1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah agar siswa mampu mengetahui pengetahuan, konsep-konsep dan prinsip fisika serta
mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi Depdiknas, 2003. Namun, pada kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia khususnya
pendidikan sains masih rendah. Menurut survei hasil PISA Programme for International Student Assessment prestasi sains siswa Indonesia tahun
2012 peringkat ke 64 dari 65 negara dengan skor 382. Selain itu, hasil TIMSS Trends in Mathematics and Science Study prestasi sains siswa
Indonesia tahun 2011 memperoleh nilai 397 dimana nilai ini berada di bawah
nilai rata-rata
internasional yaitu
500 sumber:
litbang.kemdikbud.go.id. Jika dilihat dari data, prestasi sains siswa Indonesia memerlukan perhatian yang serius. Khususnya kemampuan
mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains.
Untuk meningkatkan kemampuan tersebut dalam mempelajari fisika, siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif. Dengan
berpikir kritis dan kreatif, siswa dapat menghasilkan sesuatu yang baru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
atau menghasilkan
penemuan-penemuan baru
serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran fisika di kelas, siswa dihadapkan pada soal-soal dengan tingkat kesulitan
yang berbeda. Untuk bisa menyelesaikan soal fisika yang kompleks, siswa harus memiliki kemampuan kognitif.
Berangkat dari pengalaman peneliti selama PPL, masih terdapat siswa yang belum memiliki kemampuan kognitif menganalisis dalam
menyelesaikan masalah problem solving. Ketika mengerjakan soal fisika di kelas, siswa cenderung menghafalkan persamaan secara matematis
menggunakan rumus untuk mendapatkan jawaban tanpa memahami soal terlebih dahulu. Hal tersebut sejalan dengan Rahmat, dkk 2014 yang
menyatakan saat mengerjakan soal fisika, mayoritas siswa lebih sering langsung menggunakan persamaan matematis tanpa melakukan analisis,
cenderung menebak rumus yang digunakan, dan menghafal contoh soal yang telah dikerjakan untuk mengerjakan soal-soal lain. Hal yang
dikhawatirkan yaitu ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal fisika yang kompleks, siswa tidak bisa menyelesaikan karena kemampuan
kognitif dalam problem solving siswa terbatas. Sebelumnya telah dilakukan penelitian serupa oleh Laksmi Budhi
2005 dengan menggunakan metode thinking aloud untuk mengetahui pengaruh minat siswa terhadap keterampilan siswa dalam menyelesaikan
masalah. Penelitian tersebut mendeskripsikan tahapan problem solving PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebelum dan sesudah mengetahui sistematika problem solving, untuk tiap siswa yang berbeda-beda minat terhadap fisika.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berinisiatif ingin melakukan penelitian mengenai proses kognitif siswa dalam menyelesaikan soal fisika
dengan judul Identifikasi Proses Kognitif Siswa SMA dalam Menyelesaikan Soal Fisika tentang Usaha dan Energi. Pada soal materi
tersebut, siswa dituntut memiliki proses menganalisis soal yang matang, dimana termasuk dalam kategori menganalisis tingkat High Order
Thinking HOT. Sehingga ketika dihadapkan pada soal yang kompleks, siswa dapat menyelesaikan dengan benar. Serta pemahaman konsep fisika
yang dipelajari dapat digunakanbukan hanya untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk soal melainkan juga masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah