Tabel 4.10 Ketercapaian Responden Analisis Data dan Pembahasan

83

5. Tabel 4.10 Ketercapaian Responden

No Responden Problem Solving Proses Kognitif Ketercapaian 1 A 1. Fokus pada masalah 2. Perumusan masalah secara fisika 3. Perancangan pemecahan masalah

4. Pelaksanaan rancangan

5. Evaluasi pekerjaan Proses Kognitif pada tingkat High Order Thinking HOT: 1. Mengingat 2. Memahami 3. Mengaplikasikan 4. Menganalisis 5. Mengevaluasi 6. mencipta Bisa 2 R 1. Fokus pada masalah 2. Perumusan masalah secara fisika 3. Perancangan pemecahan masalah

4. Pelaksanaan rancangan

5. Evaluasi pekerjaan Proses Kognitif pada tingkat High Order Thinking HOT: 1. Mengingat 2. Memahami 3. Mengaplikasikan 4. Menganalisis 5. Mengevaluasi 6. mencipta Bisa 3 M 1. Fokus pada masalah Proses Kognitif pada tingkat Low Order Thinking LOT: 1. Mengingat 2. Memahami Tidak Bisa 4 N 1. Fokus pada masalah Proses Kognitif pada tingkat Low Order Thinking LOT: 1. Mengingat 2. Memahami Tidak Bisa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Setiap responden memiliki tahapan problem solving berbeda-beda untuk mendapatkan solusi soal. Tahapan problem solving yang ditempuh responden A dan responden R urutannya tidak sesuai dengan tahapan problem solving model Minnesota. Ada beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang tidak teridentifikasi pada responden A dan responden R. Ada beberapa sub tahap problem solving responden A dan responden R yang tumpang tindih. Dimana pernyataan responden meliputi dua sub tahapan problem solving model Minnesota. Sedangkan tahapan problem solving yang ditempuh responden M dan responden N sampai pada tahapan fokus pada masalah. 2. Proses kognitif responden A dan responden R berada pada tingkat High Order Thinking HOT sehingga keduanya memiliki tahapan problem solving model Minnesota yang kompleks dalam memilih pendekatan. Sedangkan responden M dan responden N proses kognitif yang dimiliki masih berada pada tingkat Low Order Thinking LOT sehingga ketika dihadapkan pada soal yang kompleks responden tersebut tidak mampu menemukan solusi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 B. SARAN Berdasarkan penelitian ini, peneliti memberi saran: 1. Untuk pembelajaran fisika di sekolah, sebaiknya guru melatih proses kognitif siswa pada tingkat High Order Thinking HOT sehingga menuntut siswanya untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. 2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti harus lebih teliti memperhatikan responden selama mengerjakan sehingga peneliti mengetahui reaksi yang dilakukan responden, soal yang dibuat mencakup keseluruhan proses kognitif untuk setiap kategori. 86 DAFTAR PUSTAKA Aderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, Saifuddin. 2016. Konstruksi Tes Kemampuan Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA MA. Website http:www.smantas.netFisika.pdf , diakses tanggal 22 Maret 2016. Heller, Patricia dan Heller, Kenneth. 1999. Cooperative Group Problem Solving in Physics. University of Minnesota. Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Van Someren, Maarten W., Barnard, Yvonne F., Sandberg, Jacobijn A.C. 1994. The Think Aloud Method: A Practical Guide to Modelling Cognitive Processes. London: Academic Press. Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Wiyati, Laksmi Budhi. 2005. Studi tentang Peningkatan Ketrampilan Berpikir Siswa SMA dalam Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. www.litbang.kemdikbud.go.id PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Lampiran 1 Usaha dan Energi Sebongkah balok es bermassa 2000 gram didorong dengan gaya F di atas permukaan lantai sehingga resultan gaya yang bekerja pada balok es 10 N selama 2 sekon. Setelah 2 sekon gaya dorong tersebut dihilangkan kemudian balok es tersebut mampu menempuh jarak 5 meter lalu berhenti. Tentukan: a. Berapa besar gaya dorong yang diberikan pada balok es tersebut. b. Berapa besar gaya penghambat yang bekerja pada balok es tersebut. c. Apa yang Anda lakukan agar balok es dapat meluncur lebih jauh. Jawab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Lampiran 2 Penyelesaian: berdasarkan tahapan problem solving model Minnesota 1. Fokus pada masalah soal  Konstruksi kejadian Dibutuhkan proses kognitif mengingat dan memahami.  Mencermati pertanyaan  Besar gaya dorong F d yang diberikan pada balok es?  Besar gaya penghambat gaya gesek F g F k yang bekerja pada balok es?  Apa yang dilakukan agar balok es dapat meluncur lebih jauh?  Memilih pendekatan kualitatif Dibutuhkan proses kognitif memahami dan menganalisis  Balok es dengan massa 2000 gram mula-mula diam kemudian didorong dengan gaya F d hingga bergerak dan berpindah sejauh s 1 selama 2 sekon sehingga resultan gaya yang bekerja pada benda 10 N.  Setelah 2 sekon gaya dorong F d dihilangkan kemudian benda tersebut mampu menempuh jarak 5 meter lalu berhenti.  Ketika bergerak, benda mengalami gaya gesek yang nilainya tetap dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90

2. Perumusan masalah soal

Dokumen yang terkait

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 3 16

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PYTHAGORAS DITINJAU DARI Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 4 13

PENDAHULUAN Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 8 5

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERDASARKAN Profil Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 3 14

PENDAHULUAN Profil Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 5 5

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERDASARKAN Profil Proses Berpikir Siswa Sma Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Dan Fungsi Kuadrat Berdasarkan Perbedaan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 2 13

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA Profil Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

1 4 15

Identifikasi proses kognitif siswa dalam menyelesaikan soal Fisika tentang perubahan wujud : sebuah studi kasus.

2 2 170

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI KUBUS DAN BALOK

0 2 7

Identifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika bahasan gerak lurus pada siswa kelas XA dan XB SMA Santa Maria Yogyakarta - USD Repository

0 0 143