5. Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return merupakan tingkat bunga yang menunjukkan persamaan antara interval penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi
modal awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. Criteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila nilai IRR lebih besar dari suku bunga
yang berlaku, sedangkan bila IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan.
IRR = 1 + NPV
NPV NPV
I – i
Keterangan: NPV = NPV positif hasil percobaan nilai
NPV = NPV negatif hasil percobaan nilai; i
= Tingkat bunga Tiomar, 1994.
I. Landasan Teori
Keripik simulasi adalah produk keripik dimana pada prosesnya dilakukan pembuatan adonan terlebih dahulu dengan penambahan tepung tapioka, dengan
tujuan agar hasil akhir dari produk bisa lebih seragam sesuai selera, baik bentuk, ukuran dan rasanya. Selain itu adonan juga ditujukan agar produk bisa lebih
menarik, lebih tahan lama, teksturnya lebih kokoh dan mengembang Anonymous,2006
Tapioka mempunyai kemampuan menyerap air yang besar sehingga
mempermudah terjadinya proses gelatinisasi, yaitu granula pati dapat membengkak luar biasa tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi
semula. Suhu gelatinisasi pada tepung tapioka terjadi pada suhu 54 – 64 °C Winarno, 2004.
Dalam pembuatan keripik talas simulasi, tepung tapioka yang dimaksudkan untuk membantu memperbaiki tekstur, kerapatan adonan, pengikat
air dan memperbesar volume pengembangan. Kandungan amilopektin dalam tepung berpengaruh terhadap kerenyahan dan pengembangan volume dalam
pembuatan keripik simulasi. Tepung tapioka memiliki kandungan amilopektin yang cukup tinggi yaitu
80. Mekanisme kerja tepung tapioka adalah sebagai berikut : karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar, maka komponen menyerap air
sangat besar. Terjadinya peningkatan viskositas disebabkan air yang dulunya berada diluar granula dan bebas bergerak sebelum suspensi dipanaskan, kini sudah
berada dalam butir–butir pati dan tidak dapat bergerak dengan bebas lagi Winarno, 2002. Menurut Hariyadi 1992 Umumnya makin banyak kandungan
amilopektin, kerupuk makin besar mengembang. Hal ini karena bangunan amilopektin kurang kompak dan kurang kuat menahan pengembangan masa yang
cepat selama penggorengan. NaHCO
3
adalah bahan pengembang yang umum digunakan 2002. Penambahan bahan pengembang dimaksudkan untuk memperbesar daya kembang
sehingga menambah kerenyahannya Haryadi dan Supriyanto, 1997. Pada prinsipnya proses pengembangan produk kering yang porous merupakan hasil
tekanan uap, udara, dan gas lain yang diperoleh dari pemanasan kemudian mendesak struktur bahan membentuk produk yang mengembang Lavlinesia dkk,
1998
J. Hipotesis