTY AHYANI 087103041/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
Judul Penelitian : Efikasi probiotik Lactobacillus dalam pengobatan dispepsia fungsional pada anak
Nama Mahasiswa : Tuty Ahyani Nomor Induk Mahasiswa : 087103041/IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. Supriatmo, SpA(K)
Anggota
Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K)
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
Dr.Hj. Melda Deliana, SpA(K) Dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K) Tanggal lulus : ……….
(3)
PERNYATAAN
EFIKASI PROBIOTIK LACTOBACILLUS DALAM PENGOBATAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA ANAK
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Agustus 2013
(4)
Telah diuji pada
Tanggal: 22 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Supriatmo, SpA(K) ... Anggota : 1. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) ... 2. Dr. Emil Azlin, SpA(K) ... 3. Dr. Tina Christina L.Tobing, SpA(K) ... 4. Prof.dr.H. Aznan Lelo, Ph.D. SpFKn ...
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dan merupakan tugas
akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan
Anak FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
sempurna sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua
pihak di masa mendatang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan
penghargaan yang sebesar-besarnya dan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Pembimbing utama dr. Supriatmo, SpA(K) dan dr.Hj. Melda Deliana,
SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran
yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian
(6)
2. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU yang telah memberikan
bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik
Medan
4. Prof.dr.H.Aznan Lelo, Ph.D.SpFKn, dr.Emil Azlin, SpA(K)), dr.Tina
Christina L Tobing, SpA(K), Prof.dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K),
dr.Ade Rachmat Yudiyanto, M.Ked(Ped),SpA yang membimbing
saya dalam penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK
USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan RS. Dr Pirngadi Medan yang
telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian
dan penulisan tesis ini.
6. Kepala sekolah, guru, dan siswa-siswi SLTPN 1 Salak, MTsN Salak,
SDN 030412, SDN 030413, SDN 03393 Salak.
7. Pegawai RSUD Salak kab.Pakpak Bharat yang telah membantu saya
dalam pelaksanaan penelitian ini, Sentina Munthe, Saud Sinamo,
Meinisa Sitakar, Nola. Terimakasih untuk bantuannya selama ini.
8. Teman-teman yang telah membantu saya dalam keseluruhan proses
(7)
dr.Ade dr.Wardah, dr.Erika, dr.Fadilah, dr.Ridha, dr.Tugiono, dr.Okky,
dr.Sigit, dan semua teman PPDS. Terimakasih untuk kebersamaan
kita selama ini.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis
ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya
Drs.H.Harunsyah,SH. dan Hj.Salmiah,MS, terimakasih atas pengertian,
dukungan, doa, bantuan moril dan materil yang diberikan kepada saya
selama ini. Kepada kedua kakak saya, Etty Elisyah Putri, SAg. dan Enny
Halawati, MAg ,dan abang saya Mukminsyah, SE terima kasih atas
dukungannya selama ini.
Akhirnya penulis mengharapkan penelitian dan tulisan ini bermanfaat
bagi semua, amin.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Medan, Juni 2013
(8)
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing ii
Lembar Pernyataan iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Singkatan dan Lambang xii
Abstrak xiv
BAB 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 3 1.4. Tujuan Penelitian 3 1.5. Manfaat Penelitian 3
BAB 2.Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Dispepsia 4
2.2. Epidemiologi 5 2.3. Patofisiologi 6
2.4. Manifestasi Klinis 8
2.5. Pemeriksaan 10
2.6. Penatalaksanaan 11
2.7. Probiotik Sebagai Terapi Dispepsia Fungsional 12
2.8. Kerangka Konseptual 16
BAB 3. Metodologi Penelitian
3.1. Desain 17
3.2. Tempat dan Waktu 17
3.3. Populasi dan Sampel 17
3.4. Besar Sampel 18
3.5. Metode Pengambilan sampel 19
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 19
3.6.1. Kriteria Inklusi 19
3.6.2. Kriteria Eksklusi 20
(9)
3.9. Bahan dan Alat 21
3.9.1. Bahan 21
3.9.2. Alat 21
3.10. Cara Kerja dan Alur Penelitian 22
3.10.1. Cara Kerja 22
3.10.2. Alur Penelitian 24
3.11. Identifikasi Variabel 25
3.12. Definisi Operasional 25
3.13. Pengolahan dan Analisis Data 27
BAB 4. Hasil Penelitian 28
BAB 5. Pembahasan 35
BAB 6. Kesimpulan dan saran 41
6.1. Kesimpulan 41
6.2. Saran 41
Ringkasan 42
Daftar Pustaka 46
Lampiran
1. Personil Penelitian 50
2. Anggaran Penelitian 50
3. Jadwal Penelitian 51
4. Naskah Penjelasan dan Persetujuan pada Orangtua 52
5. Persetujuan setelah penjelasan (PSP) 54
6. Lembar Kuesioner 55
7. Catatan Harian 60
8. Tabel Angka Random 62
9. Komite Etik 63
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Mikroorganisma yang digunakan sebagai probiotik 13
Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitian 29
Tabel 4.2. Perbandingan frekuensi, lama, berat nyeri, minum obat anti nyeri, absen sekolah dan rasa tidak nyaman di peru t setelah 2 minggu terapi sebelum dan setelah 2 minggu pemberian Probiotik
30
Tabel 4.3. Perbandingan frekuensi, lama, berat nyeri, minum obat anti nyeri, absen sekolah dan rasa tidak nyaman di perut setelah 2 minggu terapi sebelum dan setelah 2 minggu pemberian Plasebo
31
Tabel 4.4. Perbandingan keberhasilan pengobatan, frekuensi, lama dan berat nyeri perut setelah 2 minggu terapi 33 Tabel 4.5. Perbandingan minum obat anti nyeri, absen sekolah dan Rasa tidak nyaman di perut setelah 2 minggu terapi 34
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian 16
Gambar 3.1. Alur Penelitian 24
(12)
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
WHO : World Health Organization
FAO : Food and Agriculture Organization
LGG : Lactobacillus rhamnosus GG
Hp : Helicobacter pylori
USG : Ultrasonografi
IL : Interleukin
TNF : Tumor necrosis factor
CFU : Colony Forming Unit
SCFAs : Short chain fatty acids
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah lanjutan tingkat pertama
SMP : Sekolah menengah pertama
MTs : Madrasah Tsanawiyah
BB : Berat badan
TB : Tinggi badan
NRS : Numeric rating scales
(13)
CM : Sentimeter
Kg : Kilogram
P : Besarnya peluang untk hasil yang diobservasi
bila
hipotesis nol benar
SD : Standar deviasi
n : Jumlah sampel
> : Lebih besar dari
< : Lebih kecil dari
α : Kesalahan tipe I
(14)
ABSTRAK
Latarbelakang Dispepsia fungsional sering dijumpai pada anak usia
sekolah, namun pengobatan yang ada belum begitu memuaskan. Probiotik
adalah mikroorganisma hidup yang bila diberikan dalam jumlah cukup
memberikan efek menguntungkan pada pejamu. Meskipun bukti yang ada
masih kurang, beberapa studi menunjukkan probiotik dapat mengatasi
keluhan dispepsia terutama nyeri perut dan kembung.
Tujuan Untuk melihat efikasi probiotik Lactobacillus dalam pengobatan dispepsia fungsional pada anak.
Metode Uji klinik acak tersamar ganda yang dilaksanakan pada bulan April
2012 sampai Juni 2012 di 5 sekolah di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak
Bharat. Total dari 116 anak yang memenuhi kriteria Rome III untuk diagnosis
dispepsia fungsional dirandomisasi ke dalam dua kelompok probiotik atau
plasebo, dan diberi terapi selama 2 minggu. Semua pasien diberi catatan
harian untuk mencatat gejala dan frekuensi nyeri setiap hari. Keluaran utama
(15)
Hasil Probiotik Lactobacillus dan plasebo tidak mempunyai perbedaan bermakna dalam mengatasi nyeri perut (29,3% vs 13,8% P =0,432).
Dibandingkan dengan plasebo, terdapat perbedaan bermakna pemberian
probiotik Lactobacillus dalam mengurangi frekuensi nyeri perut ( P = 0,0001), tetapi tidak bermakna dalam mengurangi lama nyeri perut (P = 0,08) dan
beratnya nyeri perut (P = 0,091).
Kesimpulan Probiotik Lactobacillus dan plasebo tidak mempunyai perbedaan bermakna dalam mengatasi nyeri perut, tetapi dapat mengurangi
frekuensi nyeri.
(16)
ABSTRACT
Background Functional dyspepsia is common in school-aged children;
however, there is no reliable treatment. Probiotics are live micro-organism
administered in adequate amounts, which confer a beneficial health effect on
the host. Although definitive evidence is still lack, several studies have found
probiotics to be effective in relieving symptoms of dyspepsia, particularly
abdominal pain and bloating.
Objective To determine the efficacy of probiotics Lactobacillus for treating
functional dyspepsia in children.
Methods Double-blind randomized controlled trial was done on April 2012
untill June 2012 in 5 schools in Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.
A total of 116 children who fulfilled the Rome III criteria for functional
dyspepsia were randomized into 2 groups probiotics or placebo. They
received probiotics Lactobacillus or placebo for 2 weeks. All patients received a diary to record symptoms and the frequency of daily pain. The primary
(17)
intervention.
Result Probiotics Lactobacillus and placebo have no significant difference in relieving of abdominal pain (29.3% vs 13.8% P = 0.432). Compared with
placebo, probiotics Lactobacillus caused a significant reduced frequency of pain (P = 0.0001), but not pain severity (P = 0.08) and pain duration (P =
0.091).
Conclusion Probiotics Lactobacillus and placebo have no significant difference in the recovery of the functional dyspepsia, but probiotics can be
reduced frequency of pain over placebo.
(18)
ABSTRAK
Latarbelakang Dispepsia fungsional sering dijumpai pada anak usia
sekolah, namun pengobatan yang ada belum begitu memuaskan. Probiotik
adalah mikroorganisma hidup yang bila diberikan dalam jumlah cukup
memberikan efek menguntungkan pada pejamu. Meskipun bukti yang ada
masih kurang, beberapa studi menunjukkan probiotik dapat mengatasi
keluhan dispepsia terutama nyeri perut dan kembung.
Tujuan Untuk melihat efikasi probiotik Lactobacillus dalam pengobatan dispepsia fungsional pada anak.
Metode Uji klinik acak tersamar ganda yang dilaksanakan pada bulan April
2012 sampai Juni 2012 di 5 sekolah di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak
Bharat. Total dari 116 anak yang memenuhi kriteria Rome III untuk diagnosis
dispepsia fungsional dirandomisasi ke dalam dua kelompok probiotik atau
plasebo, dan diberi terapi selama 2 minggu. Semua pasien diberi catatan
harian untuk mencatat gejala dan frekuensi nyeri setiap hari. Keluaran utama
(19)
Hasil Probiotik Lactobacillus dan plasebo tidak mempunyai perbedaan bermakna dalam mengatasi nyeri perut (29,3% vs 13,8% P =0,432).
Dibandingkan dengan plasebo, terdapat perbedaan bermakna pemberian
probiotik Lactobacillus dalam mengurangi frekuensi nyeri perut ( P = 0,0001), tetapi tidak bermakna dalam mengurangi lama nyeri perut (P = 0,08) dan
beratnya nyeri perut (P = 0,091).
Kesimpulan Probiotik Lactobacillus dan plasebo tidak mempunyai perbedaan bermakna dalam mengatasi nyeri perut, tetapi dapat mengurangi
frekuensi nyeri.
(20)
ABSTRACT
Background Functional dyspepsia is common in school-aged children;
however, there is no reliable treatment. Probiotics are live micro-organism
administered in adequate amounts, which confer a beneficial health effect on
the host. Although definitive evidence is still lack, several studies have found
probiotics to be effective in relieving symptoms of dyspepsia, particularly
abdominal pain and bloating.
Objective To determine the efficacy of probiotics Lactobacillus for treating
functional dyspepsia in children.
Methods Double-blind randomized controlled trial was done on April 2012
untill June 2012 in 5 schools in Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.
A total of 116 children who fulfilled the Rome III criteria for functional
dyspepsia were randomized into 2 groups probiotics or placebo. They
received probiotics Lactobacillus or placebo for 2 weeks. All patients received a diary to record symptoms and the frequency of daily pain. The primary
(21)
intervention.
Result Probiotics Lactobacillus and placebo have no significant difference in relieving of abdominal pain (29.3% vs 13.8% P = 0.432). Compared with
placebo, probiotics Lactobacillus caused a significant reduced frequency of pain (P = 0.0001), but not pain severity (P = 0.08) and pain duration (P =
0.091).
Conclusion Probiotics Lactobacillus and placebo have no significant difference in the recovery of the functional dyspepsia, but probiotics can be
reduced frequency of pain over placebo.
(22)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman atau
nyeri pada epigastrium setelah makan.1 Keluhan tidak nyaman yang
menyertai dispepsia seperti kembung, suara usus yang keras, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, dan muntah.2 Sebagian
besar dispepsia merupakan dispepsia fungsional, umumnya dikarenakan
terganggunya daya atau fungsi pencernaan.3
Kejadian dispepsia fungsional sering dijumpai pada anak usia sekolah. Penelitian di beberapa negara menunjukkan prevalensi yang bervariasi
antara 3.5% sampai 27%.4,5 Walaupun sering dianggap dapat sembuh
sendiri, namun dispepsia fungsional dilaporkan berhubungan dengan gangguan kecemasan, dapat diikuti nyeri kepala dan anggota tubuh lainnya, menyebabkan anak dirawat atau mendapat pelayanan kesehatan, gangguan tidur, serta meningkatnya jumlah ketidakhadiran di sekolah.6
Pengobatan untuk dispepsia fungsional masih belum memuaskan. Pengobatan umumnya bertujuan mengobati gejala yang timbul, diantaranya dengan terapi farmakologis, cognitive behavioural therapy, pengaturan diet dan pemberian probiotik.7,8 Uji klinis yang dilakukan pada anak masih sangat terbatas dan efikasi dari uji klinis tersebut belum semuanya dapat
(23)
diandalkan.2
Faktor psikososial seperti stres diduga berperan penting pada
patofisiologi dispepsia fungsional.9,10 Stres menghasilkan pengaruh yang
buruk pada sistem gastrointestinal seperti menurunnya jumlah Lactobacillus, diregulasinya kembali faktor-faktor virulensi dan meningkatnya pertumbuhan
dan perlekatan patogen gram negatif seperti Escherichia coli dan
Pseudomonas. Probiotik dapat menetralkan stres yang diinduksi perubahan fungsi barier intestinal, hipersensitivitas viseral dan motilitas usus.11
Pemberian probiotik dilaporkan dapat mengurangi keluhan kembung
dan nyeri yang menyertai dispepsia.12 Uji klinis pada anak masih sangat
terbatas. Suatu uji klinis pada anak usia sekolah menunjukkan manfaat
pemberian probiotik Lactobacillus rhamnosus GG (LGG) dalam pengobatan
gangguan nyeri perut fungsional (dispepsia fungsional, sindrom usus iritabel, nyeri perut fungsional).
1.2. Rumusan masalah 13
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
yaitu: Apakah pemberian probiotik bermanfaat mengurangi nyeri perut pada
(24)
1.3. Hipotesis
Probiotik bermanfaat mengurangi nyeri perut pada anak dengan dispepsia
fungsional dibandingkan plasebo
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efikasi probiotik dalam pengobatan dispepsia
fungsional pada anak
1.4.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efek pengobatan probiotik dalam mengurangi
frekuensi, lama dan berat nyeri perut yang terjadi
1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti dalam
hal pengobatan dispepsia fungsional pada anak
2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan usaha pelayanan
kesehatan anak khususnya di bidang gastroentero-hepatologi anak dan
memberikan alternatif pengobatan dispepsia fungsional pada anak
3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap
bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam pengembangan
(25)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (dys : sulit dan pepsis : pencernaan).1 Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau keluhan klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak atau nyeri di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan.2,14 Dispepsia terbagi menjadi dua jenis, yaitu
dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Disebut dispepsia organik
apabila penyebabnya telah diketahui dengan jelas dan disebut dispepsia
fuungsional bila tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi
dari saluran makanan.3,14 Menurut kriteria ROME III, dispepsia fungsional
harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami
sekurang-kurangnya satu kali seminggu selama minimal dua bulan sebelum diagnosis
ditegakkan.15,16
1. Nyeri yang persisten dan berulang atau perasaan tidak nyaman yang
berasal dari perut bagian atas (di atas umbilikus)
2. Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan
dengan suatu perubahan frekuensi buang air besar atau konsistensi
feses
3. Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan
(26)
2.2. Epidemiologi
Dispepsia fungsional merupakan manifestasi nyeri perut berulang terbanyak
kedua setelah IBS.Angka prevalensinya sekitar 15.9% dari keseluruhan nyeri
perut berulang.17 Penelitian di Italia dengan menggunakan kriteria Rome II menyatakan prevalensi dispepsia fungsional 0.3% dari seluruh kunjungan
anak ke pusat pelayanan primer.18 Penelitian di Amerika Utara menyatakan
12.5% sampai 15.9% anak berusia 4 sampai 18 tahun dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan tersier karena keluhan nyeri perut merupakan dispepsia fungsional.16
Seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat
kedokteran terutama endoskopi dan diketahuinya penyakit gastroduodenum
yang disebabkan Helicobacter pylori (Hp) maka diperkirakan makin banyak kelainan organik yang dapat ditemukan. Suatu penelitian pada anak dan
remaja berusia di atas 5 tahun yang mengeluhkan sakit perut, rasa tidak
nyaman, dan mual sedikitnya dalam waktu satu bulan, ditemukan 62%
merupakan dispepsia fungsional dan 35% dijumpai adanya peradangan
mukosa.
2
Pada anak usia di bawah 4 tahun sebagian besar disebabkan
kelainan organik, sedangkan pada usia di atasnya kelainan fungsional
(27)
2.3. Patofisiologi
Data mengenai penyebab berkembangnya dispepsia pada anak dan remaja
masih sangat terbatas. Beberapa faktor yang mendasari terjadinya dispepsia
fungsional, yaitu :
1. Gangguan motilitas dari saluran pencernaan
Pada pasien dispepsia fungsional ditemukan motilitas yang
abnormal yaitu ritme elektrik lambung yang ireguler dan gangguan
pengosongan lambung dan duodenum. Hal ini dibuktikan dengan
gerakan lambung dan duodenum kearah proksimal (gangguan
motilitas antoduodenal).19,20 Cepatnya proses pengosongan lambung
terkait lambatnya transit di usus ditemukan pada penderita dispepsia
dengan kembung sebagai gejala yang dominan.
2. Faktor psikososial
20
Stres adalah faktor yang mempengaruhi dispepsia fungsional.
Keadaan emosional dapat mempengaruhi sentral dan inervasi usus,
dan keadaan stres akan mengubah aktivitas motorik dan sekretorik
gastrointestinal melalui mekanisme neuroendokrin. Keadaaan stres,
emosional dan abnormalitas sistem saraf otonom diduga juga akan
(28)
3. Faktor genetik
Genetik merupakan faktor predisposisi pada penderita gangguan
gastrointestinal fungsional. Faktor genetik dapat mengurangi jumlah
sitokin antiinflamasi seperti interleukin-10 (IL-10), transforming growth factor- β (TGF-β). Penurunan sitokin antiinflamasi dapat menyebabkan peningkatan sensitisasi pada usus.
4. Pengaruh flora bakteri
9,20
Infeksi Hp mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional. Diketahui
bahwa Hp dapat merubah sel neuroendokrin lambung. Sel
neuroendokrin menyebabkan peningkatan sekresi lambung dan
menurunkan tingkat somatostatin. Penyelidikan epidemiologi
menunjukkan kejadian infeksi Hp pada pasien dispepsia cukup tinggi,
walaupun masih ada perbedaan pendapat mengenai pengaruh Hp
terhadap dispepsia fungsional.
5. Hipersensitivitas viseral
21
Hipersensitivitas viseral adalah suatu hipotesis yang menerangkan
penyakit gastrointestinal. Hal ini berdasarkan adanya perubahan
mekanisme perifer. Sensasi nyeri viseral di saluran cerna
ditransmisikan dari saluran cerna ke otak dan selanjutnya di otak
persepsi nyeri ini diperluas.9 Pengamatan pada penderita dispepsia
(29)
isovolumetrik proksimal lambung bersama dengan timbulnya nyeri di
epigastrium.22 Meningkatnya kepekaan dinding lambung menunjukkan
adanya disfungsi aktivitas saraf aferen. Secara keseluruhan
terganggunya aktivitas saraf aferen lambung menyebabkan timbulnya
gejala dispepsia. Hipersensitivitas viseral juga dikaitkan dengan
mekanisme sentral. Adanya perubahan persepsi nyeri di perifer
saluran cerna akan disaring dan dimodulasi oleh mekanisme sentral
pada tingkat spinal cord atau otak.9,23 Kemungkinan adanya interaksi antara faktor psikososial dan fungsi sensori motor gastrointestinal,
antara otak dan usus (brain-gut axis).9
2.4. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis membagi dispepsia berdasarkan atas keluhan/ gejala
yang dominan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia) yang ditandai dengan gejala nyeri yang berpusat di bagian medial kuadran
atas abdomen, dan biasanya gejala hilang dengan pemberian antasida
atau makanan, serta sering terbangun di malam hari. 2,24
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like
(30)
tetapi tidak nyeri, disertai rasa penuh, cepat kenyang, kembung,
ataupun mual.
3. Dispepsia non spesifik bila keluhan yang timbul tidak memenuhi
kriteria baik ulcer like dyspepsia maupun dysmotility-like dyspepsia. Gejala-gejala dispepsia timbul baik berhubungan dengan kelainan
organik maupun fungsional.19 Kelainan organik yang mendasari gejala
tersebut dicurigai bila dijumpai tanda peringatan (alarm symptoms), yaitu :14 - Nyeri terlokalisir, jauh dari umbilikus
- Nyeri menjalar (punggung, bahu, ekstremitas bawah)
- Nyeri sampai membangunkan anak pada malam hari
- Nyeri timbul tiba-tiba
- Disertai muntah berulang terutama muntah kehijauan
- Disertai gangguan motilitas (diare, obstipasi, inkontinensia)
- Disertai perdarahan saluran cerna
- Terdapat disuria
- Berhubungan dengan menstruasi
- Terdapat gangguan tumbuh kembang
- Terdapat gejala sistemik: demam, nafsu makan turun
- Terjadi pada usia < 4 tahun
- Terdapat organomegali
(31)
- Kelainan perirektal: fisura, ulserasi
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan,
maka penderita perlu menjalani pemeriksaan.2
2.5. Pemeriksaan
Anamnesis yang lengkap dan cermat sangat penting untuk penilaian bahkan
dapat mengarahkan pada diagnosis. Riwayat penyakit sebaiknya
mengeksplorasi riwayat makan, masalah psikologis, dan faktor sosial,
sehingga memungkinkan mencari hubungan antara gejala yang timbul
dengan diet, aktivitas ataupun faktor stres.14 Sebaiknya orangtua dan anak
melengkapi keterangan tentang gejala dan waktu timbul, lokasi, intensitas
dan karakter nyeri dan rasa tidak nyaman tersebut, waktu dan jenis asupan
makanan, aktivitas harian, serta pola defekasi.
Prosedur diagnostik yang akan dilakukan sebaiknya bersifat
individual. Pemeriksaan urin lengkap dan biakan urin, serta darah tepi
lengkap merupakan skrining awal yang diperlukan. 17
2,19
Pemeriksaan
endoskopi diindikasikan bila terdapat kecurigaan penyebab organik, karena
dapat menentukan lesi inflamasi yang signifikan, bahkan tukak di saluran
(32)
kelainan anatomi seperti malrotasi, ileitis terminal pada penyakit Crohn, dan
bentuk obstruksi ataupun lesi inflamasi lainnya.2,15
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Non farmakologis
Gejala dapat dikurangi dengan menghindari makanan yang mengganggu,
diet tinggi lemak, kopi, alkohol, dan merokok. Selain itu makanan kecil rendah
lemak dapat membantu mengurangi intensitas gejala. Ada juga yang
merekomendasikan untuk menghindari makan yang terlalu banyak terutama
di malam hari dan membagi asupan makanan sehari-hari menjadi beberapa
makanan kecil. Alternatif pengobatan yang lain termasuk terapi relaksasi
untuk mengurangi stres, hipnoterapi, dan terapi perilaku.
2.6.2. Farmakologis
8
Pengobatan dispepsia fungsional mengenal beberapa obat diantaranya
antasida, prokinetik, penghambat reseptor histamin, inhibitor pompa proton,
dosis rendah antidepresi trisiklik, eradikasi Hp, plasebo dan probiotik.7,25
Plasebo mempunyai efek terapi pada pengobatan dispepsia fungsional
bervariasi sekitar 13% sampai 73%.2 Prokinetik, penghambat reseptor
histamin atau penghambat pompa proton digunakan pada anak dan remaja
dengan keluhan dispepsia persisten disertai kualitas hidup yang rendah
(33)
yang tinggi. Terapi inisial menggunakan penghambat reseptor histamin atau
penghambat pompa proton selama 2 minggu dapat dimulai dengan dasar
empiris karena risiko yang minimal.7,26
2.7. Probiotik sabagai terapi dispepsia fungsional
Probiotik berasal dari dua kata pro berarti untuk dan bio berarti hidup.27 Pertama sekali probiotik didefenisikan sebagai mikroorganisma yang dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisma lain.14 Pada tahun 2001 Food and Agriculture Organization (FAO) dan World health Organization (WHO) melakukan evaluasi probiotik bagi kesehatan dan mendefinisikan probiotik
sebagai mikroorganisma hidup yang bila diberikan dalam jumlah cukup dapat
memberikan pengaruh menguntungkan pada pejamu.28 Mikroflora yang
digolongkan sebagai probiotik adalah yang mampu memproduksi asam laktat
misalnya golongan Lactobacilllus dan Bifidobacterium, walaupun jenis lain juga ada.29,30 Jenis Mikroorganisma yang digunakan sebagai probiotik terlihat
dalam tabel 2.1.23
Probiotik yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu
memberikan efek yang menguntungkan pada pejamu, tidak patogenik dan
tidak toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup,
(34)
hidup selama dalam penyimpanan dan waktu yang digunakan, mempunyai
sifat sensori yang baik, diisolasi dari pejamu.
Tabel 2.1. Mikroorganisma yang digunakan sebagai probiotik 7, 24
Lactobacillus sp Bifidobacterium sp Lactic acid bacteria Non Lactic acid bacteria 23
L.acidophylus B.adolescentis Enterococcus faecalis Bacillus cereus L amylovoruus B.animalis Enterococcus faecium Escherichia coli L.casei B.bifidum Leuconostoc mesenteroides Saccharomyces
L.crispatus B.breve Sporolactobacillus inulinus cerevisae
L.gallinarum B.infantis L.gasseri B.longum L.johnsonii
L.paracasei L.plantarum L.reuteri L.rhamnosus
Beberapa mekanisme peranan probiotik dalam melindungi kesehatan
dan berguna pada pencegahan dan pengobatan gangguan fungsional
saluran cerna yaitu melalui stimulasi imunitas, pengaruh motorik dan
sekretorik, pengaruh sensorik, dan fermentasi.23,25 Probiotik mampu
menstimulasi imunitasdan memodulasi sel imun dengan meningkatkan level
mediator anti-inflammatory IL-10, menurunkan proinflammatory tumor necrosis factor (TNF-α) dan produksi IL-8.31 Probiotik dapat meningkatkan respon imun enterosit dan memodulasi sel imun usus, memberikan respon
(35)
nyeri perut, keluhan kembung dan meningkatkan rasio IL-10/ IL-12,33 dan
beberapa probiotik lain mampu mengubah sitokin mukosa. Uji klinik
pemberian Lactobacillus reuteri ATCC 55730 4 x 108 Colony forming unit (CFU) per hari selama 28 hari menunjukkan adanya peningkatan kolonisasi
di lambung, duodenum dan ileum dikaitkan dengan perubahan respon imun
di mukosa gastrointestinal.
Probiotik mampu mempengaruhi waktu migrasi motorik dan transit
usus halus. Suatu uji klinik pada anak sindrom usus iritabel usia 4 sampai 18
tahun yang menerima probiotik yang mengandung 8 strain bakteri atau
plasebo selama 6 minggu, menunjukkan transit kolon berkurang secara
bermakna meskipun tidak mempengaruhi konsistensi feses. Data ini
menunjukkan bahwa kombinasi probiotik dapat mengubah fungsi motorik. 34
Pengaruh sekresi probiotik tampak pada percobaan tikus, yang mana
probiotik mampu mengurangi sekresi klorida kolon dan permiabel terhadap
peroksidase.
35
36 Probiotik juga mampu meregulasi kembali dan mensekresi
mukus yang berfungsi sebagai pelumas dan memberikan perlindungan pada
kolon. Fungsi regulasi kembali ini tampak pada spesies Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Probiotik dapat meningkatkan ambang rangsang nyeri. Lactobacillus mampu meregulasi kembali ekspresi opiat dan cannabinoid tipe 2 dalam sel epitel tikus. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan 20% ambang rangsang
(36)
nyeri.33 Lactobacillus farciminis mampu menekan hipersensitivitas yang diinduksi stres dan meningkatkan permiabilitas mukosa kolon. Efek ini
tampaknya disebabkan nitrat oksida yang dihasilkan probiotik menyebabkan
penghambatan kontraksi sel epitel kolon, sehingga tight junctions terbuka dan permiabilitas kolon meningkat.36 Lactobacillus reuteri mampu menurunkan frekuensi jantung sebagai respon terhadap adanya tekanan dan distensi
akibat gas di kolorektum.
Probiotik meningkatkan metabolisme substrat makanan mencapai
kolon dalam bentuk gas dan membentuk short chain fatty acids (SCFAs). Short chain fatty acids akan mempengaruhi dan mendorong kontraksi untuk mempercepat transit atau menambah absorpsi cairan dan natrium di
kolon.
29
Sampai saat ini studi tentang manfaat probiotik pada dispepsia
fungsional masih terbatas, pengaruh probiotik tunggal maupun kombinasi
tampaknya mengurangi gejala perut kembung, rasa penuh, mengurangi
kelebihan produksi gas, tetapi tidak berpengaruh dalam mengurangi nyeri. 32,37
27
Studi oleh Elena menemukan pemberian Lactobacillus rhamnosus satu kali sehari selama 2 minggu dapat menormalkan kembali waktu pengosongan
lambung yang sebelumnya lambat, sehingga dapat mengatasi gejala
dispepsia.38 Suatu uji klinik acak tersamar ganda oleh Gawronska pada anak
(37)
minggu, menunjukkan keberhasilan terapi lebih banyak pada kelompok
probiotik. 13
2.8. Kerangka konseptual
: variabel yang diteliti
Gambar 2.1. Kerangka konseptual
Psikososial/ stres Genetik Pengaruh flora bakteri
Gangguan motilitas saluran cerna
Hipersensitivitas viseral
Pengobatan probiotik Lactobacillus
Dispepsia fungsional
Nyeri perut Rasa tidak nyaman di perut
Frekuensi, durasi,
dan intensitas nyeri Minum obat anti nyeri Absen sekolah ↓ jumlah Lactobacillus, regulasi faktor virulensi,
↑pertumbuhan dan perlekatan patogen gram negatif
(38)
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda untuk melihat efikasi probiotik dalam pengobatan dispepsia fungsional pada anak dibandingkan dengan plasebo.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di tiga sekolah dasar negeri (SDN) Salak yaitu SDN
030412, SDN 030413, SDN 033931 dan dua sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP) yaitu sekolah menengah pertama (SMP) negeri 1 Salak dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) negeri Salak kecamatan Salak kabupaten
Pakpak Bharat propinsi Sumatera Utara selama bulan April sampai Juni
2012.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak yang menderita dispepsia fungsional. Populasi
terjangkau adalah populasi target yang menjalani pendidikan SD dan SLTP
di kecamatan Salak, kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi sumatera Utara
selama bulan April sampai Juni 2012. Sampel adalah populasi terjangkau
(39)
3.4. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus uji klinis untuk 2
proporsi kelompok independen, yaitu:
(Z
39
α √2PQ + Zβ√P1Q1+P2Q2)2 n1=n2= (P1-P2)
n1 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok plasebo 2
n2 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok probiotik
α = kesalahan tipe I = 0.05 (Tingkat kepercayaan 95%) → Zα = 1.96 β = kesalahan tipe II = 0.2 (kekuatan penelitian 80%) → Zβ = 0.842 P1 = proporsi kesembuhan di kelompok plasebo ( dari pustaka) →40% Q1 =1 – P1 = 0.6
2
P2 = proporsi kesembuhan di kelompok probiotik (clinical judgment ) →70% Q2= 1 – P2 = 0.3
P = proporsi = ½ (P1+P2) = 0.55
Q = 1-P = 0.45
Dengan menggunakan rumus diatas didapat besar sampel untuk
masing-masing kelompok sebanyak 46 orang, kemungkinan drop out 10%, setelah pembulatan maka untuk masing-masing kelompok penelitian adalah minimal
(40)
3.5. Metode pengambilan sampel
Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Penderita dispepsia
fungsional yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian.
Kemudian dilakukan randomisasi secara sederhana menggunakan tabel
random untuk dimasukkan ke dalam salah satu dari kelompok penelitian
(kelompok probiotik untuk angka 0 sampai 4, kelompok plasebo untuk angka
5 sampai 9). Menentukan subyek awal pada tabel randomisasi dengan cara
menjatuhkan pensil dari atas tabel dengan mata tertutup, nomor yang terkena
pensil merupakan subyek pertama, subyek berikutnya mengikuti urutan
nomor-nomor dari kiri ke kanan pada baris yang sama dilanjutkan kolom ke
bawahnya.
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1. Kriteria Inklusi
1. Usia 7 sampai 14 tahun.
2. Harus memenuhi semua kriteria berikut yang dialami sekurang-
kurangnya 1 kali seminggu selama minimal 2 bulan ini.
a. Nyeri yang persisten dan berulang atau perasaan tidak
nyaman yang berasal dari perut bagian atas (di atas
(41)
b. Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak
berhubungan dengan suatu perubahan frekuensi buang
air besar atau konsistensi feses.
c. Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan
anatomis, kelainan metabolik, atau neoplasma dengan
tidak dijumpainya alarm symptoms.
3.6.2. Kriteria Eksklusi
1. Anak tidak bersedia minum obat secara teratur.
2. Dijumpai adanya penurunan berat badan, gagal tumbuh, muntah
berulang, diare kronis, demam yang tidak diketahui penyebabnya,
feses abnormal, dan nyeri haid pada anak perempuan.
3. Pada saat pemeriksaan fisik dijumpai adanya pembesaran organ
seperti hepatomegali dan splenomegali.
3.7. Persetujuan Setelah Penjelasan / Informed Consent
Semua sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orangtua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemberian probiotik pada
penderita dispepsia fungsional.
3.8. Etika Penelitian
(42)
3.9. Bahan dan alat
3.9.1. Bahan
• Probiotik berupa kapsul yang berisi Lactobacillus rhamnosus R001 1.9 x 109 CFU dan Lactobacillus acidophilus R0052 0.1 x 109
• Plasebo berupa kapsul berisi saccarum lactis diberikan satu kali sehari selama dua minggu.
CFU produksi Dexa Medica dengan merk dagang
Lacidofil, diberikan satu kali sehari selama dua minggu.
Pemilihan jenis probiotik Lactobacillus karena mudah
diperoleh, memiliki rentang dosis yang luas, dan telah ada
studi sebelumnya.
• Antasida berupa tablet yang mengandung Kalsium Karbonat
500 mg produksi Nicholas dengan merk dagang Flamints,
diberikan dua kali sehari setengah tablet.
3.9.2. Alat
• Timbangan berat badan (BB)
Pengukuran BB dengan menggunakan timbangan merk camry
dengan tingkat ketepatan 0.5 kg. Pasien ditimbang tanpa
(43)
• Pengukur tinggi badan (TB)
Pengukur TB dengan menggunakan microtoa 2 M yang terbuat dari
metal dengan tingkat ketepatan 0.5 cm. Pasien diukur pada posisi
tegak dengan muka menghadap ke depan, bokong dan tumit
menempel ke dinding, tanpa menggunakan alas kaki.
3.10. Cara kerja dan alur penelitian 3.10.1. Cara Kerja
1. Pasien disurvei dulu dengan kuesioner dan wawancara langsung.
2. Setelah mendapat persetujuan orangtua, pasien yang memenuhi
kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian.
3. Dilakukan pengukuran antropometri : BB, TB dan dinilai status nutrisi
anak.
4. Dilakukan pemeriksaan fisik dan tanda peringatan (alarm symptoms) untuk menilai tidak dijumpai kelainan organik.
5. Sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan cara randomisasi
sederhana menggunakan tabel random.
6. Masing-masing kelompok dinilai frekuensi, lama sakit, beratnya sakit,
absen sekolah, minum obat anti nyeri karena sakit perut, dan adanya
rasa tidak nyaman di perut sebelum pemberian obat dan dicatat dalam
(44)
7. Kelompok pertama mendapat probiotik satu kali sehari diberikan
selama dua minggu serta antasida dua kali sehari setengah tablet
selama dua minggu.
8. Kelompok kedua mendapat plasebo diberikan satu kali sehari
diberikan selama dua minggu serta antasida dua kali sehari setengah
tablet selama dua minggu.
9. Probiotik dan plasebo diminum pada pagi hari pukul 09.00 WIB di
sekolah, kecuali pada hari libur. Dilakukan kunjungan ke rumah pada
anak yang absen sekolah.
10. Probiotik dan plasebo dimasukkan ke dalam kapsul dengan warna
yang sama. Pasien dan peneliti tidak mengetahui obat yang diberikan.
11. Masing-masing pasien mengisi catatan harian yang telah diberikan
untuk mencatat frekuensi, lama, beratnya nyeri perut, minum obat anti
nyeri, absen sekolah dan rasa tidak nyaman di perut selama dua
minggu pengobatan. Sebelumnya diberikan penjelasan cara pengisian
catatan harian pada anak dan orang tua.
12. Evaluasi dilakukan setelah dua minggu pengobatan untuk melihat efek
pengobatan terhadap frekuensi, lama dan beratnya sakit perut, minum
obat anti nyeri, absen sekolah dan adanya rasa tidak nyaman di perut
serta evaluasi efek samping yang timbul dari catatan harian dan
(45)
3.10.2. Alur penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian Sampel yang memenuhi kriteria
inklusi
Randomisasi
Kelompok Probiotik + Antasida
Kelompok Plasebo + Antasida
Efek obat :
- Frekuensi nyeri - Lama nyeri - Intensitas nyeri - Minum obat anti
nyeri
- Absen sekolah - Rasa tidak nyaman
Efek obat :
- Frekuensi nyeri - Lama nyeri - Intensitas nyeri - Minum obat anti
nyeri
- Absen sekolah - Rasa tidak nyaman
(46)
3.11. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Kelompok obat ( probiotik dan plasebo) Nominal
Variabel tergantung Skala
Nyeri perut Nominal
Frekuensi nyeri Numerik
Durasi nyeri Numerik
Intensitas nyeri Numerik
Minum obat anti nyeri Nominal
Absen sekolah Nominal
Rasa tidak nyaman Nominal
3.12. Definisi Operasional
1. Dispepsia fungsional merupakan nyeri perut yang persisten dan
berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari perut bagian
atas (di atas umbilikus) sesuai dengan kriteria ROME III.
2. Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan
metabolik atau neoplasma yaitu tidak ditemukannya tanda peringatan
(alarm symptoms) dari anamnese dan pemeriksaan fisik.
3. Probiotik merupakan obat berupa kapsul lepas lambat yang berisi
(47)
acidophilus R0052 0.1 x 109
4. Antasida merupakan obat berupa tablet yang mengandung 500 mg
Kalsium karbonat diminum dua kali sehari setengah tablet selama
dua minggu.
CFU satu kali sehari diminum setiap hari
selama dua minggu.
5. Plasebo merupakan kapsul yang berisi saccarum lactis diberikan satu kali sehari setiap hari selama dua minggu.
6. Keberhasilan pengobatan (kesembuhan) dinilai dari tidak adanya nyeri
perut setelah pemberian terapi dua minggu.
7. Frekuensi nyeri perut dicatat sesuai dengan jumlah nyeri perut yang
dialami setiap minggu (kali perminggu).
8. Durasi atau lama nyeri perut dicatat sesuai dengan waktu lama nyeri
perut yang dialami dalam satuan menit.
9. Intensitas nyeri perut dinilai dengan numeric pain rating scales (NRS). Skala berupa garis lurus dengan angka 0 sampai 10, dengan catatan
bahwa 0 (tidak ada nyeri perut), 1 sampai 3 (nyeri perut ringan), 4
sampai 6 (nyeri perut sedang), 7 sampai 10 (nyeri perut berat).
10. Rasa tidak nyaman di perut meliputi adanya keluhan
40
11.
kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, dan muntah. Efek samping meliputi demam, sedikit rasa tidak nyaman di perut, yang dijumpai setelah pemberian terapi.
(48)
3.13. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan
program komputer. Data dianalisis dengan uji kai-kuadrat untuk melihat
perbandingan keberhasilan pengobatan dispepsia fungsional. Uji kai-kuadrat
juga digunakan untuk melihat perbandingan efek pengobatan terhadap rasa
tidak nyaman di perut, minum obat anti nyeri dan absen di sekolah. Uji t
independen untuk menilai frekuensi, lama dan beratnya sakit perut yang
terjadi. Dengan interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas
(49)
BAB 4. HASIL 4.1 Data Demografik dan Karateristik Sampel
Penelitian dilaksanakan di tiga SD dan dua SLTP di kecamatan Salak
Kabupaten Pakpak Bharat Propinsi Sumatera Utara yang berjarak 158 km
dari kota Medan. Dari 958 siswa SD dan SLTP yang disurvei dengan
kuesioner dan wawancara langsung serta dilakukan pemeriksaan fisik
selama bulan April 2012 sampai Juni 2012, diperoleh 124 anak yang
memenuhi kriteria inklusi. Delapan anak dikeluarkan karena tidak mendapat
persetujuan dari orang tua. Total 116 anak ikut serta selama periode
penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu 58 anak untuk
kelompok probiotik dan 58 anak untuk kelompok plasebo. Pemberian terapi
selama 2 minggu, dan semua peserta penelitian menyelesaikan studi,
seperti yang terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Profil penelitian Sampel yang memenuhi kriteria inklusi
N = 124
Menolak berpartisipasi n = 8 Randomisasi
N = 116
Probiotik n = 58
Plasebo n = 58
Dianalisis lengkap n= 58
Dianalisis lengkap n= 58
(50)
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian.
Karakteristik Probiotik (n = 58)
Plasebo (n = 58)
Umur (tahun), rerata(SD)
11.1 (2.17) 11 (2.16)
Jenis kelamin, n (%) Laki-laki
Perempuan 31 (53.5)
27 (53.5)
22 (37.9) 36 (62.1)
Berat badan (kg), rerata(SD) 29.3 (7.56) 36 (62.1)
Tinggi badan (cm), rerata(SD) 138.0 (12.26) 136.2 (12.00) Status nutrisi, n (%)
Baik Kurang 41 (70.7) 17 (29.3) 34 (58.6) 24 (41.4) Frekuensi nyeri sebelum terapi ,
(rerata (SD)
2.7 (0.72) 2.7 (0.67)
Lama nyeri sebelum terapi (menit), rerata (SD)
12.4 (6.50) 13.1 (7.30)
Intensitas nyeri sebelum terapi, rerata(SD)
Minum obat anti nyeri sebelum terapi, n (%)
Absen sekolah karena nyeri perut sebelum terapi, n (%)
Keluhan tidak nyaman di perut sebelum terapi, n (%)
2.7 (0.72) 13 (22.4) 9 (15.5) 47 (81) 2.7 (0.66) 13 (22.4) 13 (22.7) 48 (82.8)
Dalam tabel 4.1 ditampilkan karakteristik responden yang mengikuti
penelitian ini. Dari karakteristik dasar antara kelompok probiotik dan plasebo
dinilai rerata umur, jenis kelamin, rerata berat badan, rerata tinggi badan, dan
karakteristik nyeri perut sebelum terapi. Kedua kelompok studi tidak berbeda
(51)
kelamin perempuan. Rerata berat badan kedua kelompok studi adalah
masing-masing 29.3 kg dan 36 kg. Rerata tinggi badan kedua kelompok
studi adalah masing-masing 138 cm dan 136.2 cm. Rerata frekuensi nyeri
perut sebelum terapi kedua kelompok studi yaitu 2.7 kali perminggu, rerata
lama nyeri perut sebelum terapi kedua kelompok studi masing-masing 12.4
menit dan 13.1 menit. Rerata berat nyeri perut sebelum terapi kedua
kelompok studi yaitu 2.7 pada skala NRS yang berarti nyeri perut ringan.
Tabel 4.2. Perbandingan frekuensi, lama, berat nyeri perut, minum obat anti
nyeri, absen sekolah, dan ketidaknyamanan di perut sebelum dan
sesudah 2 minggu pemberian probiotik
Pemantauan Sebelum terapi
Sesudah
terapi IK 95% P
Frekuensi nyeri setelah terapi (SD)
2.7 (0.66) 1.08 (0.84) 1.378;1.931
0.0001† 0.0001† Lama nyeri setelah terapi (SD) 12.4 (6.57) 8.4 (7.45) 2.412;5.518
Intensitas nyeri setelah terapi (SD)
Minum obat anti nyeri (%) Absen sekolah (%)
2.7 (0.72) 13 (22.4) 9 (15.5) 1.6 (1.14) 4 (6.9) 1 (1.7) 0.726;1.480 0.482;0.995 -0.706;1.120 0.0001† 0.02• 0.155• 0.01• Ketidaknyamanan di perut (%) 47 (81) 18 (31) 0.493;0.773
•Uji Kai-kuadrat †Uji t independen
Tabel 4.2 menunjukkan perbandingan frekuensi, lama, berat nyeri perut,
minum obat anti nyeri, absen sekolah, dan ketidaknyamanan di perut
(52)
uji t independen, terdapat perbedaan bermakna berkurangnya frekuensi,
durasi, dan berat nyeri perut setelah pemberian probiotik (P=0.0001). Dengan
menggunakan uji kai-kuadrat dari 58 anak yang mendapat probiotik, terdapat
13 anak (22.4%) minum obat anti nyeri sedangkan pada kelompok plasebo
terdapat 4 anak (6.9%) minum obat anti nyeri. Tidak ada perbedaan
bermakna minum obat anti nyeri sebelum dan setelah pemberian probiotik
(P=0.02). Demikian pula tidak dijumpai perbedaan bermakna adanya rasa
tidak nyaman di perut dan ketidakhadiran di sekolah sebelum dan setelah
pemberian probiotik.
Tabel 4.3. Perbandingan frekuensi, lama, berat nyeri perut, minum obat anti
nyeri, absen sekolah, dan ketidaknyamanan di perut sebelum dan
setelah 2 minggu pemberian plasebo
Pemantauan Sebelum terapi
Sesudah
terapi IK 95% P
Frekuensi nyeri setelah terapi (SD)
2.7 (0.67) 2.0 (0.96) 0.447;0.932
0.0001† 0.0001† Lama nyeri setelah terapi (SD) 13.1 (7.30) 10.7 (7.46) 2.413;5.518
Intensitas nyeri setelah terapi (SD)
Minum obat anti nyeri (%) Absen sekolah (%)
2.7 (0.66) 13 (22.4) 13 (22.7) 2.4 (2.79) 8 (13.8) 5 (8.6) -0.371;1.129 0.426;1.020 0.491;1.020 0.315† 0.01• 0.007• 0.0001• Ketidaknyamanan di perut (%) 48 (82.8) 29 (50.0) 0.279;0.561
•Uji Kai-kuadrat †Uji t independen
(53)
Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan frekuensi, lama, berat nyeri perut,
minum obat anti nyeri, absen sekolah, dan ketidaknyamanan di perut
sebelum dan setelah 2 minggu pemberian plasebo. Dengan menggunakan uji
t independen, terdapat perbedaan bermakna berkurangnya frekuensi, dan
durasi, nyeri perut setelah pemberian plasebo (P=0.0001), tetapi tidak dalam
mengurangi berat nyeri perut (P=0.315). Dengan menggunakan uji
kai-kuadrat dari 58 anak yang mendapat plasebo, terdapat 13 anak (22.4%)
minum obat anti nyeri sedangkan pada kelompok plasebo terdapat 8 anak
(13.8%) minum obat anti nyeri. Tidak ada perbedaan bermakna minum obat
anti nyeri sebelum dan setelah pemberian plasebo (P=0.01). Dari 58 anak
yang mendapat plasebo, terdapat 13 anak (22.7%) absen sekolah karena
nyeri perut sedangkan pada kelompok plasebo terdapat 5 anak (8.6%).
Terdapat perbedaan bermakna absen sekolah sebelum dan setelah
pemberian plasebo (P=0.007). Demikian pula terdapat perbedaan bermakna
adanya ketidaknyamanan di perut sebelum dan sesudah pemberian plasebo
(54)
Tabel 4.4. Perbandingan keberhasilan pengobatan, frekuensi, lama, dan
berat nyeri perut setelah 2 minggu terapi
Pemantauan Probiotik n = 58
Plasebo
n = 58 IK 95% P
Keberhasilan pengobatan (%) Frekuensi nyeri setelah terapi (SD) 17 (29.3) 1.08 (0.54) 8 (13.8) 2.0 (0.96) -0.325;7.333 1.260;-0.601 0.432• 0.0001† 0.091† Lama nyeri setelah terapi (SD) 8.4 (7.45) 10.7 (7.46) -4.849;0.367
Intensitas nyeri setelah terapi (SD)
1.6 (1.14) 2.4 (2.79) -1.575;0.092 0.08†
•Uji Kai-kuadrat †Uji t independen
Tabel 4.4 menunjukkan perbandingan keberhasilan pengobatan,
frekuensi, lama dan berat nyeri perut antara kelompok probiotik dan plasebo
setelah 2 minggu pemberian terapi. Dengan menggunakan uji kai-kuadrat
dari 58 anak yang mendapat probiotik didapatkan 17 (29.3%) anak sembuh
(nyeri perut tidak ada), sedangkan pada kelompok plasebo 8 (13.8%) anak
sembuh. Tidak ada perbedaan bermakna kesembuhan pada kelompok yang
mendapat probiotik dengan kelompok plasebo (P=0.432, IK 95%:
-0.325;7.333).
Setelah 2 minggu pemberian terapi, dengan menggunakan uji t
independen, terdapat perbedaan bermakna berkurangnya frekuensi nyeri
(55)
(P=0.0001). Sedangkan lamanya nyeri perut dan beratnya nyeri perut tidak
dijumpai adanya perbedaan bermakna antara kedua kelompok.
Tabel 4.5. Perbandingan perbedaan minum obat anti nyeri, absen sekolah
dan rasa tidak nyaman di perut setelah 2 minggu terapi
Pemantauan Probiotik n = 58
Plasebo
n = 58 IK 95% P
Minum obat anti nyeri setelah terapi (%)
4 (6.9) 8 (13.8) -1.050;1.312
0.543 0.914 Absen sekolah setelah terapi
(%)
1 (1.7) 5 (8.6) -1.011;1.188
Rasa tidak nyaman di perut setelah terapi (%)
18 (31) 29 (50) -0.237;2.213 0.578
Tabel 4.5 menunjukkan perbandingan minum obat anti nyeri, absen
sekolah dan rasa tidak nyaman di perut antara kelompok probiotik dan
plasebo setelah 2 minggu pemberian terapi. Dengan menggunakan uji
kai-kuadrat dari 58 anak yang mendapat probiotik, terdapat 4 anak (6.9%) minum
obat anti nyeri sedangkan pada kelompok plasebo terdapat 8 anak (13.85)
minum obat anti nyeri. Tidak ada perbedaan bermakna pada kelompok yang
mendapat probiotik dengan kelompok plasebo (P=0.543). Tidak dijumpai
perbedaan bermakna adanya rasa tidak nyaman di perut dan ketidakhadiran
(56)
BAB 5. PEMBAHASAN
Dispepsia fungsional sering dijumpai pada anak usia sekolah.6 Penelitian
dibeberapa negara menunjukkan prevalensi yang bervariasi antara 3.5%
sampai 27%.4,5 Penelitian di Amerika Utara melaporkan 12.5% sampai 15%
anak berusia 4 sampai 18 tahun dirujuk ke pusat pelayanan tersier karena
keluhan nyeri perut merupakan dispepsia fungsional.
Pada penelitian ini dari 958 siswa yang diperiksa, 124 (12.9%)
memenuhi kriteria Rome III sebagai dispepsia fungsional. Rerata usia siswa
yang menderita dispepsia fungsional adalah 11 tahun pada kedua kelompok
studi. Penelitian ini memasukkan anak usia 7 sampai 14 tahun sebagai
subjek penelitian didasarkan pada prevalensi yang cukup tinggi untuk
terjadinya dispepsia fungsional pada anak usia sekolah serta dispepsia yang
disebabkan oleh kelainan organik maupun patologis prevalensinya cukup
kecil pada usia tersebut. Penelitian oleh Rerksuppaphol pada anak usia di
atas 5 tahun dengan keluhan nyeri perut, tidak nyaman, dan mual sedikitnya
dalam waktu 1 bulan, 62% merupakan dispepsia fungsional. 16
2
Pada penelitian ini dari 58 orang siswa yang diberikan probiotik
Lactobacillus, 17 siswa (29.3%) dinyatakan sembuh (tidak dijumpai nyeri). Sementara dari 58 orang siswa yang diberikan plasebo, 8 orang siswa
(57)
probiotik Lactobacillus dengan plasebo terhadap kesembuhan dengan nilai P=0.432. Terdapat perbedaan bermakna berkurangnya frekuensi nyeri perut
pada kelompok probiotik dibandingkan plasebo, tetapi tidak dijumpai
perbedaan bermakna dalam hal mengurangi durasi dan beratnya nyeri perut
yang terjadi.
Pada penelitian ini digunakan probiotik strain Lactobacillus sp dengan merk dagang Lacidofil yang mengandung Lactobacillus rhamnosus 1.9 x 109 CFU dan Lactobacillus acidophilus 0.1 x 109 CFU perkapsul diberikan satu kali sehari selama 2 minggu. Pemilihan strain probiotik Lactobacillus sp karena probiotik ini memiliki kemampuan menstimulasi imunitas,
mempengaruhi waktu migrasi motorik dan transit usus halus, meningkatkan
ambang rangsang nyeri dengan cara meregulasi ekspresi opiat dan
cannabinoid tipe 2 serta menekan hipersensitivitas yang diinduksi stres.41
Selain itu dari uji klinis yang telah ada Lactobacillus sp memiliki rentang dosis yang luas berkisar 1 x 107 sampai 1.8 x 109 per hari dengan lama pemberian
1 sampai 10 minggu, dan relatif aman digunakan.23,42 Namun sampai saat ini
belum ada ketetapan yang pasti mengenai dosis probiotik dan lamanya
probiotik diberikan.
Beberapa faktor kurang atau tidak nyatanya pengaruh probiotik pada
pengobatan dispepsia fungsional kemungkinan berhubungan dengan
probiotik itu sendiri seperti seleksi jenis probiotik yang tidak tepat, terlalu 23
(58)
pendeknya waktu pemberian, dan kurangnya dosis probiotik.43
Pada penelitian ini digunakan plasebo sebagai perbandingan untuk
keberhasilan terapi. Plasebo sendiri memiliki efek pada penderita dispepsia
fungsional berkisar 10% sampai 70%.
Terdapat
kelemahan pada penelitian ini salah satunya tidak dilakukannya pemeriksaan
jumlah kandungan probiotik sebelum terapi dilakukan, yang dapat berkurang
karena proses penyimpanan dan lain-lain, sehingga dapat mempengaruhi
kemungkinan kurangnya dosis probiotik yang diberikan.
43
Uji klinis pemberian probiotik untuk mengurangi nyeri perut pada
gangguan nyeri perut fungsional anak masih sangat terbatas. Beberapa uji
klinis yang telah ada tidak menggunakan diagnosis nyeri perut yang spesifik.
Uji klinik oleh Gawronska pada 104 anak usia dengan gangguan nyeri perut
fungsional (dispepsia fungsional, sindrom usus iritabel, nyeri perut fungsional)
yang diberikan LGG 3 x 10
Efek plasebo dengan rentang yang
luas juga diduga dapat menyebabkan kurang atau tidak jelasnya efek dari
pengobatan probiotik. Penelitian ini dilakukan di sekolah, yang mana
ditemukan sebagian besar intensitas nyeri ringan. Hal ini juga kemungkinan
menyebabkan tingginya efek plasebo pada penelitian ini.
9
CFU dua kali sehari selama 4 minggu, secara
keseluruhan didapat keberhasilan yang moderat terapi pemberian LGG
dibandingkan dengan plasebo (25% vs 9.6% P =0.08), pemberian LGG juga
(59)
mengurangi nyeri perut yang terjadi.13
Uji klinis oleh Francavilla pada anak dengan nyeri perut berulang,
pemberian probiotik LGG 3 x 109 CFU selama 8 minggu menunjukkan LGG
bermakna dalam mengurangi nyeri dan berat sakit perut di bandingkan
dengan plasebo pada anak sindrom usus iritabel, sedangkan pada anak
dengan nyeri perut fungsional tidak tampak adanya perbedaan.44
Penelitian oleh Bausserman pada anak IBS, pemberian probiotik LGG
2 x 10
10
CFU selama 6 minggu tidak menunjukkan perbedaan bermakna
adanya perubahan nilai pain severity score dibanding plasebo (40% vs 44%, P=0.8), namun dapat mengurangi gejala distensi abdomen (P=0.02).45
Pada penelitian ini untuk menilai beratnya nyeri perut digunakan
numeric rating scale (NRS). NRS berupa garis lurus sepanjang 10 cm (100 mm), angka 0 dinyatakan dengan tidak ada nyeri dan semakin ke kanan
menyatakan nyeri semakin berat.
40,46
Pemilihan skala nyeri ini didasarkan
pada usia, dimana skala ini dapat digunakan pada dewasa dan anak
minimal usia 7 tahun atau anak yang telah mampu memggunakan angka
untuk menilai intensitas sakit yang dirasakan.46 Pengukuran luaran nyeri yang
dinilai oleh pasien sendiri direkomendasikan, meskipun sampai saat ini belum
ada pengukuran untuk menilai luaran nyeri pada gangguan fungsional
(60)
Pada penelitian ini digunakan catatan harian untuk mencatat luaran
karakteristik nyeri, ketidaknyamanan di perut, absen sekolah, dan adanya
minum obat antinyeri. Sebelumnya diajarkan kepada anak dan orangtua cara
mengisi catatan harian dan dilakukan pemantauan catatan harian setiap
minggu. Pada penelitian ini untuk menjaga kepatuhan minum obat pemberian
probiotik atau plasebo dilakukan di sekolah kecuali hari minggu atau pada
anak yang tidak hadir sekolah dilakukan kunjungan ke rumah.
Penggunaan catatan harian nyeri untuk mengukur luaran yang dinilai
direkomendasikan untuk menghindarkan terjadinya recall bias.43,47 Namun sampai saat ini validitas catatan harian ini masih dipertanyakan. Masalah
yang dapat timbul dengan menggunakan catatan harian yaitu
ketidakpatuhan dalam mengisi catatan harian dan kadang catatan diisi
secara retrospektif saat pemeriksaan catatan harian akan dilakukan,
sehingga dianjurkan menggunakan catatan atau rekaman elektronik untuk
melihat kepatuhan dan luaran yang dinilai.47
Pada penelitian ini probiotik dapat ditoleransi dengan baik dan tidak
ditemukan adanya efek samping ringan maupun berat. Efek samping dari
pemberian probiotik biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri seperti
flatulence dan rasa tidak nyaman di perut.
22
Pada penelitian ini selama
(61)
sebelum diterapi sudah mempunyai keluhan yang sama, sehingga tidak
dimasukkan sebagai efek samping terapi.
Efek yang berat yaitu sepsis atau bakteremia oleh karena translokasi
bakteri di usus halus, sehingga pemberian probiotik dikontraindikasikan pada
pasien dengan sakit berat, anak yang memiliki gangguan imun
(immunocomprised), dan anak dengan sindrom usus pendek.24,48 Abses hati pernah dilaporkan terjadi akibat konsumsi yogurt yang mengandung
Lactobacillus lactis yang dikonsumsi secara regular.37
Tatalaksana dispepsia fungsional meliputi terapi farmakologis dan non
farmakologis.
7,25 Beberapa faktor mempengaruhi kesembuhan dispepsia
fungsional seperti pola makan, masalah psikologis, dan faktor sosial,8 yang
mana tidak diintervensi pada penelitian ini. Sehingga masih diperlukan
penelitan lebih lanjut secara menyeluruh untuk menilai efikasi penggunaan
probiotik Lactobacillus sebagai pengobatan dispepsia fungsional pada anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan dispepsia fungsional.
(62)
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara
pemberian probiotik Lactobacillus maupun plasebo terhadap kesembuhan
anak dengan dispepsia fungsional dengan nilai P=0.543.
3.2. SARAN
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan pengamatan yang menyeluruh dan
pemantauan jangka panjang untuk menentukan efikasi pemberian probiotik
dihubungkan dengan kesembuhan pada anak dengan dispepsia fungsional
(63)
DAFTAR PUSTAKA
1. Torpy JM, Lynm CS, Glass RM. Dyspepsia. JAMA. 2006;295(13):1612.
2. Rerksuppaphol L, Rerksuppaphol S. Functional dyspepsia in children. JMHS. 2007;14(2):78-89.
3. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suraatmaja S. Sakit perut akut pada anak. Dalam: Suraatmaja S, penyunting. Kapita selekta gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung Seto, 2005. h.189-203.
4. Hyams JS, Davis P, Sylvester FA, Zester D, Justinish CJ, Leren T. Dyspepsia in children and adolescents: a prospective study. JPGN. 2000;30:413-8.
5. De Giacomo, Valambrini V, Lizzoli F, Gissi A, Palestra U, Tinelli C,dkk. A population-based survey on gastrointestinal tract symptoms and Helicobacter pylori infection in children and adolescents. Helicobacter. 2002;7:356-63.
6. Youssef NN, Murphy TG, Langseder AL, Rosh JR. Quality of life for children with functional abdominal pain: a comparison study of patients and parents perceptions. Pediatrics. 2005;117(1):54-9.
7. Saps M, Dhroove G. Treatment of functional abdominal pain. Rev Gastroenterol Mex. 2009;11:106-10.
8. Whitfield KL, Schulman RJ. Treatment options for functional gastrointestinal disorders; from empiric to complementary approaches. Pediatr Ann. 2009;38(5):288-94.
9. Dobrek L, Thor PJ. Pathophysiologycal concepts of functional dyspepsia and irritable bowel syndrome future pharmacotherapy. Acta Pol Pharm. 2009;66:447-60.
10. McOmber ME, Shulman RJ. Recurrent abdominal pain and irritable bowel syndrome in children. Curr Opin Pediatr. 2007;19:581-5.
11. Drisko JA, Giles CK, Bischoff BJ. Probiotics in health maintenance and disease prevention. Altern Med Rev. 2003;8:143-53.
12. Saps M, DiLorenzo C. Probiotik for abdominal pain disorders in children-safe touse buy are that helpful? Nat Clin Pract Gastroenterol Hepatol. 2007;4:430-1.
13. Gawronska A, Dziechciarz P, Horvath A, Szjewska H. A randomized doble-blind placebo-controlled trial of lactobacillus GG for abdominal pain disorders in children. Aliment Pharmacol Ther. 2005;25:177-84. 14. Thomson M, Walker-Smith J. Dyspepsia in infants and children.
(64)
15. Rasquin A, Lorenzo CD, Forbes D, Guiraldes E, Hyams JS, Staiano A, dkk. Childhood functional gastrointestinal disorders: Child/ adolescent. Gastroenterology. 2006;130:1527-37.
16. AAP Subcommittee and NASPGHAN Committee on Chronic Abdominal pain. Chronic abdominal pain in children: A technical report of the American Academy of Pediatrics and the North American Society for Pediatric Gastroenterology, hepatology and Nutrition. JPGN. 2005;40:249-61.
17. Plunkett A, Beattie RM. Recurrent abdominal pain in children. JMHS. 2007;14(2):78-89.
18. Miele E, Simeone D, Marino A, Greco L, Auricchio R, Novek SJ, dkk. Functional gastrointestinal disorders in children: an Italian prospective survey. Pediatrics. 2004;114;73-8.
19. Devanarayana NM, Rajindrajith S, Janaka H. Recurrent abdominal pain in children. Indian J Pediatr. 2009;46:389-96.
20. Cunningham CL, Banez GA. Pediatric gastrointestinal disorders. New York: Springer, 2006. h.93-7.
21. Casio S. Frequency of Helicobacter pylori infection using the Helicobacter pylori stool antigen test (HPSAT) among children diagnosed with dyspepsia. Pediatr Infect Dis J. 2009;10:1-6.
22. Chitkara D, Camilleri M, Alan R, Zinsmester AR, Burton D, El-Youssef M, dkk. Gastric sensory and motor dysfunction in adolescents with functional dyspepsia. Clin Enteric neurosci Translational and Epidemiol Res. 2004;46:500-55.
23. Connor FL, Di Lorenzo C. Motility. Dalam: Walker WA, Gouglet O, Kleinman RE, penyunting. Pediatric gastrointestinal disease. Edisi ke-4. New York: BC Decker Inc, 200ke-4. h.55-66.
24. Schurman JV, Singh M, Singh V, Neilan N, Friesen CA. Symptoms and subtypes in pediatric functional dyspepsia: relation to mucosal inflammation and psychological functioning. JPGN. 2010;10:1-6.
25. Talley NJ, Vakil N. Guidelines for the management of dyspepsia. Am J Gastroenterol. 1998;100:2324-37.
26. Saps M, Lorenzo CD. Pharmacotherapy for functional gastrointestinal disorders in children. JPGN. 2009;48:101-3.
27. Kligler B, Cohrssen A. Probiotics. Am Fam Physician. 2008;78:1073-7. 28. FAO/WHO. Health and nutritional properties of probiotics in food
including power milk with live lactic acid bacteria. Disampaikan pada Joint FAO/ WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and Nutritional Properties of Probiotics in Food Including Power Milk with Live Lactic Acid Bacteria, Cordoba, Argentina, 1-4 Oktober, 2001. 29. Marteau P, seksik P, Jian R. Probiotics and intestinal health effects: a
(65)
30. Laiho K, Isolaury E. Biotherapeutic and nutraceutical agents. Dalam: Guandalini S, penyunting. Texbook of pediatric gastroenterology and nutrition. London: Taylor & Francis group, 2005. h.525-35.
31. Salvini F, Granieri L, Gemmellaro L, Giovannini M. probiotics, prebiotics and child health: where are we going. J Int Med Res. 2004;32:97-108.
32. Isolauri E, Kirjavainen PV, Salminen S. Probiotics: a role in the treatment of intestinal infection and inflammation. Gut. 2002;50(3):54-9.
33. Bodera P,Chcialowski A. Immunomodulatory effect of probiotic bacteria. Recent Pat Inflamm Alergy Drug DIscov. 2009;3(1):58-64. 34. Valeur N, Engel P, Carbajal N, Connolly E, Ladefoged K. Colonization
and immunomodulation by lactobacillus reuteri ATCC 55730 in the human gastrointestinal tract. Environ Microbiol. 2004;70:1176-81.
35. Kim HJ, Roque V, Camilleri M, Stephens D, Burton D, Baxter K, Thomforde G, Zinsmeister AR. A randomized controlled trial of a probiotic combination VSL ≠ 3 and placebo in irritable bowel syndrome with bloating. Neurogastroenterol Motil. 2005;17:687-96.
36. Salvatore S, Vandenplas Y. Prebiotics and probiotics in therapy and prevention of gastrointestinal disease in children. New York: Elsevier, 2010. h.181-97.
37. Thomas DW, Frank RG. Probiotics and prebiotics in pediatrics. Pediatrics. 2010;126:1217-28.
38. Elena F, Verdu, Bercik P, Xi Huang X, Lu J, Al-Mutawaly N. The role of luminal factors in the recovery of gastric function and behavioral changes after chronic Helicobacter pylori infection. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol. 2008;295:664-670.
39. Madiyono M, Moeslischan S, Sastroasmoro S, budiman I, Purwanto HS. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 2007. h.302-30.
40. Wong D, Baker C. Pain in Children: comparison of assessment scales. Pediatr Nurs. 1988;14:9-17.
41. Simren M, Barbara G, Flint HJ, Spiegel BM, Spiller RC, Vanner S, dkk. Intestinal microbiota in functional bowel disorders:a Rome foundation report. Gut. 2013;62:159-76.
42. Floch MH, Madsen KK, Jenkins DJ, Guandalini S, Jeffery AK, Onderdonk A. Recommendations for probiotic use. J Clin Gastroenterol. 2006;40(3):275-8.
43. Irvine EJ, Whitehead WE, Chey WD. Design of treatment trials for functional gastrointestinal disorders. Gastroenterology.
(66)
44. Francavilla R, Miniello V, Magista AM, De Canio A, Bucci N, Gagliardi F. A randomized controlled trial of lactobacillus GG in children with functional abdominal pain. Pediatrics. 2010; 126:1445-451.
45. Bausserman M, Michail S. The use Lactobacillus GG in irritable bowel syndrome in children:a double-blind randomized control trial. J Pediatr. 2005; 147:197-201.
46. Pawar D, garten L. Pain management in children. IASP. 2007; 34:255-68.
47. Stone AA, Shiffman S, Schwartz JE, Broderick JE, Hufford MR. Patient non-compliance with paper diaries. Br Med J. 2002; 324:1193-4.
48. Nowrouzi J, Mirzaii M, Nowrouzi M. Study of Lactobacillus as probiotic bacteria. Iranian J Publ health. 2004; 33(2):1-7.
(67)
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian
1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Tuty Ahyani
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU
2. Anggota Penelitian
1. dr. Supriatmo, SpA(K)
2. dr.Hj.Melda Deliana, SpA(K)
3. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K)
2. Anggaran Penelitian
1. Bahan / perlengkapan : Rp. 8.500.000
2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 3.500.000
3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 1.500.000
4. Seminar hasil penelitian : Rp. 1.500.000
(68)
3. Jadwal Penelitian WAKTU
KEGIATAN
OKTOBER 2011
APRIL 2012
MEI 2012
JUNI 2012
AGUSTUS 2012
SEPTEMBER 2012
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan laporan Pengiriman Laporan
(69)
4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua
Yth. Bapak / Ibu ……….
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter Tuty Ahyani, dari bagian divisi gastroenterohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP H.Adam Malik Medan, dan teman-teman saya dari RSUD Salak kabupaten Pakpak Bharat. Saat ini, kami akan melaksanakan penelitian tentang efek pengobatan probiotik pada anak yang menderita dispepsia fungsional. Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, anak Bapak/ Ibu menderita sakit dispepsia fungsional yang dapat berdampak pada jumlah ketidakhadiran di sekolah.
Untuk itu, kami berencana untuk mengobati anak Bapak/ Ibu dengan memberikan obat probiotik. Probiotik adalah mikroorganisma atau bakteri hidup yang bila diberikan dalam jumlah cukup memberikan pengaruh menguntungkan bagi pejamu (manusia). Dari penelitian di dapatkan bahwa pemberian probiotik akan memberikan efek yang baik dalam mengurangi jumlah dan beratnya nyeri perut yang terjadi. Hanya saja penelitian ini dilaksanakan di luar negeri. Saat ini saya mencoba untuk melakukan penelitian ini.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pemberian catatan harian nyeri dan kuesioner untuk mengetahui anak yang menderita nyeri perut. Pada anak yang menderita nyeri perut, akan diberikan obat selama 2 minggu, obat diminum satu kali sehari. Pemantauan dilakukan selama dua minggu dan dilakukan evaluasi catatan harian dan pemeriksaan fisik dibandingkan dengan sebelum diberi obat.
(70)
Jika Bapak/ Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami mengharapkan bapak/ Ibu menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP).
Bapak/ Ibu serta putra/ putri anda bebas menolak ikut atau mengundurkan diri dalam penelitian ini. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak memungkinkan orang lain mengetahui data penderita. Semua biaya penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
Bila ada hal-hal yang belum jelas agar bapak/ ibu menanyakan kepada saya dr.Tuty Ahyani, alamat : Jalan Kenanga sari nomor 12 Medan, nomor telepon 08170728685.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami, Tim Peneliti
(71)
5. Persetujuan setelah penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pengobatan dispepsia fungsional terhadap anak saya : Nama : ... Umur : ... tahun ... bulan L / P Alamat Rumah : ...
yang tujuan, sifat, dan perlunya pengobatan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
... , ...2012 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan
dr. ... ...
Saksi-saksi : Tanda tangan
1. ... ... 2. ... ...
(72)
6. Lembar Kuesioner
Efikasi Probiotik Lactobacillus Dalam Pengobatan Dispepsia Fungsional Pada Anak
Nomor register
: ……… Nomor studi
: ……… Nama lengkap
: ……….. Kelas
: ……… SD/SLTP
: ……… Alamat sekolah
: ……… Tanggal wawancara
: ……… Pewawancara
(73)
6.1. Data Pribadi
Nama lengkap : ………
Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Tempat/ tanggal lahir :……….
Umur : ……….
Alamat rumah :………..
Anak ke …. ……dari ………….bersaudara
Pekerjaan orangtua : ( ) petani ( ) wiraswasta ( ) pegawai negeri ( ) lain-lain
Pendidikan orang tua : ayah Ibu
( ) ( ) Tidak sekolah ( ) ( ) Sekolah Dasar ( ) ( ) SLTP
( ) ( ) SLTA
(74)
6.2. Anamnese sakit perut (dispepsia fungsional)
1. Apakah mengalami sakit perut dalam 2 bulan terakhir ( ) Ya ( ) Tidak 2. Apakah sakit perut > 1 kali setiap minggu ( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya, berapa jumlah sakit perut dalam 1 minggu ……… kali
3. Apakah absen sekolah karena sakit perut ( ) Ya ( ) Tidak Jika ya, berapa kali, sebutkan :………..kali
4 .Apakah sakit perut mengganggu aktifitas ( ) Ya ( ) Tidak Jika ya, saat serangan sakit perut : a. masih dapat berjalan
b. mengambil posisi duduk c. mengambil posisi tidur
d. disertai menangis dan menjerit 5 .Apakah minum obat anti nyeri saat serangan sakit perut ( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya, jenis obat yang diminum, sebutkan : ………. 6. Apakah sakit perut berada di daerah : (bisa > dari 1 jawaban)
a. Sekitar pusat
b. Ulu hati dan perut bagian atas c. Perut bagian bawah
7. Apakah sakit perut disertai : ( bisa > 1 jawaban) a. mual
b. muntah c. kembung d. sendawa
e. perut terasa penuh f. cepat kenyang
g.sakit perut berhubungan dengan makan
8. Berapa lama sakit perut berlangsung (dalam menit) a. < 10 menit
(75)
d. 30 menit e. 1 jam
f. > 1 jam
9. Apakah sakit perut menjalar ke punggung, bahu, kaki ( )Ya ( )Tidak 10 Apakah diantara episode sakit perut terdapat masa bebas ( )Ya ( )Tidak gejala
11. Apakah sakit perut disertai nyeri dada ( )Ya ( )Tidak 12. Apakah terbangun malam hari karena nyeri perut ( )Ya ( )Tidak 13. Apakah nyeri perut timbul pada pagi hari ( )Ya ( )Tidak 14. Apakah dijumpai penurunan nafsu makan ( )Ya ( )Tidak 15. Apakah sakit perut disertai demam ( )Ya ( )Tidak 16. Apakah didapati mencret ( )Ya ( )Tidak 17. Apakah sulit buang air besar ( )Ya ( )Tidak 18 Apakah sakit perut berkurang setelah buang air besar ( )Ya ( )Tidak 19. Apakah sakit perut disertai buang air besar berdarah ( )Ya ( )Tidak 20. Apakah didapati nyeri buang air kecil ( )Ya ( )Tidak 21. Pada wanita, apakah sakit perut pada waktu haid ( )Ya ( )Tidak
22.Penilaian berat nyeri perut menggunakan Numeric pain rating scale (NRS).
Silahkan lingkari satu angka yang terdapat pada garis lurus untuk menunjukkan beratnya nyeri perut yang dialami. Angka 0 menunjukkan tidak adanya nyeri, sedangkan nyeri yang terberat berada di batas paling kanan, yaitu angka 10.
40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri sangat amat nyeri sedang nyeri
(1)
7. Catatan Harian
Nama : No.registrasi :
Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan No.studi : Sekolah/Kelas : Tgl mulai terapi :
H A R I
PEMANTAUAN 1 2 3 4 5 6 7
Minum obat Sakit perut
Lama sakit perut (menit)
Berat sakit perut ( nilai NRS: 0 s/d 10) Minum obat anti nyeri
Absen sekolah
Rasa tidak nyaman di perut (kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, mual,muntah, mencret) Demam
H A R I
PEMANTAUAN 8 9 10 11 12 13 14
Minum obat Sakit perut
Lama sakit perut (menit)
Berat sakit perut ( NRS: 0 s/d 10) Minum obat anti nyeri
Absen sekolah
(2)
Keterangan pengisian catatan harian :
• Beri tanda (√ ) setelah selesai minum obat setiap hari pada kolom hari yang sesuai.
• Beri tanda (√ ) bila dijumpai nyeri perut pada kolom hari yang sesuai.
• Tuliskan lama nyeri perut dalam satuan menit pada kolom hari yang sesuai. • Berat nyeri disi pada kolom hari yang sesuai dengan angka 0 sampai dengan
10 menggunakan * Numeric pain rating scale (NRS), yaitu:
Silahkan lingkari satu angka yang terdapat pada garis lurus untuk menunjukkan beratnya nyeri perut yang dialami. Angka 0 menunjukkan tidak adanya nyeri, sedangkan nyeri yang terberat berada di batas paling kanan, yaitu angka 10.
40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri sangat amat nyeri sedang nyeri
• Beri tanda (√) bila minum obat anti nyeri karena nyeri perut dan tuliskan
nama obat anti nyeri yang diminum pada kolom hari yang sesuai. • Beri tanda (√) bila absen sekolah pada kolom hari yang sesuai
• Beri tanda (√) bila dijumpai rasa tidak nyaman di perut meliputi : kembung,
perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, mual, muntah, dan mencret pada kolom hari yang sesuai, dan tuliskan jenis rasa tidak nyaman yang dijumpai tersebut.
(3)
8. Tabel angka random
40927415 956121 168117 169280 326569 266541 926937 515107 014658 159944 821115 317592 867169 388342 832261 993050 639410 698969 867169 542747 032683 131188 926198 371071 512500 843384 085361 398488 774767 383387 062454 423050 670884 840940 845839 979662 806702 881309 772977 367506 729830 457758 837815 163631 622143 938278 231305 219737 926839 453853 767825 284716 916182 467113 854813 731620 978100 589512 147694 389180 851595 452454 262448 688990 461777 647847 449357 556695 806050 123754 722070 935916 169116 586865 756231 469281 258737 989450 139470 358095 528858 660128 342072 581203 433775 761861 107191 515960 759056 150336 221922 232624 398839 495004 881970 792001 740207 078048 854928 875559 246288 000144 525873 755998 866034 444933 785944 018016 734815 499711 254256 616625 243045 251938 773112 463857 781983 078184 380752 492245 638951 982155 747821 773030 594005 526828 868888 769341 477611 628714 250645 853454 611034 167642 761316 589251 330456 681722 379290 955292 664549 565401 320855 215201 411257 411484 068629 050150 106933 900095 407167 435509 578642 268724 366564 511815 895893 438644 330273 590506 820439 976891 986683 830515 284065 813310 554920 111395 335421 814351 508062 663801 365001 924418 927660 793888 507773 975109 625175 552278 957559 263000 471608 888683 146821 034687 694904 499959 950969 085327 352611 335924 863016 494926 871064 665892 076333 990558 876958 865769 882966 236535 541645 819783 619813 221175 370697 566925 705564 472934 476626 646911 337167 965652 195448 116729 578292 863854 145858 206557 430943 591126 286553 981699 232269 819656 867825 890737
(4)
(5)
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Tuty Ahyani
Tempat dan Tanggal Lahir
: Aek Songsongan,1 November 1977
Alamat
: Villa Setia Budi Permai No.A-8
Jl. Kenanga Sari, Medan, Indonesia
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar
: SD Negeri 010133 Aek Songsongan
tamat tahun 1990
Sekolah Mengah Pertama
: SMP Negeri 1 Kisaran, tamat tahun 1993
Sekolah Menengah Atas
: SMA Negeri 6 Medan, tamat tahun 1996
Dokter Umum
: Fakultas Kedokteran UISU Medan,
tamat tahun 2003
PEKERJAAN
2003 – sekarang : Staf Puskesmas Aek Songsongan Kabupaten Asahan
(6)