Sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (studi kasus : BPBD Kabupaten Magelang).
viii ABSTRAK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk membantu pendistribusi untuk mendistribusikan logistik sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pendistribusi dalam konteks ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Divisi Logistik. Pada sistem ini, pendistribusi akan mendapatkan hasil berupa rekomendasi keputusan yang dibuat berdasarkan penilaian pendistribusi untuk masing-masing calon daerah penerima bantuan. Penilaian pendistribusi ditentukan oleh jumlah kriteria yang dipakai yaitu jumlah kerusakan kerugian (JKK), kategori kerusakan (KK), biaya usulan dana (BuD). Dalam sistem ini metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan perbandingan penilaian untuk masing-masing calon daerah. Metode ini dipilih karena memiliki struktur yang hirarkis, yang sesuai dengan inti permasalahan dalam memilih masing-masing calon daerah. Pendistribusian logistik dengan metode Analytic Hieararchy Process mampu mendapatkan hasil daerah yang menjadi prioritas pendistribusian logistik dengan error rate sebesar 17,24 % sampai dengan 23,78 %. Hasil yang didapat diperoleh selisih skor sistem dan excel dibagi dengan skor pada excel. Hasil yang diperoleh, dapat digunakan untuk membantu pendistribusi melakukan distribusi logistik ke calon daerah bencana alam ,serta hanya akan membantu (mencarikan solusi terbaik) dan tidak menjadi patokan utama dalam pendistribusian logistiknya.
Kata kunci : pendistribusian logistik daerah bencana alam, metode Analytical Hierarchy Process, sistem pendukung pengambilan keputusan
(2)
ix
ABSTRACT
Decision Support System for Logistics Distribution is a computer-based information system that can be used to help the distributor to distribute logistics according to what is desired. Distributor in this context is the Regional Disaster Management Agency (BPBD) Magelang regency Logistics Division. In this system, the distributor will get the results in the form of recommendations made decisions based distributor of votes for each candidate for local beneficiaries. Rate distributor is determined by the number of criteria were used, namely the amount of damage losses (JKK), categories of damage (KK), the cost of the funding proposal (BUD). In this system the Analytical Hierarchy Process method is used to determine the ratio of votes for each candidate region. This method was chosen because it has a hierarchical structure, corresponding to the core of the problem in selecting candidates for each region. Distribution logistics with Hieararchy Process Analytic able to get the priority areas of logistics distribution with an error rate of 17.24% to 23.78%. The results obtained by the difference score system and excel divided by the score on excel. The results obtained, can be used to help the distributor perform logistics distribution to potential natural disaster areas, and will only help (look for the best solution) and not be the main criterion in the distribution logistics.
Keywords: logistics distribution areas of natural disasters, Analytical Hierarchy Process, a decision support system
(3)
i
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDISTRIBUSIAN LOGISTIK MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun Oleh :
Romualdus Vanadio Yoga S. 125314048
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
ii
DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DISTRIBUTION LOGISTIC USING ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD
THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degree
in Informatics Engineering Study Program
Created By :
Romualdus Vanadio Yoga S. 125314048
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2016
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
viii
HALAMAN MOTTO
“Yang di depan, jalani lah”
“Santai, tetapi tetap bertanggung jawab”
“Apapun yang terjadi, terjadilah. Berusaha sebaik mungkin dan
(10)
ix ABSTRAK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk membantu pendistribusi untuk mendistribusikan logistik sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pendistribusi dalam konteks ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Divisi Logistik. Pada sistem ini, pendistribusi akan mendapatkan hasil berupa rekomendasi keputusan yang dibuat berdasarkan penilaian pendistribusi untuk masing-masing calon daerah penerima bantuan. Penilaian pendistribusi ditentukan oleh jumlah kriteria yang dipakai yaitu jumlah kerusakan kerugian (JKK), kategori kerusakan (KK), biaya usulan dana (BuD). Dalam sistem ini metode Analytical Hierarchy Process digunakan untuk menentukan perbandingan penilaian untuk masing-masing calon daerah. Metode ini dipilih karena memiliki struktur yang hirarkis, yang sesuai dengan inti permasalahan dalam memilih masing-masing calon daerah. Pendistribusian logistik dengan metode Analytic Hieararchy Process mampu mendapatkan hasil daerah yang menjadi prioritas pendistribusian logistik dengan error rate sebesar 17,24 % sampai dengan 23,78 %. Hasil yang didapat diperoleh selisih skor sistem dan excel dibagi dengan skor pada excel. Hasil yang diperoleh, dapat digunakan untuk membantu pendistribusi melakukan distribusi logistik ke calon daerah bencana alam ,serta hanya akan membantu (mencarikan solusi terbaik) dan tidak menjadi patokan utama dalam pendistribusian logistiknya.
Kata kunci : pendistribusian logistik daerah bencana alam, metodeAnalytical Hierarchy Process,sistem pendukung pengambilan keputusan.
(11)
x ABSTRACT
Decision Support System for Logistics Distribution is a computer-based information system that can be used to help the distributor to distribute logistics according to what is desired. Distributor in this context is the Regional Disaster Management Agency (BPBD) Magelang regency Logistics Division. In this system, the distributor will get the results in the form of recommendations made decisions based distributor of votes for each candidate for local beneficiaries. Rate distributor is determined by the number of criteria were used, namely the amount of damage losses (JKK), categories of damage (KK), the cost of the funding proposal (BUD). In this system the Analytical Hierarchy Process method is used to determine the ratio of votes for each candidate region. This method was chosen because it has a hierarchical structure, corresponding to the core of the problem in selecting candidates for each region. Distribution logistics with Hieararchy Process Analytic able to get the priority areas of logistics distribution with an error rate of 17.24% to 23.78%. The results obtained by the difference score system and excel divided by the score on excel. The results obtained, can be used to help the distributor perform logistics distribution to potential natural disaster areas, and will only help (look for the best solution) and not be the main criterion in the distribution logistics.
Keywords: logistics distribution areas of natural disasters, Analytical Hierarchy Process, a decision support system
(12)
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam menulis skripsi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan memberkati dan memberikan kekuatan selama proses penyelesaian tugas akhir.
2. Sudi Mungkasi,S.Si.,M.Math.Sc.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Anastasia Rita selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Eko Hari Parmadi, S.Si., M.Kom selaku dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis, serta memberikan solusi pemecahan masalah melalui kritik dan saran yang membangun.
5. Orang tua serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, doa, dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir.
(13)
(14)
(15)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN JUDUL (INGGRIS)...ii
HALAMAN PERSETUJUAN...iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...vi
HALAMAN MOTTO ...vii
ABSTRAK...viii
ABSTRACT...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR GAMBAR...xvi
DAFTAR TABEL...xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Metodologi Penelitian ... 6
(16)
xiii
BAB II LANDASAN TEORI... 8
2.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan……….…….………..8
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan………..………..8
2.1.2 Tujuan SPKK….……….………..9
2.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan………9
2.1.4 Karakteristik dan Kemampuan SPKK………...11
2.1.5 Manfaat SPKK...………..12
2.1.6 Keterbatasan SPKK………...……….…..13
2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan... 14
2.2 Analytical Hierarchy Process... 15
2.2.1 Prinsip Dasar AHP………...15
2.2.2 Keuntungan AHP……….17
2.2.3 Algoritma AHP...17
2.3 Database...21
2.3.1 Bentuk Bahasa Basis Data...21
2.3.2 Entitas dan Hubungan Antar Entitas………22
2.3.3 Atribut Tabel...23
BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM.…...25
3.1 Gambaran Umum ... ...25
3.2 Desain Penelitian... 25
3.2.1 Studi Literatur... 25
3.2.2 Data... 25
3.2.3 Perancangan Alat Uji ...26
3.3 Spesifikasi Software dan Hardware ...27
3.4 Perancangan Antar Muka(User Interface)... 28
3.4.1 Desain Form Utama... 28
(17)
xiv
3.4.2.1 Form Input Penilaian...………..28
3.4.2.2 Form Input Calon Daerah Distribusi ...29
3.4.3 Desain Form Input Penilaian...29
3.4.3.1 Form Input Pilihan Kriteria Penilaian... 29
3.4.3.2 Form Input Pilihan Daerah Distribusi...……….30
3.4.3.3 Form Input Nilai Perbandingan Kriteria Penilaian..…………..……….30
3.4.3.4 Form Input Nilai Perbandingan Daerah Distribusi...31
3.4.4 Desain Form Hasil………...31
3.4.4.1 Desain Form Hasil Perhitungan………..31
3.5 Perancangan Proses ...32
3.6 Perancangan Basisdata ...35
3.6.1 ER-Diagram...35
3.6.2 Relasi Antar Tabel...35
3.6.3 DFD Level 0...36
3.6.4 DFD Level 1...36
3.6.5 DFD Level 2...37
3.7 Perancangan Struktur Data...38
3.7.1 Tabel Kriteria...38
3.7.2 Tabel Alternatif...39
3.7.3 Tabel Alternatif Kriteria...39
3.7.4 Tabel Login...40
3.8 Penerapan AHP ... 40
BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL... 49
4.1 Implementasi...49
4.1.1 Implementasi PerhitunganAnalytical Hierarchy Proces ...49
4.1.2 Implementasi Matrik 2D ...52
(18)
xv
4.2 Hasil Implementasi ...54
4.2.1 Interface Halaman Utama ...54
4.2.2 Form Pilih Kriteria ...54
4.2.3 Form Pilih Alternatif ...55
4.2.4 Form Matrik Perbandingan Nilai Kriteria ...56
4.2.5 Form Matrik Perbandingan Sub Kriteria ...56
4.2.6 Hasil Akhir Perankingan ...59
4.3 Pengujian ...59
4.4 Analisa Hasil ...69
4.4.1 Perhitungan AHP Excel... ...69
4.4.2 Perhitungan AHP Sistem ...71
4.4.3 Uji Validitas ...71
BAB V PENUTUP...73
5.1 Kesimpulan ...73
5.2 Saran ...73
DAFTAR PUSTAKA ...74
(19)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Sistem Pendukung Keputusan...10
Gambar 2.2 Model Konseptual SPPK...11
Gambar 2.3 Karakteristik SPPK... 13
Gambar 2.4 Keuntungan AHP...18
Gambar 3.2 Desain Form Utama ...30
Gambar 3.3 Desain Form Input Penilian/Kriteria ...30
Gambar 3.4 Desain Form Input Calon Daerah Distribusi ... 31
Gambar 3.5 Desain Form Input Pilihan Kriteria ...31
Gambar 3.6 Desain Form Input Pilihan Daerah ...32
Gambar 3.7 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria ...32
Gambar 3.8 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria dengan Calon Daerah ...33
Gambar 3.9 Desain Form Hasil Perhitungan ...33
Gambar 3.10 Flowchart Perancangan Proses ...36
Gambar 3.11 ER – Diagram ...37
Gambar 3.12 Relasi Antar Tabel ...37
Gambar 3.13 DFD level 0 ...38
Gambar 3.14 DFD level 1 ...38
Gambar 3.15 DFD level 2 ...40
Gambar 4.1 Form Halaman Utama …...55
Gambar 4.2 Form Pilih Kriteria ...56
(20)
xvii
Gambar 4.4 Form Matriks Perbandingan Nilai antar Kriteria ...57 Gambar 4.5 Form Matriks Perbandingan Sub-Kriteria ...59 Gambar 4.10 Form Hasil Akhir ...60
(21)
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan ... 20
Tabel 2.2 Tabel Skala Nilai Perbandingan Berpasangan ... 20
Tabel 2.3 Tabel Nilai Indeks Random ... 22
Tabel 3.1 Tabel Kriteria ...40
Tabel 3.2 Tabel Alternatif ...41
Tabel 3.3 Tabel Alternatif Kriteria ...41
Tabel 3.4 Tabel Login ...42
Tabel 4.1 Tabel data Biaya Usulan Dana bulan Januari 2015...60
Tabel 4.2 Tabel data Jumlah Kerusakan Kerugian bulan Januari 2015...60
Tabel 4.3 Tabel data Kategori Kerusakan bulan Januari 2015...61
Tabel 4.4 Tabel Matrik Perbandingan Kriteria yang disederhanakan ... 61
Tabel 4.5 Matriks perbandingan untuk kriteria yang dinormalisasikan ...62
Tabel 4.6 Matriks perbandingan kriteria JKK ...63
Tabel 4.7 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...64
Tabel 4.8 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari JKK ...64
Tabel 4.9 Tabel Matriks perbandingan kriteria KK ...65
Tabel 4.10 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...65
Tabel 4.11 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari KK ...66
Tabel 4.12 Tabel Matrik perbandingan kriteria BUD ...66
Tabel 4.13 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi ...67
Tabel 4.14 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari BUD ...67
(22)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Telah diketahui bersama bahwa bencana alam yang terjadi mengakibatkan dampak yang signifikan. Mulai dari materiil, hingga korban jiwa. Terutama yang telah meluluhlantahkan sebagian daerah Kabupaten Magelang dan sekitarnya sehingga menimbulkan berbagai polemik pasca bencana alam. Terutama bagi pemerintahan dan masyarkat Kabupaten Magelang, yang sedang dalam posisi tidak siap untuk menghadapi suatu bencana. Dan dari ketidaksiapan itu membuat segala sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan rehabilitasi pasca bencana alam menjadi terbengkelai ,yang cenderung bersifat pasif dan serba tergesa-gesa. Dan hal ini terjadi selama berhari-hari sampai berminggu-minggu sehingga masyarakat menjadi terlantar dan tidak terurus walaupun Pemerintah Daerah setempat bahkan Gubernur sudah memberikan instruksi.
Menurut indeks rawan bencana Indonesia, Kabupaten Magelang merupakan daerah yang rawan bencana dengan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang rawan terjadi bencana erupsi gunung api, angin kencang, banjir, tanah longsor dan sebagainya. Pada kurun waktu tahun 2014 dan tahun 2015 telah terjadi 255 kejadian bencana.
Pola penanggulangan bencana mendapatkan dimensi baru dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan
(23)
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 48 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD yang diikuti beberapa aturan pelaksana terkait, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana.
Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana merupakan panduan/acuan bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Instansi/Lembaga dan pemangku kepentingan penanggulangan bencana lainnya agar pengelolaan logistik dan peralatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, terpadu dan akuntabel.
Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :
1. Dukungan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran, berdasarkan skala prioritas dan standar pelayanan.
2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik melalui darat, laut, sungai, danau maupun udara.
3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang khusus (a.l. karena keterbatasan transportasi,penyebaran kejadian, keterisolasian ketika terjadi bencana).
4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai dengan pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena bencana memerlukan sistem manajemen khusus.
5. Memperhatikan dinamika pergerakan masyarakat korban bencana. 6. Koordinasi dan prioritas penggunaan alat transportasi yang terbatas.
(24)
7.Kemungkinan bantuan dari pihak militer, kepolisian, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat maupun instansi terkait lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, atas komando yang berwenang.
8. Memperhatikan rantai pasokan yang efektif dan efisien.
Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistem logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana adalah : Kemampuan infrastruktur, ketersediaan dan jumlah alat transportasi penanggulangan bencana baik secara nasional, regional, lokalmaupun setempat. Perlu dipertimbangkan faktor politis dankonflik di masyarakat. Efektifitas sistem logistik dan peralatan inisangat dipengaruhi oleh sistem informasi dan pengendaliannya.
Rantai pasokan dalam sistem manajemen logistik dan peralatan berdasar kepada:
1. Tempat atau titik masuknya logistik 2. Gudang utama
3. Gudang penyalur
4. Gudang penyimpanan terakhir di pos komando
Semuanya harus didukung oleh fasilitas pendukung dan peralatan yang memadai untuk mengangkut atau memindahkan secara fisik logistik yang akan disampaikan ke lokasi bencana.
Bagi setiap usaha yang telah menggunakan sistem informasi berbasis computer dalam kegiatan usahanya maka memerlukan adanya sistem pendukung pengambilan keputusan untuk pendistribusian logistik bencana alam berdasarkan dengan luas wilayah dan infrastruktur didalamnya serta dapat menentukkan logistik apa saja yang diperlukan masyarakat tersebut. Sistem pendukung pengambilan keputusan ini juga dapat berguna untuk memonitor pendistribusian dari waktu ke waktu. Sistem ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan langkah selanjutnya bagi daerah yang menjadi prioritas utama ataupun tidak.
Dalam penyelesaian masalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menjabarkan sebuah hierarki fungsional
(25)
dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki ini memungkinkan untuk dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya sebagai bentuk hierarki. Yang kemudian di rekomondasikannya pendistribusian menggunakan cara manual sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menentukan dengan banyak bobot yang di butuhkan dalam penentuan daerah-daerah yang berhak mendapatkan logistik.
Sistem ini juga tidak ditujukan untuk menggantikan peran dari Dinas terkatit dalam hal mengambil keputusan tetapi hanya untuk membantu Bidang Logistik dari Dinas terkait dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat dan tepat, sesuai dengan kriteria yang diinginkan atau setidaknya mendekati kriteria yang diinginkan. Alternatif-alternatif pilihan yang diharapkan dapat memberikan daftar referensi kepada pembuat keputusan sebelum benar-benar mengambil keputusan akhir. Sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria.
Dengan latar belakang masalah tersebut membuat penulis ingin
membuat sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan
pendistribusian logistic bencana alam di Kabupaten Magelang tersebut. Dan semoga sistem ini diharapkan juga bisa diterapkan dalam wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas ,maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu :
1. Bagaimana membangun sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik pada Kabupaten Magelang dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
2. Bagaimana sistem pendukung pengambilan keputusan yang dibangun valid?
(26)
1.3 Batasan Masalah
Dalam pelaksanaan penelitian ini ,berbagai permasalahan yang muncul dalam konteks objek yang lebih luas akan dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sehingga pembahasan penelitian lebih bisa mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Dalam hal ini ada beberapa masalah yang dibatasi :
1. Studi Kasus dalam Tugas Akhir ini ditekankan pada wilayah Kabupaten Magelang, diprioritaskan hanya sampai daerah kecamatan.
2. Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menyelesaikan masalah pendistribusian logistik bencana alam pada Kabupaten Magelang.
3. Sistem ini akan dibangun dan dikembangkan dengan bahasa pemrograman Netbeans 7.4 dan MySQL sebagai database-nya.
4. Atribut yang digunakan untuk perhitungan nilai perbandingan adalah Biaya Usulan Dana (BUD), JKK (Jumlah Kerusakan Kerugian), dan KK (Kategori Kerusakan).
5. Output dari penelitian ini berupa presentase penerimaan bantuan logistik.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian tugas akhir yang berjudul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pendistribusian Logistik Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah Kabupaten Magelang ini adalah :
1. Menghasilkan sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan pendistribusian logistik untuk daerah-daerah yang terkena bencana alam.
(27)
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Magelang dalam hal ini BPBD membantu untuk memantau dan memberikan prioritas pendistribusian.
3. Menguji validitas sistem pendukung pengambilan keputusan yang telah dibangun.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah metode System Development Life Cycle ( paradigma Waterfall ).
Didalam metode ini terdiri dari tahap-tahap : analisis kebutuhan, perancangan sistem, pengkodean dan pengujian.
1. Analisa Masalah
Mengidentifikasi dan menganalisis terhadap kebutuhan dari semua elemen sistem dengan pengumpulan data.
2. Perancangan sistem
Tahap perancangan/desain merupakan tahap
menterjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat diperkirakan. Proses perancangan ini meliputi perancangan sistem, perancangan basis data, perancangan user interface dan perancangan program.
3. Pengkodean
Tahap pengkodean merupakan tahap menterjemahkan hasil desain menggunakan bahasa pemrograman tertentu.
4. Pengujian
Tahap pengujian program dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan dengan cara mengeksekusi program
(28)
1.6Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan
Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang ,rumusan masalah ,batasan masalah ,tujuan ,metodologi ,dan sistematika penelitian.
Bab II Landasan Teori
Pada bagian ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penulisan. Dan juga membahas mengenai metode yang digunakan.
Bab III Metodologi dan Perancangan Sistem
Pada bagian ini akan berisi tentang gambaran umum sistem yang akan dibangun, data yang digunakan, desain penelitian, spesifikasi software dan hardware yang digunakan serta perancangan sistem yang dibuat meliputi perancangan metode Analytical Hierarchy Process, perancangan sistem (use case, flowchart, diagram konteks, perancangan basis data), dan perancangan antarmuka.
Bab IV : Implementasi dan Analisa Hasil
Pada bagian ini akan berisi tentang implementasi perancangan antarmuka dan implementasi metode Analytical Hierarchy Process ke dalam program. Hasil sistem yang telah dibangun diuji dengan menggunakan data usulan dana bulan Januari-Maret 2015.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini akan berisi tentang kesimpulan dan saran untuk sistem yang telah dibuat agar ada pengembangan yang lebih baik untuk masa yang akan datang.
(29)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atauDecision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).
SPK merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan management science, hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau optimum), saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat (Kusrini, 2011).
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki lima karakteristik utama yaitu :
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan 3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil
dilakukan dengan kalkulasi manual 4. Melalui cara simulasi yang interaktif
(30)
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternative tindakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu (Turban, 2005).
2.1.2 Tujuan SPPK
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan memiliki tujuan sebagai berikut (Keen, 1980) :
Membantu pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.
Mendukung penilaian pengambilan keputusan bukan untuk menggantikan peran pengambil keputusan.
Meningkatkan efektifitas pengambil keputusan. 2.1.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Secara umum Sistem Pendukung Keputusan dibangun oleh tiga komponen besar yaitu database Management, Model Base dan Software System/User Interface. Komponen SPK tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.
(31)
a. Database Management
Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data yang merupakan suatu sistem pendukung keputusan dapat berasal dari luar maupun dalam lingkungan. Untuk keperluan SPK, diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan melalui simulasi.
b. Model Base
Merupakan suatu model yang merepresentasikan permasalahan kedalam format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan dari permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan solusi alternatif.
c. User Interfase / Pengelolaan Dialog
Terkadang disebut sebagai subsistem dialog, merupakan penggabungan antara dua komponen sebelumnya yaitu Database Management dan Model Base yang disatukan dalam komponen ketiga (user interface), setelah sebelumnya dipresentasikan dalam bentuk model yang dimengerti komputer. User Interface menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukan dari pemakai kedalam Sistem Pendukung Keputusan.
d. Manajemen pengetahuan
Subsitem optional ii lebih bersifta fleksibel, dimana subsistem ini dapat mendukung subsistem lainnya atau berdiri sendiri. Subsistem ini dibutuhkan ketika ketiga subsistem SPPK lainnya tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang semi terstuktur maupun tidak terstuktur. Subsistem ini terbentuk dari satu atau lebih sistem pakar. Selain itu juga dilengkapi dengan kebutuhan eksekusi dan integrasi sistem pakar.
(32)
Gambar 2.2Model Konseptual SPPK
2.1.4 Karakteristik dan Kemampuan SPPK
SPPK memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan dengan sistem informasi yang lainnya (Turban, 1995) yaitu :
a. SPPK membuat dukungan bagi pembuat keputusan, terutama untuk keputusan semi dan tidak terstruktur.
b. SPPK dapat dimanfaatkan oleh individu maupun kelompok. c. SPPK menyediakan dukungan kepada beberapa
ketergantungan dan atau rangkaian keputusan.
d. SPPK dapat mendukung beberapa kondisi keputusan yang saling bergantung atau berurutan.
e. SPPK bersifat fleksibel.
f. SPPK harus mudah digunakan.
g. SPPK mempunyai tujuan khusus untuk mendukung keputusan yang diambil, tetapi tidak menggantikan peran pembuat keputusan.
(33)
Karakter-karakter tersebut dapat digambarkan dalam diagram seperti dibawah ini :
Gambar 2.3Karakteristik SPPK
2.1.5 Manfaat SPPK
SPPK sebagai sebuah sistem memberikan manfaat bagi penggunanya, antara lain :
a. SPPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data dan informasi bagi penggunanya. b. SPPK membantu pengambilan keputusan dalam hal
penghematan waktu pemecahan masalah.
c. SPPK dapat menghasilkan solusi dengan cepat serta dapat diandalkan.
d. Walaupun SPPK mungkin saja tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia mampu menjadi stimulan, karena SPPK menyediakan berbagai alternative penyelesaian.
e. SPPK dapat menyediakan buku tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.
(34)
g. SPPK memperbaiki efektifitas manajerial dan produktifitas analisis.
2.1.6 Keterbatasan SPPK
Sebuah sistem tentunya memiliki kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal tertentu. Demikian juga dengan SPPK, memiliki keterbataasan dalam beberapa hal antara lain :
a. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak mencerminkan persoalan yang ada secara keseluruhan.
b. Kemampuan SPPK terbatas pada perbendaharaan kemampuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
c. Proses-proses yang dapat dilakukan SPPK tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.
d. SPPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia, karena walaupun bagaimana canggihnya suatu SPPK hanyalah kumpulan perangkat lunak, perangkat keras dan sistem opersai yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.
SPPK hanya mempunyai kemampuan untuk mengolah data dan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, jadi sistem hanya berguna sebagai alat bantu manajemen. Secara luas, dapat dikatakan bahwa SPPK dirancang untuk menghasilkan berbagai alternative penyelesaian yang akan ditawarkan kepada para pengambil keputusan, tidak digunakan untuk membuat keputusan
(35)
2.1.7 Proses Pengambilan Keputusan
Tiga fase dalam proses pengambilan keputusan (Turban, 1995) yaitu : 1. Fase penalaran (intelligence phase)
Tujuan dalam fase ini adalah mengenali permasalahan, situasi dan peluangya. Output yang dihasilkan berupa rumusan masalah. (problem statement).
2. Fase perancangan (design phase)
Tujuan dalam fase ini adalah menghasilkan dan menganalisa alternative solusi. Dalam fase ini dilakukan pemodelan terhadap permasalahan yang ada. Pemodelan sendiri berarti konseptualiasi masalah dan abstraksinya dalam bentuk kuantitatif dan atau kualitatif.
3. Fase pemilihan (choice phase)
Batas antara fase perancangan dan fase pemilihan tidak tegas karena adanya aktifitas-aktifitas sama yang dilakukan dalam kedua fase tersebut. Orang sering secara iterative kembali ke fase perancangan pada saaat berada dalam fase pemilihan. Misalkan menemukan alternative solusi baru pada saat mengevaluasi alternative solusi yang sudah ditemukan sebelumnya. Dalam fase ini dilakukan pencarian alternative solusi yang sesuai (dari antara alternative yang dihasilkan dalam fase perancangan) yang dapat dipakai untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Dalam pemecahan masalah (problem solving), tiga fase pengambilan keputusan yang ada akan diikuti implementasi terhadap rekomendasi yang menjadi output dari fase pemilihan.
(36)
2.2 Analytcial Hierarki Process (AHP)
AHP atau Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode dalam sistem pendukung pengambilan keputusan. AHP merupakan model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya.
Dalam metode AHP ini perlu memasukkan pertimbangan dan nilai public pribadi secara logis. Pertimbangan yang ada merupakan satu keadaan yang saling berhubungan. Hal ini karena disebabkan manusia pada umumnya mempunyai perasaan yang berlainan terhadap situasi yang sama, tetapi dapat berubah karena adanya interaksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman. Pada kenyataannya bila kita mengambil keputusan maka preferensi pribadi dan bujukan lebih berperan daripada logika yang lugas dan jelas.
Untuk mendefinisikan masalah yang kompleks dan mengembangkan pertimbangan sehat, AHP harus dicoba dan dicoba lagi, atau diulang sepanjang waktu. Para pengambil keputusan dapat memperbanyak elemen-elemen suatu persoalan hierarki dan mengubah beberapa pertimbangan para pengambil keputusan.
Para pengambil keputusan dapat pula memeriksa kepekaan hasil terhadap aneka macam perubahan yang dapat di antisipasi.
2.2.1 Prinsip-Prinsip dasar dalam AHP terbagi 3 yaitu :
1. Prinsip menyusun hierarki
Permasalahan dan realitas yang kompleks dapat disederhanakan menjadi sebuah masalah yang sederhana.
Peyederhanaan masalah kompleks ini dilakukan dengan cara menyusun hierarkinya, yaitu dengan memasukkan realitas kompleks ke
(37)
dalam bagian dengan diawali Tujuan Umum yang merupakan sasaran umum, kemudian dilanjutkan dengan meletakkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Pada hierarki terakhir merupakan alternative pilihan yang sesuai.
2. Prinsip menetapkan prioritas
Pada prinsip ini, elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan ditentukan prioritasnya yaitu dengan membuat perbandingan berpasangan dimana elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang telah ditentukan. Bentuk yang digunakan dalam perbandingan berpasangan adalah matrik, karena matrik merupakan bentuk yang lebih disukai.
3. Prinsip konsistensi logis
Sebuah relasi antara obyek yang koheren, dengan obyek-obyek atau pemikiran yang saling terkait menunjukkan sebuah konsistensi. Hal ini berarti obyek yang dinilai adalah benar.
Dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu :
a. Aspek kualitatif (mendefinisikan persoalan dan hierarkinya) dan b. Aspek kuantitatif (mengekspresikan penilaian dan preferensinya
secara ringkas dan padat).
Pada proses ini aspek kuantitatif merupakan aspek dasar dalam mengambil keputusan dimana diperlukan adanya penerapan prioritas dan pertimbangan.
(38)
2.2.2 Keuntungan-keuntungan AHP
Gambar 2.4Keuntungan-keuntungan AHP
2.2.3 Algoritma AHP
Dengan menggunakan metode AHP serta berdasarkan tiga prinsip dari AHP, maka pada studi kasus kali ini akan disusun suatu hierarki, dan hierarki ini akan diproses melalui beberapa langkah yaitu :
a. Langkah Pertama
Menyusun hierarki permasalahan yang ada. Pada hierarki posisi paling atas berfungsi sebagai menentukkan tujuan (sasaran permasalahan). Posisi selanjutnya adalah posisi untuk menentukkan kriteria. Sedangkan
(39)
pada posisi paling bawah merupakan alternative yang digunakan oleh pengambil keputusan.
b. Langkah Kedua
Pada langkah kedua terbagi dalam dua bagian yaitu : 1. Menetapkan prioritas elemen
Membuat perbandingan berpasangan antar elemen. Dari masing-masing elemen ini kemudian dibandingkan berpasangan terhadap satu kriteria yang telah ditentukan. Bentuk yang digunakan dalam metode ini adalah matrik,
berikut contoh bentuk matrik dengan permisalan proses pemilihan X dengan kriteria A, B, C dan C sehingga susunan elemen menjadi seperti gambar dibawah ini.
Tabel 2.1Contoh matrik perbandingan berpasangan
Nilai diagonal matrik, merupakan perbandingan suatu elemen dengan elemen itu sendiri.
Membandingkan elemen pertama dari suatu pasangan (elemen dikiri matrik) dengan elemen kedua (elemen pada baris puncak). Sedangkan untuk mengisi matrik banding berpasangan dengan menggunakan skala banding. Kemudian dengan skala banding saatnya untuk dapat menghitung nilai bobot kepentingannya.(40)
Tabel 2.2Skala Nilai Perbandingan Berpasangan
2. Sintesis
Proses menyatukan pertimbangan yang telah dibuat dalam melakukan perbandingan berpasang. Dan dilakukan pembobotan dan penjumlahan untuk memperoleh satu bilangan tunggal sebagai prioritas setiap elemen. Langkahnya adalah :
Menjumlahkan nilai dari setiap kolom pada matrik
Membagi tiap masukan pada tiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut yang bersesuaian. Setiap item pada kolom pertama dibagi dengan jumlah pada kolom pertama.
Menjumlahkan semua nilai dalam setiap barisnya.
Membagi jumlah nilai setiap barisnya tersebut dengan banyak elemen pada tingkat kedua.
3. Tahap Ketiga (Konsistensi Logis)
AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari beberapa pertimbangan melalui suatu ratio konsistensi. Nilai ratio harus 10% atau kurang, karena apabila lebih pertimbangan perlu diperbaiki.
(41)
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten dengan suatu kriteria yang logis.
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut.
Hubungan Kardinal : aij. ajk =aik
Hubungan Ordinal : AiAj AlAkmaka Ai> Ak
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
Mengalihkan matriks dengan prioritas bersesuaian Menjumlahkan hasil kali per baris.
Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
Hasil dari poin 3 dibagi jumlah elemen, akan didapatkan? maks
Indeks Konsistensi CI =
Rasio Konsistensi CR = , dimana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi = 0,1 ,hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Nilai indeks random konsistensi dapat dilihat pada table dibawah ini.
(42)
Tabel 2.3Nilai Indeks Random
2.3 Database
Basis data adalah koleksi data yang berisi informasi yang berhubungan dengan suatu perusahaan. Pengelolaan basis data dilakukan oleh sebuah perangkat lunak (sistem) yang khusus. Perangkat lunak ini disebut Database Management System (DBMS). DBMS adalah suatu koleksi dari data yang saling berhubungan dan serangkaian program untuk mengakses data tersebut.
Prinsip utama dari Basis data adalah pengaturan data/arsip, sedangkan tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data/arsip.
2.3.1 Bentuk Bahasa Basis Data
Sebuah bahasa basis data biasanya berbagai dalam dua bentuk yaitu : 1. Data Definition Language(DDL)
DDL adalah bahasa khusus yang menspesifikasikan struktur basis data yang menggambarkan desain basis data secara keseluruhan. Bahasa ini mendukung pembuatan table baru, pembuatan indeks, perubahan table, dan penentuan struktur penyimpanan table. Hasil dari kompilasi perintah DDL adalah kumpulan table yang disimpan dalam file khusus yang disebut kamus data (data dictionary).
(43)
Kamus Data merupakan suatu metadata (superdata) yaitu data yang mendeskripsikan data sesungguhnya.
Kamus Data akan selalu diakses dalam suatu operasi basis data sebelum suatu file data yang sesungguhnya diakses.
2. Data Manipulation Language(DML)
DML merupakan bentuk bahasa basis data yang berguna untuk melakukan manipulasi dan pengambilan data pada suatu basis data dan dapat berupa :
a. Penyisipan atau penambahan data baru ke suatu basis data. b. Penghapusan data dari suatu basis data.
c. Perubahan data di suatu basis data.
DML merupakan bahasa yang bertujuan memudahkan pemakai untuk mengakses data sebagaimana dipresentasikan oleh model data.
2.3.2 Entitas dan Hubungan Antar Entitas
Entitas adalah objek pada dunia nyata yang terbedakan dari objek yang lain. Setiap entitas memiliki serangkaian property dan beberapa property ini secara unik menggambarkan suatu entitas. Rangkaian entitas (entity sets) adalah serangkaian entitas yang memiliki tipe yang sama dan berbagai property atau atribut yang sama.
Suatu entitas direpresentasikan dengan serangkaian atribut. Atribut ini sendiri adalah property deskriptif yang dipunyai oleh setiap anggota dari entity sets.Setiap entitas mempunyai nilai untuk setiap atribut.
Entitas dapat saling berhubungan dengan entitas yang lain. Hubungan ini disebut sebagai relasi. Adapun relasi antar entitas (misal, entitas A dan entitas B) dapat dijabarkan sebagai berikut :
(44)
1. Relasi satu ke satu (one-to-one)
Merupakan bentuk relasi dengan satu entitas A dapat terhubung dengan hanya sebuah entitas dalam B, demikian juga sebaliknya yaitu setiap entitas dalam B dapat terhubung hanya dengan sebuah entitas dalam A.
2. Relasi satu ke banyak (one-to-many)
Merupakan relasi dengan sebuah entitas dalam A dapat terhubung dengan sedikitnya nol entitas dalam B, sedangkan setiap entitas B hanya terhubung dengan satu entitas dalam A.
3. Relasi banyak ke satu (many-to-one)
Merupakan relasi dengan setiap entitas dalam A terhubung dengan satu entitas dalam B, akan tetapi setiap entitas dalam B dapat terhubung dengan sedikitnya nol entitas dalam A.
4. Relasi banyak ke banyak (many-to-many)
Merupakan relasi dengan sebuah entitas dalam A dapat terhubung dengan sedikitnya nol entitas dalam B, begitu juga dengan setiap entitas dalam B dapat terhubung dengan sedikitnya nol entitas dalam A.
2.3.3 Atribut Tabel (Table Atrribute)
Istilah atribut identik dengan pemakaian istilah kolom data. Dan umumnya digunakan dalam perancangan basis data karena lebih impresif dalam menunjukkan fungsinya sebagai pembentuk karakteristik pada sebuah tabel.
Atribut-atribut ini dapat dibedakan berdasarkan sejumlah pengelompokkan, yaitu :
1. Key
Merupakan satu/gabungan dari beberapa atribut yang dapat membedakan semua baris data (row) dalam tabel secara unik.
(45)
Ada empat macam key pada pada basis data, yaitu : a. Kunci kandidat (candidate key)
Kunci kandidat adalah kunci yang secara unik (tidak mungkin kembar) dapat dipakai untuk mengidentifikasi suatu baris di dalam tabel.
b. Kunci primer (primary key)
Kunci primer adalah kunci kandidat yang dipilih sebagai kunci utama untuk mengidentifikasi baris dalam tabel.
c. Kunci alternatif (alternate key)
Kunci alternatif adalah semua kunci kandidat yang tidak bertindak sebagai kunci primer.
d. Kunci tamu (foreign key)
Kunci tamu adalah sembarang atribut yang menunjuk ke kunci primer pada tabel lain.
2. Atribut Deskripsi
Merupakan atribut-atribut yang tidak menjadi atau merupakan anggota dari key primer.
(46)
BAB III
METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Gambaran Umum
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan prioritas pendistribusian logistik dalam hal usulan dana. Input yang digunakan berupa data kriteria dan alternatif (wilayah di Kab. Magelang). Data tersebut akan diolah untuk selanjutnya menghasilkan output hasil akhir perhitungan. Nantinya sistem diharapkan mampu membantu divisi logistik untuk menentukan daerah mana yang harus menjadi prioritas pendistribusian logistik saat terjadi bencana alam. 3.2 Desain Penelitian
3.2.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan membaca buku, jurnal, serta sumber lain yang berkaitan dengan metode Analytical Hierarchy Process.
3.2.2 Data
- Data yang Digunakan
Data yang digunakan adalah data usulan dana bantuan bulan Januari sampai Maret 2015. Usulan dana bantuan yang dimaksud adalah usulan dana yang harus dikeluarkan pihak terkait yang digunakan untuk mengganti kerusakan yang dialami oleh warga/desa/kecamatan yang terkena dampak bencana alam. Data tersebut juga digunakan untuk dasar pengujian sistem program ini.
- Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan seleksi data. Wawancara dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab dengan Kepala Bidang Divisi Logistik di BPBD
(47)
Kabupaten Magelang. Melalui wawancara, peneliti dapat mengetahui gambaran proses usulan dana pendistribusian logistik ke daerah yang terkena dampak bencana alam. Data usulan dana yang telah diperoleh kemudian diseleksi untuk dijadikan data pengujian sistem.
3.2.3 Perancangan Alat Uji
Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah model pengembangan alat uji waterfall. Model pengembangan ini dilakukan secara sistematis. Berikut adalah beberapa tahapannya : - Analisa
Dalam tahap ini dilakukan analisa terhadap kebutuhan sistem. Seorang sistem analis bertugas dalam mencari informasi sebanyak mungkin dari user sehingga sistem yang dibuat sesuai dengan keinginan user. Tahapan ini biasanya akan menghasilkan dokumen user requirement yang dapat digunakan sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrograman.
- Desain
Dalam tahap ini dilakukan proses membuat rancangan alat uji berdasarkan informasi dari tahap-tahap sebelumnya. Proses ini berfokus pada struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail algoritma. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirement. Dokumen ini yang digunakan seorang programmer untuk membangun sistemnya. - Pengkodean (Coding)
Pengkodean merupakan tahap di mana perancangan yang telah dibuat pada tahap desain diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman pada komputer. Pengkodean menghasilkan alat uji dalam bentuk perangkat lunak yang dibuat berdasarkan rancangan yang telah ada.
(48)
- Pengujian
Pada tahap pengujian, alat uji berupa perangkat lunak diuji coba untuk mengetahui apakah perangkat lunak tersebut sudah sesuai dengan rancangan dan kebutuhan pengguna. Selain itu, pengujian dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan sistem yang kemudian akan diperbaiki.
3.3 Spesifikasi Software dan Hardware
Spesifikasi software dan hardware yang digunakan dalam implementasi sistem pendukung keputusan ini adalah sebagai berikut :
a. Software
- Sistem Operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows 8.1 64-bit - Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Java dengan aplikasi Netbeans.
b. Hardware
- Processor yang digunakan yaitu AMD FX- 7600P Radeon R7 @2.70 Ghz
(49)
3.4 Perancangan Antar Muka (User Interface) 3.4.1 Desain Form Utama
Gambar 3.2 Desain Form Utama 3.4.2 Desain Form Input
3.4.2.1 Form Input Penilaian
(50)
3.4.2.2 Form Input Calon Daerah Distribusi
Gambar 3.4 Desain Form Input Calon Daerah Distribusi 3.4.3 Desain Form Input Penilaian
3.4.3.1 Form Input Pilihan Kriteria Penilaian
(51)
3.4.3.2 Form Input Pilihan Daerah Distribusi
Gambar 3.6 Desain Form Input Pilihan Daerah 3.4.3.3 Form Input Nilai Perbandingan Kriteria Penilaian
(52)
3.4.3.4 Form Input Nilai Perbandingan Daerah Distribusi
Gambar 3.8 Desain Form Nilai Perbandingan Kriteria dengan Calon Daerah
3.4.4 Desain Form Hasil
3.4.4.1 Desain Form Hasil Perhitungan
(53)
3.5 Perancangan Proses
Berdasarkan jumlah kriteria penilaian dan jumlah calon daerah yang dimasukkan oleh user, maka sistem akan membentuk matriks-matriks yang akan digunakan sebagai media perhitungan. Jumlah kriteria penilaian dan jumlah calon daerah akan menentukan jumlah matriks yang terbentuk dan besarnya matriks-matriks tersebut.
Matriks yang terbentuk akan diolah sesuai dengan metode AHP. Urutan algoritma yang dilakukan sistem adalah sebagai berikut :
1. Tentukan perbandingan kepentingan tiap kriteria penilaian sehingga akan dibentuk matriks perbandingan.
2. Selanjutnya akan dilakukan operasi pada matriks tersebut : Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
Membagi setiap masukan pada setiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut yang bersesuaian.
Jumlahkan semua nilai dalam setiap barisnya.
Bagi jumlah nilai setiap barisnya dengan banyaknya elemen sehingga akan didapatkan vector prioritas untuk masing-masing kriteria.
3. Menyusun konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian/perbandingan yang dilakukan pada langkah 2 menunjukkan bahwa koherensi antar obyek yang dinilai adalah benar.
Kalikan setiap masukan kolom pertama matriks dengan vector prioritas elemen pertama, kolom kedua dengan vector prioritas elemen kedua dan seterusnya.
Jumlahkan setiap barisnya.
Bagi setiap jumlah-jumlah perbaris dengan vector prioritas yang bersesuaian.
Jumlahkan hasil bagi di atas dan kemudian dibagi lagi dengan banyaknya masukan data. Hasil proses ini disebut dengan λ maks. Hitung Consistency Index (CI) = (λ – n) / (n – 1)
(54)
Nilai CR di sini harus 0.1 atau kurang. Jika lebih dari 0.1 berarti pertimbangan itu mungkin agak acak dan perlu diperbaiki (kembali ke langkah 1 )
4. Tentukan perbandingan kepentingan tiap calon terhadap sebuah kriteria, jadi jumlah matriks yang terbentuk adalah sejumlah kriteria yang digunakan user.
5. Untuk masing-masing matriks dilakukan operasi seperti langkah 2 untuk menghasilkan vektor prioritas masing-masing calon berdasarkan kriteria tertentu dan langkah 3 untuk menyusun konsistensi.
6. Berdasarkan hasil langkah 2 dan 5 akan dihitung vektor prioritas menyeluruh, yaitu dengan cara mengalikannya (perkalian antara vector prioritas tiap kriteria dengan vektor prioritas tiap calon daerah).
7. Elemen matriks yang dihasilkan dijumlahkan untuk setiap barisnya. Sehingga menghasilkan vector prioritas menyeluruh yang merupakan hasil akhir dari proses AHP.
(55)
(56)
3.6 Perancangan Basisdata 3.6.1 ER-Diagram
Gambar 3.11 ER – Diagram 3.6.2 Relasi Antar Tabel
(57)
3.6.3 DFD level 0
DFD dari sistem yang dibuat adalah :
Gambar 3.13 DFD level 0
DFD level 0 merepresentasikan seluruh elemen SPPK Pendistribusian Logistik dengan metode AHP sebagai sebuah proses dengan data input adalah data pengguna dan output adalah data keputusan dalam bentuk laporan yang dinyatakan oleh anak panah yang masuk dan keluar.
3.6.4 DFD level 1
Pada gambar diatas pada DFD level 1 memiliki 4 proses ,yaitu proses input data kriteria, input data daerah, input data alternatif kriteria ,proses distribusi yang menggambarkan langkah-langkah pendistribusian.
(58)
3.6.5 DFD level 2
DFD pada level 2 adalah proses input data daerah, input data kriteria, input data alternatif kriteria yang akan disimpan dalam database daerah (alternatif), database kriteria, database alternatif kriteria dan juga proses perhitungan AHP itu sendiri.
(59)
Gambar 3.15 DFD level 2 3.7 Perancangan Struktur Data
3.7.1 Tabel Kriteria
Tabel Kriteria ini digunakan untuk menyimpan data tentang kriteria penilaian yang dapat digunakan untuk melakukan proses perhitungan,
Tabel 3.1 Tabel Kriteria
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
ID_Kriteria Text 10 ID Kriteria
Nama_Kriteria Text 20 Nama Kriteria
(60)
3.7.2 Tabel Alternatif
Tabel Calon Daerah Distribusi ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi data calon-calon daerah yang sudah diseleksi.
Tabel 3.2 Tabel Alternatif
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan ID Text 10 ID Alternatif Nama_Alternatif Text 15 Nama Alternatif
Deskripsi Text 20 Deskripsi
3.7.3 Tabel Alternatif Kriteria
Tabel Alternatif Kriteria ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi data alternatif kriteria yang diberikan kepada kriteria dan alternatif yang sudah disimpan.
Tabel 3.3 Tabel Alternatif Kriteria
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
ID Text 10 ID Alternatif Kriteria Alternatif Text 10 Nama Alternatif
Kriteria Text 10 Nama Kriteria Nilai Text 10 Penilaian antara Alternatif
(61)
3.7.4 Tabel Login
Tabel Login ini digunakan untuk menyimpan data yang berisi username dan password dari admin/pengguna yang akan mengakses ke dalam sistem nantinya.
Tabel 3.4 Tabel Login
Nama Field Tipe Data Ukuran Field Keterangan
Username Text 15 Username
Password Text 10 Password
3.8 Penerapan AHP
Pada contoh penerapan AHP berikut akan dijelaskan secara detail (langkah demi langkah) pada proses pemilihan calon daerah distribusi.
Langkah ke-1 : (Menyusun Hierarki)
Memilih calon daerah dengan kriteria penilaian biaya usulan dana, kategori kerusakan, dan jumlah kerusakan kerugian. Dengan tiga calon daerah yaitu Bandongan, Candimulyo, dan Srumbung.
Tujuan
Kriteria
Alternatif
Pendistribusian Logistik B.A.
Biaya Usulan Dana (BUD)
Kategori Kerusakan (KK)
Srumbung Candimulyo
Bandongan
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
(62)
Langkah ke-2 : (Menetapkan Prioritas)
Tetapkan preferensi kepentingan dengan membentuk matriks yang akan membandingkan kriteria penilaian secara berpasangan. Kemudian jumlahkan tiap kolomnya. Biaya Usulan Dana (BUD) Kategori Kerusakan (KK) Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK) Biaya Usulan Dana
(BUD)
1 4 5
Kategori Kerusakan (KK)
¼ 1 3
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
1/5 1/3 1
∑ kolom 1.45 5.3333 9
Bagi nilai masukan dengan nilai jumlah kolom yang bersesuaian. Kemudian jumlahkan per barisnya. Setelah itu bagi jumlah baris dengan banyaknya kriteria.
Biaya Usulan Dana (BUD) Kategori Kerusakan (KK) Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
∑ baris Vektor
Prioritas
Biaya Usulan Dana (BUD)
(1)/1.45 (4)/5.3333 (5)/9 1.9952 0.6650
Kategori Kerusakan (KK)
(1/4)/1.45 (1)/5.3333 (3)/9 0.6932 0.2310
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
(63)
Langkah ke-3 : (Konsistensi Logis)
Kemudian ambil matriks pertama (masukan pertama) dan kalikan dengan vector prioritas yang bersesuaian dengan masukan. Jumlah perbarisnya.
Biaya Usulan Dana (BUD)
(0.6650)
Kategori Kerusakan (KK)
(0.2310)
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
(0.1038)
∑ baris - 2
Biaya Usulan Dana (BUD)
(1)(0.6650) (4)(0.2310) (5)(0.1038) 2.108
Kategori Kerusakan (KK)
(1/4)(0.6650) (1)(0.2310) (3)(0.1038) 0.7086
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
(1/5)(0.6650) (1/3)(0.2310) (1)(0.1038) 0.3138
Bagi jumlah baris-2 dengan vektor prioritas yang bersesuian.
Hitung lamda maksimal ( λ maks) : λ maks =
Hitung nilai CI : CI =
(64)
Hitung nilai CR : CR =
Karena nilai CR (Consistency Ratio < 0,100) konsisten, kemudian lakukan pertimbangan/ perbandingan untuk semua calon daerah terhadap masing-masing kriteria penilaian.
Kategori Kerusakan (KK) Kategori Kerusakan
(KK)
Bandongan Candimulyo Srumbung
Bandongan 1 2 1
Candimulyo 1/2 1 1/2
Srumbung 1 2 1
∑ kolom 2.5 5 2.5
Kategori Kerusakan (KK)
Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor
prioritas
Bandongan (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4
Candimulyo (1/2)/2.5 (1)/5 (1/2)/2.5 0.6 0.2
(65)
Kategori Kerusakan (KK)
Bandongan (0.4)
Candimulyo (0.2)
Srumbung (0.4)
∑ baris – 2
Bandongan (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
Candimulyo (1/2)(0.4) (1)(0.2) (1/2)(0.4) 0.6
Srumbung (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
λ maks =
CI =
CR =
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
Bandongan Candimulyo Srumbung
Bandongan 1 2 1
Candimulyo ½ 1 ½
Srumbung 1 2 1
(66)
Jumlah Kerusakan
Kerugian
Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor
prioritas
Bandongan (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4
Candimulyo (1/2)/2.5 (1)/5 (1/2)/2.5 0.6 0.2
Srumbung (1)/2.5 (2)/5 (1)/2.5 1.2 0.4
Jumlah Kerusakan
Kerugian
Bandongan (0.4)
Candimulyo (0.2)
Srumbung (0.4)
∑ baris – 2
Bandongan (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
Candimulyo (1/2)(0.4) (1)(0.2) (1/2)(0.4) 0.6
Srumbung (1)(0.4) (2)(0.2) (1)(0.4) 1.2
λ maks =
CI =
(67)
Biaya Usulan Dana (BUD) Biaya Usulan Dana
(BUD)
Bandongan Candimulyo Srumbung
Bandongan 1 ½ 1/3
Candimulyo 2 1 1/2
Srumbung 3 2 1
∑ kolom 6 3.5 1.8333
Biaya Usulan Dana (BUD)
Bandongan Candimulyo Srumbung ∑ baris Vektor
Prioritas
Bandongan (1)/6 (1/2)/3.5 (1/3)/1.8333 0.4913 0.1637
Candimulyo (2)/6 (1)/3.5 (1/2)/1.8333 0.8917 0.2972
Srumbung (3)/6 (2)/3.5 (1)/1.8333 1.6168 0.5389
Biaya Usulan Dana (BUD)
Bandongan (0.1637)
Candimulyo (0.2972)
Srumbung (0.5389)
∑ baris – 2
Bandongan (1)(0.1637) (1.2)(0.2972) (1)(0.5389) 0.4919
Candimulyo (2)(0.1637) (1)(0.2972) (1/2)(0.5389) 0.8940
(68)
λ maks =
CI =
CR =
Kelompokkan prioritas calon daerah yang berkenaan dengan setiap kriteria dalam kolom-kolom dan masukan vektor prioritas kriteria di atas kolom-kolom, lalu kalikan setiap kolom dengan prioritas dari kriteria yang bersesuaian untuk memperoleh vektor prioritas menyeleruh bagi intensitas kriteria yang dipentingkan untuk setiap calon kemudian jumlahkan masing-masing dari ketiga calon untuk memperoleh prioritas menyeluruh dari ketiga calon.
Kategori Kerusakan (KK) (0.6650)
Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK)
(0.2310)
Biaya Usulan Dana (BUD)
(0.1038)
Prioritas Menyeluruh
Bandongan (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.3291
Candimulyo (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.2562
Srumbung (0.6650) (0.2310) (0.1038) 0.4143
(69)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di atas, yang mempunyai prioritas menyeluruh terbesar ternyata adalah Daerah Srumbung. Dikarenakan Daerah Srumbung mempunyai nilai sebesar 0,4143 ,dimana nantinya Daerah Srumbung akan mendapatkan 41,43 % dari besaran dana yang diusulkan nantinya. Daerah Srumbung mempunyai kemungkinan diprioritaskan terlebih dahulu sebagai calon daerah distribusi daripada Daerah Bandongan atau Daerah Candimulyo.
(70)
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL
4.1 Implementasi
Perancangan pada sistem pendukung pengambilan keputusan
pendistribusian logistik dengan metode Analytical Hierarchy Process yang sudah
dilakukan selanjutnya diimplementasikan ke dalam program. Program dibuat
dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dan basisdata MySQL..
4.1.1 Implementasi Perhitungan Analytical Hierarchy Process
Implementasi Perhitungan Analytical Hierarchy Process
digunakan sebagai tahapan ataupun prosedur yang harus dilakukan dalam
proses perhitungan dengan metode Analytical Hierarchy Process. Berikut
adalah potongan program untuk implementasi metode Analytical
(71)
(72)
Listing Program diatas digunakan untuk mencari nilai matriks konsisten dari suatu masukan matrix. Dimana nantinya nilai matrix tadi akan ditampung dalam variabel tempMatrix, sehingga akan mendapatkan
variabel priorites nantinya. Variabel consistency Ratio didapat dari
perhitungan CI / randomIndex (n), sehingga perhitungan akan
(73)
4.1.2 Implementasi Matrik2D
Implementasi Matrik2D digunakan untuk membuat matrix dimensi yang diambil dari suatu masukan variabel. Dari masukan variabel tadi ,matrix akan mengeset juga untuk kolom dan baris yang digunakan. Berikut adalah potongan program untuk implementasi ini :
(74)
4.1.3 Implementasi Random Index (n)
Implementasi Random Index (n) digunakan untuk menentukkan index yang dipakai dari banyaknya masukan. Berikut potongan program dari implementasi random index (n) :
(75)
4.2 Hasil Implementasi
4.2.1 Interface Halaman Utama
Gambar 4.1 Form Halaman Utama.
Pertama kali user masuk program, akan ditampilkan form halaman utama ini. Pada form halaman utama terdapat berbagai menu dan sub-menu. Jika akan melakukan perhitungan dapat dengan menekan menu Analisa kemudian sub-menu dari menu Analisa.
4.2.2 Form Pilih Kriteria
Form Pilih Kriteria merupakan tampilan yang berfungsi untuk memilih kriteria yang sudah dimasukan sebelumnya ,yang akan digunakan sebagai ukuran matrik pada perhitungan Kriteria. Pada form ini terdapat 2 tombol yaitu (>) dan Lanjut, tombol (<) digunakan untuk memilih kriteria yang dimasukan, sedangkan tombol Lanjut digunakan untuk melanjutkan perhitungan.
(76)
Gambar 4.2 Form Pilih Kriteria
4.2.3 Form Pilih Alternatif
Form Pilih Alternatif merupakan tampilan yang berfungsi untuk memilih wilayah bencana (alternatif) yang sudah dimasukan sebelumnya ,dan akan digunakan sebagai ukuran matrik pada perhitungan sub-Kriteria. Pada form ini terdapat 2 tombol yaitu (>) dan Lanjut, tombol (<) digunakan untuk memilih kriteria yang
dimasukan, sedangkan tombol Lanjut digunakan untuk
(77)
Gambar 4.3 Form Pilih Alternatif
4.2.4 Form Matriks Perbandingan Nilai Kriteria
Form Matriks Perbandingan Nilai Kriteria berfungsi untuk menghitung nilai perbandingan matriks kriteria. Kriteria yang sudah dipilih dari form pilih kriteria akan menjadi ukuran matriks. Terdapat juga keterangan pemberian nilai untuk setiap perbandingan antar kriteria, untuk memasukan nilainya dapat dengan mengisi textfield yang sudah ada. Pada form ini terdapat tombol Hitung untuk memproses masukan nilai secara matriks sehingga dapat memperoleh nilai konsisten dari perhitungan matriks tersebut.
Gambar 4.4 Form Matriks Perbandingan Nilai antar Kriteria
4.2.5 Form Matriks Perbandingan Nilai Sub Kriteria
Form Matriks Perbandingan Nilai Sub Kriteria berfungsi untuk memasukkan nilai perbandingan berpasangan antara sub kriteria. Wilayah yang sudah dipilih menjadi ukuran matriks.
Terdapat JList yang digunakan untuk memilih dan menentukan
(78)
tekan tombol simpan berfungsi untuk menyimpan hasil perbandingan nilai sub kriteria di sistem. Apabila semua kriteria sudah terisi ,tekan tombol lanjut perhitungan untuk melihat hasil akhir seluruh perhitungan dari program.
(79)
(80)
4.2.6 Hasil Akhir Perankingan AHP
Form Hasil Akhir Perankingan AHP berfungsi untuk menampilkan hasil perhitungan dari program. Form ini menampilkan data wilayah bencana yang dipilih, data kriteria yang dipilih, dan hasil (vektor prioritas).
Gambar 4.10 Form Hasil Akhir
4.3 Pengujian
Pendistribusian Logistik dengan cepat, tepat dan benar dapat menghasilkan hasil yang baik, sebaiknya pula dapat menyesuaikan diri dengan kriteria dan wilayah yang sedang dan atau terkena bencana alam. Dari banyaknya kriteria dan
wilayah yang dapat digunakan sebagai asumsi perhitungan ,metode Analytical
Hierarchy Process cocok diterapkan dalam pendistribusian logistik. Karena pada metode Analytical Hierarchy Process ini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Terlebih lagi ,dapat dilakukan dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh suatu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang dan berbagai kepentingan.
(81)
Hal ini terdapat pada contoh perhitungan berikut. Terdapat data Biaya Usulan Dana (BUD), data Jumlah Kerusakan Kerugian (JKK) dan data Kategori Kerusakan (KK) periode kejadian bulan Januari 2015 (data dapat dilihat dalam lampiran).
Tabel 4.1 Tabel data Biaya Usulan Dana bulan Januari 2015
Nama Daerah Usulan Dana Hit ungan dalam persen
Hit ungan dalam desimal Bandongan Rp
1.000.000 3,571428571 0,035714286 Candi M ulyo Rp
5.000.000 17,85714286 0,178571429 Pakis Rp
3.000.000 10,71428571 0,107142857 Salaman Rp
1.000.000 3,571428571 0,035714286 Sawangan Rp
4.500.000 16,07142857 0,160714286 Srumbung Rp
2.000.000 7,142857143 0,071428571 Windusari Rp
11.500.000 41,07142857 0,410714286
Tabel 4.2 Tabel data Jumlah Kerusakan Kerugian bulan Januari 2015
Nama Daerah
Jumlah Kerusakan Kerugian
Hit ungan dalam persen
Hit ungan dalam desimal Bandongan Rp
2.000.000 3,883495146 0,038834951 Candi M ulyo Rp
10.000.000 19,41747573 0,194174757 Pakis Rp
5.000.000 9,708737864 0,097087379 Salaman Rp
2.000.000 3,883495146 0,038834951 Sawangan Rp
16.500.000 32,03883495 0,32038835 Srumbung Rp
7.000.000 13,59223301 0,13592233 Windusari Rp
(82)
Tabel 4.3 Tabel data Kategori Kerusakan bulan Januari 2015
Nama Daerah Kat egori Kerusakan
Bandongan ringan
Candi M ulyo berat
Pakis berat
Salaman ringan
Sawangan ringan
Srumbung sedang
Windusari ringan
- Kriteria yang digunakan : JKK (Jumlah Kerusakan
Kerugian), KK (Kategori Kerusakan) , BUD (Biaya Usulan Dana).
- Alternatif / Daerah yang digunakan : Bandongan, Candimulyo, Pakis,
Salaman, Sawangan, Srumbung, Windusari.
Tabe l 4.4 Tabe
l Matr
ik Perb andi
ngan Kriteria yang disederhanakan
JKK KK BUD
JKK 1 3 5
KK 0,333333333 1 1
BUD 0,2 1 1
(83)
Dari tabel matriks perbandingan kriteria di atas, akan dinormalisasikan bentuk matriksnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Matriks perbandingan untuk kriteria yang dinormalisasikan
JKK KK BUD JUM LAH BARIS
0,652173913 0,6 0,714285714
1,966459627
0,217391304 0,2 0,142857143
0,560248447
0,130434783 0,2 0,142857143 0,473291925
Dari tabel di atas, selanjutnya akan dihitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data perlu diulangi. Nilai
eigen vector yang dimaksud adalah nilai maksimum yang diperoleh. Berikut adalah perhitungan nilai eigen vector.
Eigen vector JKK = Jumlah Baris / kriteria
= 1,966459627 / 3
= 0,39329193
Eigen vector KK = Jumlah Baris / kriteria
= 0,560248447 / 3
(84)
Eigen vector BUD = Jumlah Baris/kriteria
= 0,473291925 / 3
= 0,09465839
Selanjutnya nilai eigen maksimum ( λ maksimum ) didapat dengan
menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vector. Nilai eigen maksimum yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
λmaksimum = (1,53333 x 0,39329) + (5 x 0,11204) + (11 x 0,09465)
= 0,6030316 + 0,5602 + 1,04115
= 3,029199
Karena matrik berordo 3 (yakni terdiri dari 3 kolom), maka nilai consistency
index (CI) yang diperoleh adalah : - CI = λ maks – n / n – 1
= 3,029199 – 3 / 3 - 1 = 0,029199 / 2 = 0,0145995.
Untuk n = 3, RI = 0,58, maka :
- CR = CI / RI = 0,014599605 / 0,58 = 0,025171732
Karena CR (Rasio Konsistensi) < 0,100 maka perhitungan matrik di atas dapat dilanjutkan. Setelah mengetahui nilai perhitungan konsisten, maka akan dilakukan perhitungan matrik untuk setiap daerah per kriterianya.
- Melakukan perhitungan matriks perbandingan kriteria untuk JKK.
Tabel 4.6 Matriks perbandingan kriteria JKK
JKK Bandong
an Candi M ulyo Pakis
Salam
an Sawangan Srumbung Windusari
Bandongan 1 0,2 0,33333333
3 1 0,2
0,33333333 3
0,333333 333
(85)
Candi
M ulyo 5 1 3 5
0,33333333
3 3 2
Pakis 3 0,33333333
3 1 3 0,2 2
0,333333 333
Salaman 1 0,2 0,33333333
3 1 0,2
0,33333333 3
0,333333 333
Sawangan 5 3 5 5 1 5 5
Srumbung 3 0,33333333
3 0,5 3 0,2 1 2
Windusari 3 0,5 3 3 0,2 0,5 1
JUM LAH 21 5,566666 667 13,16666 667 21 2,333333 333 12,16666 667 11
Sesudah semua nilai perbandingan berpasangan dimasukkan dan dijumlahkan, akan dinormalisasi bentuk matriksnya ,sehingga menjadi matrik yang paling sederhana :
Tabel 4.7 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi
0,0476190 48 0,0359281 44 0,0208867 98 0,0476190 48 0,0857142 86 0,0273972 6 0,0303030 3 0,2380952 38 0,1796407 19 0,1044339 89 0,2380952 38 0,1428571 43 0,2465753 42 0,1818181 82 0,1428571 43 0,0598802 4 0,0506843 46 0,1428571 43 0,0857142 86 0,1643835 62 0,0303030 3 0,0476190 48 0,0359281 44 0,0208867 98 0,0476190 48 0,0857142 86 0,0273972 6 0,0303030 3 0,2380952 38 0,5389221 56 0,1942543 48 0,2380952 38 0,4285714 29 0,4109589 04 0,4545454 55 0,1428571 43 0,0598802 4 0,0506843 46 0,1428571 43 0,0857142 86 0,0821917 81 0,1818181 82 0,1428571 43 0,0898203 59 0,0581693 76 0,1428571 43 0,0857142 86 0,0410958 9 0,0909090 91
Tabel 4.7 didapat dari hasil pembagian nilai setiap matriks dengan jumlah kolom dari setiap kriteria. Sesudah itu, matriks yang sudah dinormalisasikan akan dijumlahkan per barisnya, lalu jumlah per baris tadi dibagi dengan banyaknya kriteria yang dipakai. Dalam kasus ini memakai 3 kriteria. Dapat dilihat seperti tabel 4.8 dibawah ini :
Tabel 4.8 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari JKK
JUM LAH VP JKK
0,295468 0,098489 1,331516 0,443839 0,67668 0,22556
(86)
0,295468 0,098489 2,503443 0,834481 0,746003 0,248668 0,651423 0,217141
Nilai dari VP (Vektor Prioritas) JKK akan dipakai untuk menentukan perankingan pada akhir perhitungan ini.
- Melakukan perhitungan matriks perbandingan kriteria untuk KK.
Tabel 4.9 Tabel Matriks perbandingan kriteria KK
KK Bandon
gan
Candi
M ulyo Pakis
Salam an Sawan gan Srumbun g Windus ari
Bandongan 1 0,2 0,2 1 1 0,333333
333 1
Candi
M ulyo 5 1 1 5 5 3 5
Pakis 5 1 1 5 5 3 5
Salaman 1 0,2 0,2 1 1 0,333333
333 1
Sawangan 1 0,2 0,2 1 1 0,333333
333 1
Srumbung 3 0,333333 333
0,333333
333 3 3 1 3
Windusari 1 0,2 0,2 1 1 0,333333
333 1
JUM LAH 17 3,133333 333
3,133333
333 17 17
8,333333
333 17
Sesudah semua nilai perbandingan berpasangan dimasukkan dan dijumlahkan, akan dinormalisasi bentuk matriksnya ,sehingga menjadi matrik yang paling sederhana :
Tabel 4.10 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi
0,0588235 29 0,0638297 87 0,0638297 87 0,0588235 29 0,0588235 29 0,04 0,0588235 29 0,2941176 47 0,3191489 36 0,3191489 36 0,2941176 47 0,2941176 47 0,36 0,2941176 47 0,2941176 47 0,3191489 36 0,3191489 36 0,2941176 47 0,2941176 47 0,36 0,2941176 47 0,0588235 0,0638297 0,0638297 0,0588235 0,0588235 0,04 0,0588235
(87)
29 87 87 29 29 29 0,0588235 29 0,0638297 87 0,0638297 87 0,0588235 29 0,0588235 29 0,04 0,0588235 29 0,1764705 88 0,1063829 79 0,1063829 79 0,1764705 88 0,1764705 88 0,12 0,1764705 88 0,0588235 29 0,0638297 87 0,0638297 87 0,0588235 29 0,0588235 29 0,04 0,0588235 29
Tabel 4.10 didapat dari hasil pembagian nilai setiap matriks dengan jumlah kolom dari setiap kriteria. Sesudah itu, matriks yang sudah dinormalisasikan akan dijumlahkan per barisnya, lalu jumlah per baris tadi dibagi dengan banyaknya kriteria yang dipakai. Dalam kasus ini memakai 3 kriteria. Dapat dilihat seperti tabel 4.11 dibawah ini :
Tabel 4.11 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari KK
Nilai dari VP (Vektor Prioritas) KK akan dipakai untuk menentukan perankingan pada akhir perhitungan ini.
- Melakukan perhitungan matriks perbandingan kriteria untuk BUD.
Tabel 4.12 Tabel Matrik perbandingan kriteria BUD
BUD Bandon gan
Candi
M ulyo Pakis
Salam an Sawanga n Srumb ung Windusa ri Bandongan 1 0,333333
333
0,333333
333 1
0,333333
333 2 0,2
Candi
M ulyo 3 1 3 5 3 3
0,333333 333
Pakis 3 0,333333
333 1 3 3 2 0,2
Salaman 1 0,2 0,333333 1 0,333333 2 0,2
JUM LAH VP KK
0,402954 0,101377 2,174768 0,506884 2,174768 0,506884 0,402954 0,101377 0,402954 0,101377 1,038648 0,247393 0,402954 0,101377
(88)
333 333 Sawangan 3 0,333333
333
0,333333
333 3 1 3 0,2
Srumbung 0,5 0,333333
333 0,5 0,5
0,333333
333 1 0,2
Windusari 5 3 5 5 5 5 1
JUM LAH 16,5 5,533333
333 10,5 18,5 13 18
2,333333 333
Sesudah semua nilai perbandingan berpasangan dimasukkan dan dijumlahkan, akan dinormalisasi bentuk matriksnya ,sehingga menjadi matrik yang paling sederhana :
Tabel 4.13 Tabel matriks perbandingan yang dinormalisasi
0,0606060 61 0,0602409 64 0,0317460 32 0,0540540 54 0,0256410 26 0,1111111 11 0,0857142 86 0,1818181 82 0,1807228 92 0,2857142 86 0,2702702 7 0,2307692 31 0,1666666 67 0,1428571 43 0,1818181 82 0,0602409 64 0,0952380 95 0,1621621 62 0,2307692 31 0,1111111 11 0,0857142 86 0,0606060 61 0,0361445 78 0,0317460 32 0,0540540 54 0,0256410 26 0,1111111 11 0,0857142 86 0,1818181 82 0,0602409 64 0,0317460 32 0,1621621 62 0,0769230 77 0,1666666 67 0,0857142 86 0,0303030 3 0,0602409 64 0,0476190 48 0,0270270 27 0,0256410 26 0,0555555 56 0,0857142 86 0,3030303 03 0,5421686 75 0,4761904 76 0,2702702 7 0,3846153 85 0,2777777 78 0,4285714 29
Tabel 4.13 diatas, didapat dari hasil pembagian nilai setiap matriks dengan jumlah kolom dari setiap kriteria. Sesudah itu, matriks yang sudah dinormalisasikan akan dijumlahkan per barisnya, lalu jumlah per baris tadi dibagi dengan banyaknya kriteria yang dipakai. Dalam kasus ini memakai 3 kriteria. Dapat dilihat seperti tabel 4.14 dibawah ini :
Tabel 4.14 Tabel jumlah nilai per baris dan vektor prioritas dari BUD
JUM LAH VP BUD
0,429114 0,143038 1,458819 0,486273
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Keen, Peter G. W. (1980).
Decision support systems : a research perspective
.
Cambridge, Mass. Center for Information Systems Research, Afred P. Sloan
School of Management.
Kusrini. (2011).
Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan
, Andi,
Yogyakarta.
Saaty, Thomas L. (2000).
The Fundamentals of Decision Making and Priority
Theory with the Analytic Hierarchy Process
, Vol. VI of the AHP Series, ,
478 pp., RWS Publ., Pittsburgh.
Turban Efraim, Jay E. Aronson, Ting-Peng Liang. (2005).
Decision Support
(2)
(3)
Data Usulan Penerima Bantuan Dana Tak Terduga Periode Bulan Januari Tahun
2015.
N
O
NAM
A
ALAMAT
T ANG
GAL
K EJA
DIAN
JENI
S
BENC
ANA
K AT EG
ORI
K ERUS
AK AN
NILAI
K ERUS
AK AN
BES
AR
USU
LAN
K ECAM
AT AN
DES
A
DUS
UN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 Ahm a di Windusari Windu sari Ngadis ono 04-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 3.000.000 Rp 1.000. 000 2 Supar no Bandonga n Gandu sari Jangku ngan RT 04/ 08 05-Jan-15 Hujan angin Rumah rusak ringan Rp 2.000.000 Rp 1.000. 000 3 Sumad i Pakis Kajang koso Bono 06-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak berat Rp 5.000.000 Rp 3.000. 000 4 M uh Tolifin Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 5 Saekor i Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 6 Ruw iy ah Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 7 Wachi di Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 8 Roma dhoni Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 9 Surat n o Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 Genan
(4)
13 Sit i M unt o
t iah Windusari
Pasang sari gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 14 Abdul Kodir Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 07 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 15
M ut ro
fin Windusari Pasang sari Genan gsar i RT 08 RW 04 06-Jan-15 Angin kencang Rumah rusak ringan Rp 500.000 Rp 500.00 0 16 Sokib
(50 t h) Windusari
Candis ari Tr uni
12-Jan-15
Tanah
longsor Luka berat
Rp -Rp 2.500. 000 17 M uslih
(52 t h) Windusari
Candis ari Jegede h 12-Jan-15 Tanah longsor Luka ringan Rp -Rp 1.000. 000 18 Suyud
(30 t h) Windusari
Candis ari Poson g 12-Jan-15 Tanah longsor Luka ringan Rp -Rp 1.000. 000 19 Ngat ij em Srumbung Ngarg osoko Kr ajan Rt 02 Rw 03
16-Jan-15 Hujan angin Rumah rusak sedang Rp 7.000.000 Rp 2.000. 000 20 M bok Tent re m Candimuly o Tegals ari Bogela n RT 15 RW 4 18-Jan-15 Hujan angin rumah rusak berat Rp 10.000.00 0 Rp 5.000. 000 21 M arkh osis Salaman Sriw ed ari Sledeg an 20-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 2.000.000 Rp 1.000. 000 22 Sarju Saw angan Ket ep Ket ep
22-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 1.500.000 Rp 750.00 0 23 Karsan Saw angan Ket ep
Ket ep Rt 5 Rw 2
22-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 6.500.000 Rp 750.00 0 24 Budio
no Saw angan Ket ep
Ket ep Rt 4 Rw 2
22-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 5.000.000 Rp 750.00 0 25 M uri Saw angan Ket ep
Ket ep Rt 2 Rw 1
22-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 1.000.000 Rp 750.00 0 26 Pujian
t o Saw angan Ket ep
Ket ep Rt 5 Rw 2
22-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 1.500.000 Rp 750.00 0 27 Roma
dhon Saw angan Ket ep
Dadap an Rt 6 Rw 3
22-Jan-15 Tanah longsor Rumah rusak ringan Rp 1.000.000 Rp 750.00 0 JUM LAH Rp 28.000 .000
(5)
Method Matrik 2D
(6)