Responden A Analisis Data dan Pembahasan

34 BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Data

Data disajikan dalam bentuk transkrip Terlampir.

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Responden A

a Tabel 4.2. Tahapan Problem Solving Responden A Keterangan P : Inisial untuk peneliti A : Inisial untuk responden A I : Pernyataan responden sebelum peneliti memberi pertanyaan II : Pernyataan responden yang tidak diungkapkan kemudian ditegaskan oleh peneliti dengan pertanyaan Kode PS : Kode Problem Solving No Pernyataan Responden A Kode PS Keterangan 1 P : Dimulai dari membaca soal lalu mengungkapkan semua yang kamu pikirkan 2 A I : {responden membaca soal sekaligus menggambar urutan kejadian} 1.1 I : Gambar 4.7. Konstruksi soal berdasarkan alur kejadian responden A. 1.2 I : sebuah balok bermassa 2000 gram..2 kg berarti.. 4.2.a I : didorong dengan gaya F... sampai 2 detik.. 3.2.a 35 kemudian gayanya dilepas..sini ada gaya gesek.. sini ada.. sini juga.. sampai berhenti ini jaraknya 5 meter.. ini resultan di kondisi I ∑F I = 10 N.. berarti bisa dicari percepatannya.. Gambar 4.8. Perhitungan percepatan. I : berapa gaya dorong yang diberikan.. 1.3 I : ..lalu disini {responden menunjuksegmen I} dipercepat selama 2 detik.. 1.4 2.1 Pada sub tahap ini terlihat bahwa responden A menganalisis soal I : ..berarti kecepatan akhirnya.. Gambar 4.9. Perhitungan kecepatan. 3.2.a I : Lalu disini {responden menunjuk segmen II} diperlambat oleh gaya gesek sejauh 5 meter.. 1.4 2.1 Pada sub tahap ini terlihat bahwa responden A menganalisis soal 3 P : ..tadi kok kamu mengerjakan gaya geseknya dulu..cara berpikirnya bagaimana? A II : soalnya..disini {menunjuk segmen I} kan nanti ketemu kecepatan akhir.. jadi banyak yang diketahui itu lebih ke sini {menunjuk segmen II} lebih memenuhi yang gaya gesek..trus disini {menunjuk segmen II} pakai kekekalan energi.. 2.3 Pada sub tahap ini terlihat bahwa responden A menganalisis soal 4 A I : 2.4 3.1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Gambar 4.10.a. Persamaan kekekalan energi mekanik. Gambar 4.10.b. Penjabaran persamaan kekekalan energi mekanik. 3.3 Gambar 4.10.c. Persamaan akhir untuk mendapatkan gaya gesek. 3.4 : Gambar 4.10.d. Perhitungan pertama mendapatkan gaya gesek. Gambar 4.11. Perhitingan pertama mendapatkan gaya dorong sesuai dengan resultan gaya yang bekerja. 4.1 4.3 4.4 Responden A melakukan serangkaian sub tahap 4 problem solving melaksanakan rancangan kecuali sub tahap 4.2 : {responden diam mencermati pekerjaannya dari awal} 5.1 : Ooh ini dibagi lima ding jadinya 20 N 5.2.a Pada sub tahap ini terlihat bahwa responden A mengevaluasi 37 Gambar 4.12. Perhitungan setelah dievaluasi untuk mendapatkan gaya gesek menggunakan persamaan kekekalan energi mekanik. gaya dorongnya.. Gambar 4.13. Perhitungan setelah dievaluasi gaya dorong sesuai dengan resultan gaya yang bekerja. : {responden diam mencermati jawaban} 5.3 : Udah.... 5.4 b Tabel 4.3. Proses Kognitif Responden A Keterangan I : Pernyataan responden sebelum peneliti memberi pertanyaan II : Pernyataan responden yang tidak diungkapkan kemudian ditegaskan oleh peneliti dengan pertanyaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 No Kategori- kategori Proses Kognitif Pernyataan Responden A Ket 1 Mengingat Me- ngenali I sebuah balok bermassa 2000 gram..2 kg berarti, didorong dengan gaya F... sampai 2 detik.. kemudian gayanya dilepas.. sini ada gaya gesek.. sini ada..sini juga.. sampai berhenti ini jaraknya 5 meter.. ini resultan di kondisi I ∑F I = 10 N.. Meng- ingat kembali I Gambar 4.14. Hukum II Newton. I Gambar 4.15. Persamaan kecepatan. I Hukum Kekekalan Energi Mekanik Gambar 4.16. Persamaan kekekalan energi mekanik. I Resultan gaya Gambar 4.17. Resultan gaya yang bekerja pada benda. 2 Memahami Me- nafsirkan I Gambar 4.18. Konstruksi soal berdasarkan alur kejadian. Meng- klasifika sikan I didorong dengan gaya F... sampai 2 detik.. kemudian gayanya dilepas.. sini ada gaya gesek.. sini ada.. sini juga.. Responden A menyatakan bahwa gaya gesek di kedua segmen nilainya sama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Men- jelaskan I Gambar 4.19. Persamaan Hukum II Newton. Responden A mencari percepatan I Gambar 4.20. Persamaan kecepatan. Responden A mencari kecepatan I Hukum Kekekalan Energi Mekanik Gambar 4.21. Persamaan kekekalan energi mekanik. Responden A mencari gaya gesek 3 Meng- aplikasikan Meng- impleme ntasikan I Gambar 4.22 Perhitungan percepatan. I Gambar 4.23. Perhitungan kecepatan. I Gambar 4.24. Perhitungan pertama untuk mendapatkan gaya gesek 40 menggunakan persamaan kekekalan energi mekanik. I Gambar 4.25. Perhitungan pertama untuk mendapatkan gaya dorong sesuai dengan resultan gaya yang bekerja. 4 Meng- analisis Mem- bedakan I .. lalu disini {responden menunjuk segmen I} dipercepat selama 2 detik berarti.. I Lalu disini {responden menunjuk segmen II} diperlambat oleh gaya gesek sejauh 5 meter Meng- organisasi {Pertanyaan Peneliti} nah tadi kok kamu mengerjakan gaya geseknya dulu..cara berpikirnya bagaimana? II soalnya.. disini {menunjuk segmen I} kan nanti ketemu kecepatan akhir.. jadi banyak yang diketahui itu lebih ke sini {menunjuk segmen II} lebih memenuhi yang gaya gesek.. trus disini {menunjuk segmen II} pakai kekekalan energi.. 5 Meng- evaluasi Me- meriksa I Ooh ini dibagi lima ding jadinya 20 N.. Gambar 4.26. Perhitungan setelah dievaluasi untuk mendapatkan gaya 41 gesek menggunakan persamaan kekekalan energi mekanik. I gaya dorongnya.. Gambar 4.27. Perhitungan setelah dievaluasi untuk mendapatkan gaya dorong sesuai resultan gaya yang bekerja. 6 Mencipta Me- rancang I apa yang Anda lakukan agar balok es dapat meluncur lebih jauh.. ee...ini bisa dilakukan dengan memperlicin permukaan sehingga gaya geseknya berkurang.. bisa juga dengan menambah besar gaya dorong sehingga percepatannya dapat lebih cepat sehingga balok dapat meluncur lebih jauh.. I emm... memperkecil massa? bentar.. massa mempengaruhi gak yaa.. coba kalau massa 1 kg..{responden membuktikan dengan persamaan} Gambar 4.28. Pembuktian massa mempengaruhi benda ketika meluncur. c Pembahasan Berdasarkan analisis data di atas, dapat diidentifikasi bahwa responden A memiliki proses kognitif tingkat High Order Thinking HOT dalam problem solving. Hal ini ditunjukkan oleh responden A dalam mengerjakan soal esay yang diberikan peneliti bahwa terdapat 5 tahapan problem solving model Minnesota, 42 meliputi 1 fokus pada masalah, 2 perumusan masalah, 3 rancangan penyelesaian, 4 pelaksanaan rancangan, 5 evaluasi jawaban. Namun ada beberapa sub tahap responden A yang urutannya tidak sesuai dengan sub tahap problem solving model Minnesota, ada beberapa sub tahap problem solving model Minnesota yang tidak teridentifikasi pada responden A, ada beberapa sub tahap problem solving responden A yang tumpang tindih. Proses kognitif tingkat High Order Thinking HOT terjadi saat responden A memilih pendekatan-pendekatan yang mengarah pada solusi soal kemudian responden A membuat diagram yang memperlihatkan hubungan antar besaran dalam dimensi ruang dan waktu pada problem solving model Minnesota. Peneliti membuat flowchart tahapan problem solving model Minnesota responden A yang dapat dilihat pada gambar 4.38. Responden A mengkonstruksi maksud soal dengan menggambarkan urutan kejadian secara runtut. Dalam hal ini dibutuhkan proses kognitif pada kategori mengingat dan kategori memahami. Proses kognitif: mengenali dan mengingat kembali, pada kategori mengingat yang dilakukan responden A yaitu mengenali informasi yang diketahui serta mengingat kembali persamaan yang digunakan untuk konteks yang sesuai dan mengkonversi satuan. Proses kognitif: menafsirkan, mengklasifikasikan, merangkum, menjelaskan, pada kategori memahami, dilakukan ketika responden A mengkontruksi soal dengan menggambarkan alur kejadian secara lengkap yang disertai dengan menuliskan informasi yang diketahui. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Gambar 4.29. Konstruksi soal berdasarkan alur kejadian responden A. “sebuah balok bermassa 2000 gram..2 kg berarti, didorong dengan gaya F...sampai 2 detik..kemudian gayanya dilepas..sini ada gaya gesek..sini ada..sini juga..sampai berhenti ini jaraknya 5 meter..ini resultan di kondisi I ∑F I = 10 N..berarti bisa dicari percepatannya..{responden melakukan perhitungan percepatan} ” Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 1.1 sekaligus sub tahap 1.2 pada problem solving model Minnesota. Kemudian responden A mengkonversi satuan ke dalam satu sistem yang sama. Tahap ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 4.2.a pada problem solving model Minnesota. Dari informasi yang diketahui dalam soal responden A kemudian menentukan persamaan Hukum II Newton. Selanjutnya digunakan untuk mencari percepatan balok es yang merupakan besaran tambahan yang belum diketahui. Gambar 4.30. Perhitungan percepatan. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 3.2.a pada problem solving model Minnesota. Menurut tahapan problem solving model Minnesota, tahapan problem solving 3 rancangan penyelesaian merupakan tahapan membentuk beberapa persamaan menjadi satu persamaan terkait besaran yang ditanya. Namun yang terjadi responden A langsung memasukkan data atau 44 mengeksekusi persamaan. Setelah itu, responden A mencermati pertanyaan pertama “berapa gaya dorong yang diberikan..” Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 1.3 pada problem solving model Minnesota. Setelah mencermati pertanyaan, responden A memilih pendekatan- pendekatan yang mengarah pada solusi soal. Karena soal yang diberikan peneliti merupakan soal kompleks, oleh sebab itu sub tahap ini dibutuhkan proses kognitif membedakan, mengorganisasi pada kategori menganalisis, yang mana proses ini merupakan perluasan dari proses kognitif pada kategori memahami. Proses responden dalam menganalisis inilah yang terpenting dalam mengerjakan soal, serta yang nantinya akan menentukan bisa atau tidaknya responden A dalam menyelesaikan soal. Proses kognitif tersebut melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Dari konstruksi soal berdasarkan alur kejadian tersebut responden A melihat bahwa terdapat 2 segmen. “lalu disini {responden menunjuk segmen I} dipercepat selama 2 detik..berarti kecepatan akhirnya.. {responden melakukan perhitungan kecepatan akhir} lalu disini {responden menunjuk segmen II} diperlambat oleh gaya gesek sejauh 5 meter..” Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 1.4 sekaligus sub tahap 2.1 pada problem solving model Minnesota. Pada sub tahap tersebut responden A menganalisis dengan benar dalam memilih pendekatan sekaligus menunjukkan proses kognitif tingkat High Order Thinking HOT dalam proses problem solving model Minnesota. Disela sub tahap tersebut responden A mencari besaran tambahan lain yang belum diketahui dalam soal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Responden A menggunakan persamaan GLBB untuk mencari kecepatan akhir pada segmen pertama atau kecepatan awal pada segmen kedua Gambar 4.31. Perhitungan kecepatan. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 3.2.a pada problem solving model Minnesota. Setelah responden A menganalisis kemudian responden A mulai melakukan perhitungan yang mengarah pada solusi. Namun, ketika melakukan perhitungan responden A tidak mengungkapkan apa yang dipikirkan. Peneliti kemudian mengkonfirmasi jawaban dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden A setelah mendapatkan solusi. Hal tersebut dilakukan peneliti agar mengetahui proses menganalisis responden A secara utuh untuk dapat menyelesaikan soal. P : kemudian pada soal ini yang ditanyakan terlebih dahulu kan besar gaya dorong kemudian baru gaya geseknya...nah tadi kok kamu mengerjakan gaya geseknya dulu..cara berpikirnya bagaimana? A : soalnya..disini {menunjuk segmen I} kan nanti ketemu kecepatan akhir..jadi banyak yang diketahui itu lebih ke sini {menunjuk segmen II} lebih memenuhi yang gaya gesek.. trus disini {menunjuk segmen II} pakai kekekalan energi.. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 2.3 pada problem solving model Minnesota. Secara keseluruhan pendekatan yang dipilih untuk mendapatkan solusi soal dapat diketahui bahwa pertama responden A melihat bahwa ada 2 segmen yaitu dipercepat dan diperlambat. 46 Kemudian menggunakan persamaan Hukum II Newton untuk mendapatkan percepatan di segmen pertama, dari situ reponden A menggunakan persamaan GLBB untuk mendapatkan kecepatan awal di segmen kedua. Selanjutnya untuk mendapatkan besaran yang ditanyakan, responden A menggunakan persamaan hubungan usaha dan energi. Pada segmen kedua responden A mendapatkan nilai gaya gesek lalu di segmen pertama mendapatkan gaya dorong. Pada sub tahap tersebut responden A menganalisis dengan benar dalam merumuskan besaran yang ditanyakan sekaligus menunjukkan proses kognitif tingkat High Order Thinking HOT dalam menyelesaikan soal. Kemudian responden A menuliskan persamaan untuk mencari gaya gesek yang bekerja pada balok es. Persamaan yang digunakan yaitu kekekalan energi mekanik Em awal = Em akhir . Proses kognitif: mengimplementasikan, pada kategori mengaplikasikan, terjadi dimana responden A mampu menggunakan sebuah langkah untuk menyelesaikan masalah yang tidak familier. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 2.4 dan sub tahap 3.1 pada problem solving model Minnesota. Dari deskripsi diatas, terlihat bahwa responden A melakukan tahap problem solving model Minnesota 1 fokus pada masalah dan 2 perumusan masalah. Responden A menguraikan persamaan Em awal = Em akhir sesuai dengan kejadian dalam soal dan mendapatkan solusi. 47 Gambar 4.32. Penguraian persamaan akhir dari kekakalan energi mekanik untuk mendapatkan gaya gesek. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 3.3 dan sub tahap 3.4 pada problem solving model Minnesota. Sub tahap 3.2 dilakukan responden saat fokus pada masalah dan dibagian perumusan masalah, yaitu mencari besaran tambahan yang belum diketahui. Responden A cenderung mengumpulkan semua informasi atau data terlebih dahulu dalam menyelesaikan soal. Dari deskripsi tersebut, terlihat bahwa responden A melakukan tahap problem solving model Minnesota 3 rancangan penyelesaian. Setelah didapatkan persamaan akhir, responden A memasukkan data dari besaran-besaran yang telah diketahui ke dalam persamaan akhir. Gambar 4.33. Perhitungan pertama untuk mendapatkan gaya gesek. Gambar 4.34. Perhitungan pertama untuk mendapatkan gaya dorong sesuai dengan resultan gaya yang bekerja pada benda. 48 Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh serangkaian tahapan problem solving model Minnesota, yaitu sub tahap 4.1 – sub tahap 4.3 – sub tahap 4.4. Sub tahap 4.2 yaitu memeriksa apakah satuan dari besaran-besaran berada dalam sistem yang sama dilakukan responden A saat fokus pada masalah bersamaan dengan menuliskan informasi yang diketahui. Dari deskripsi tersebut, terlihat bahwa responden A melakukan tahapan problem solving model Minnesota 4 pelaksanaan rancangan. Setelah didapatkan hasil akhir, responden A memeriksa jawaban. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi proses kognitif: memeriksa, pada kategori mengevaluasi, yang mana termasuk dalam tingkat High Order Thinking HOT. Responden A memeriksa pekerjaannya dari awal sampai akhir apakah sudah dirumuskan secara benar dan masuk akal atau sesuai dengan konsep teori hukum belum. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A menempuh sub tahap 5.1 pada problem solving model Minnesota. Dari situ didapatkan hasil akhir yang belum masuk akal, sehingga responden A merubah jawaban akhirnya dan memastikan jawabannya sudah benar dan masuk akal. Gambar 4.35. Perhitungan setelah dievaluasi menggunakan persamaan kekekalan energi untuk mendapatkan gaya gesek. 49 Gambar 4.36. Perhitungan setelah dievaluasi untuk mendapatkan gaya dorong sesuai dengan resultan gaya yang bekerja pada benda. Bagian ini menunjukkan bahwa responden menempuh serangkaian sub tahap problem solving model Minnesota, yaitu sub tahap 5.2.a – sub tahap 5.3 – sub tahap 5.4. Dari deskripsi tersebut, terlihat bahwa responden A melakukan tahap problem solving model Minnesota 5 evaluasi jawaban. Kemudian pada soal terdapat pertanyaan “Apa yang Anda lakukan agar balok es dapat meluncur lebih jauh?”. Pada tahap ini dibutuhkan proses kognitif merencanakan pada kategori mencipta yang mana termasuk dalam tingkat High Order Thinking HOT. Dengan dasar beberapa proses kognitif pada kategori- kategori yang telah dilakukan responden A kemudian didapatkan jawaban seperti berikut: “apa yang Anda lakukan agar balok es dapat meluncur lebih jauh..ee...ini bisa dilakukan dengan memperlicin permukaan sehingga gaya geseknya berkurang..bisa juga dengan menambah besar gaya dorong sehingga percepatannya dapat lebih cepat sehingga balok dapat meluncur lebih jauh..” “emm...memperkecil massa? bentar..massa mempengaruhi gak yaa..coba kalau massa 1 kg..{responden membuktikan dengan persamaan} Gambar 4.37. Pembuktian massa mempengaruhi benda ketika meluncur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Berikut flowchart tahapan problem solving model Minnesota yang ditempuh responden A: High Order Thinking Skills HOTS 3.2.a Mencari besaran tambahan yang belum diketahui 1.3 Mencermati pertanyaan 3.2.a Mencari besaran tambahan yang belum diketahui 4.2.a Merubah satuan dari besaran yang belum se-sistem 1.1 Mengkonstruksi atau membayangkan urutan kejadian yang dijelaskan dalam pernyataan soal 1.2 Mensketsa gambar yang mewakili gambaran kejadian; termasuk informasi yang diberikan 1.4 Memilih pendekatan kualitatif yang mengarah pada solusi 2.1 Membuat diagram yang memperlihatkan hubungan antar besaran dalam dimensi ruang dan waktu 2.3 Merumuskan besaran yang ditanyakan 2.4 Menyatakan hubungan antar besaran yang terlibat dengan menggunakan persamaan rumus 3.1 Memilih persamaan yang menyatakan hubungan KUANTITATIF antar besaran yang diketahui termasuk besaran yang ditanyakan 51 Gambar 4.38. Flowchart tahapan Problem Solving Model Minnesota responden A. 3.3 Menyelesaikan persamaan untuk mengungkapkan besaran yang belum diketahui tadi dan mensubstitusikan dalam persamaan awal 3.4 Menyelesaikan persamaan untuk mendapatkan besaran yang ditanyakan, dan memeriksa satuan-satuan yang terlibat 4.1 Memasukkan data dari besaran-besaran yang diketahui memperhatikan satuan ke dalam persamaan yang telah dipilih 4.3 Menggunakan matematika yang benar secara benar untuk menyelesaikan persamaan untuk menuju besaran yang ditanyakan 4.4 Menyelesaikan persamaan untuk mendapatkan besaran yang ditanyakan, dan memeriksa satuan-satuan yang terlibat 5.1 Memeriksa apakah jawaban sudah dirumuskan secara benar 5.2.a Memeriksa ulang penyelesaian yang dibuat 5.3 Memeriksa kelengkapan jawaban 5.4Penyelesaian yang baik dan sempurna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

2. Responden R

Dokumen yang terkait

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 3 16

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PYTHAGORAS DITINJAU DARI Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 4 13

PENDAHULUAN Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 8 5

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERDASARKAN Profil Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 3 14

PENDAHULUAN Profil Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 5 5

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERDASARKAN Profil Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 2 13

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA Profil Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

1 4 15

Identifikasi proses kognitif siswa dalam menyelesaikan soal Fisika tentang perubahan wujud : sebuah studi kasus.

2 2 170

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI KUBUS DAN BALOK

0 2 7

Identifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika bahasan gerak lurus pada siswa kelas XA dan XB SMA Santa Maria Yogyakarta - USD Repository

0 0 143