2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan
Tiga fase dalam proses pengambilan keputusan Turban, 1995 yaitu : 1. Fase penalaran intelligence phase
Tujuan dalam fase ini adalah mengenali permasalahan, situasi dan peluangya. Output yang dihasilkan berupa
rumusan masalah. problem statement. 2. Fase perancangan design phase
Tujuan dalam fase ini adalah menghasilkan dan menganalisa alternative solusi. Dalam fase ini dilakukan
pemodelan terhadap permasalahan yang ada. Pemodelan sendiri berarti konseptualiasi masalah dan abstraksinya
dalam bentuk kuantitatif dan atau kualitatif. 3. Fase pemilihan choice phase
Batas antara fase perancangan dan fase pemilihan tidak tegas karena adanya aktifitas-aktifitas sama yang dilakukan
dalam kedua fase tersebut. Orang sering secara iterative kembali ke fase perancangan pada saaat berada dalam fase
pemilihan. Misalkan menemukan alternative solusi baru pada saat mengevaluasi alternative solusi yang sudah
ditemukan sebelumnya. Dalam fase ini dilakukan pencarian alternative solusi yang sesuai dari antara alternative yang
dihasilkan dalam fase perancangan yang dapat dipakai untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Dalam pemecahan masalah problem solving, tiga fase
pengambilan keputusan yang ada akan diikuti implementasi terhadap rekomendasi yang menjadi output dari fase pemilihan.
2.2 Analytcial Hierarki Process AHP
AHP atau Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode dalam sistem pendukung pengambilan keputusan. AHP merupakan model yang
luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara
membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.
Dalam metode AHP ini perlu memasukkan pertimbangan dan nilai public pribadi secara logis. Pertimbangan yang ada merupakan satu keadaan yang saling
berhubungan. Hal ini karena disebabkan manusia pada umumnya mempunyai perasaan yang berlainan terhadap situasi yang sama, tetapi dapat berubah karena
adanya interaksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman. Pada kenyataannya bila kita mengambil keputusan maka preferensi pribadi dan bujukan lebih
berperan daripada logika yang lugas dan jelas. Untuk mendefinisikan masalah yang kompleks dan mengembangkan
pertimbangan sehat, AHP harus dicoba dan dicoba lagi, atau diulang sepanjang waktu. Para pengambil keputusan dapat memperbanyak elemen-elemen suatu
persoalan hierarki dan mengubah beberapa pertimbangan para pengambil keputusan.
Para pengambil keputusan dapat pula memeriksa kepekaan hasil terhadap aneka macam perubahan yang dapat di antisipasi.
2.2.1 Prinsip-Prinsip dasar dalam AHP terbagi 3 yaitu :
1. Prinsip menyusun hierarki Permasalahan dan realitas yang kompleks dapat disederhanakan
menjadi sebuah masalah yang sederhana. Peyederhanaan masalah kompleks ini dilakukan dengan cara
menyusun hierarkinya, yaitu dengan memasukkan realitas kompleks ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI