BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Rancangan Penelitian dan Karakteristik Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menggunakan foto senyum subjek penelitian sebagai
alat pengumpulan data. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif analitik karena penelitian diarahkan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi dan mencari
hubungan antar variabel. Penelitian ini juga dikatakan sebagai pendekatan cross sectional karena observasi dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu saat
yang artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap proporsi lebar gigi anterior rahang atas untuk dilihat hubungannya
dengan konsep golden proportion dan konsep RED proportion. Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 63 sampel yang terdiri dari 22
orang pria 34,9 dan 41 orang wanita 65,1. Sampel pria terdiri dari 8 orang suku Deutro Melayu, 5 orang suku Proto Melayu dan 9 orang suku Tionghoa,
sedangkan sampel wanita terdiri dari 15 orang suku Deutro Melayu, 16 orang suku Proto Melayu dan 10 orang suku Tionghoa. Persentase jumlah sampel wanita lebih
banyak daripada pria suku Deutro Melayu, Proto Melayu dan Tionghoa dikarenakan populasi mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 lebih banyak wanita
dibanding pria. Distribusi jumlah sampel menunjukkan suku Tionghoa lebih sedikit dari suku Deutro Melayu dan suku Proto Melayu Tabel 7. Hal ini dikarenakan
jumlah mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 suku Tionghoa lebih sedikit dibandingkan dengan suku Deutro Melayu dan suku Proto Melayu. Selain itu,
sebagian besar mahasiswa suku Tionghoa sudah pernah atau sedang menjalani perawatan ortodonti sehingga tergolong ke dalam kriteria sampel eksklusi.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Proporsi Lebar Insisivus Lateralis terhadap Insisivus Sentralis dan Proporsi Lebar Kaninus terhadap Insisivus Lateralis Rahang Atas pada
Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2010-2013 Berdasarkan Suku dan Jenis Kelamin
Proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas pada mahasiswa Indonesia FKG USU
angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin dinilai pada pria dan wanita suku Deutro Melayu, pria dan wanita suku Proto Melayu serta pria dan wanita suku
Tionghoa. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rata- rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis kanan dan kiri pada pria suku Deutro Melayu adalah 0,70,
sedangkan pada wanita suku Deutro Melayu adalah 0,72. Rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis kanan dan kiri pada pria dan wanita
suku Proto Melayu adalah sama, yaitu 0,72. Rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis kanan dan kiri pada pria suku Tionghoa adalah 0,69,
sedangkan pada wanita suku Tionghoa adalah 0,70. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa rata- rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis kanan dan kiri pada pria
suku Deutro Melayu adalah sama, yaitu 0,85, sedangkan pada wanita suku Deutro Melayu secara berurutan, yaitu 0,82 dan 0,81. Rata-rata proporsi lebar kaninus
terhadap insisivus lateralis kanan dan kiri pada pria suku Proto Melayu adalah sama, yaitu 0,82, sedangkan pada wanita suku Proto Melayu secara berurutan, yaitu 0,83
dan 0,82. Rata- rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis kanan dan kiri pada pria suku Tionghoa adalah sama, yaitu 0,86, sedangkan pada wanita suku
Tionghoa secara berurutan, yaitu 0,81 dan 0,82. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa wanita suku Deutro Melayu
serta pria dan wanita suku Proto Melayu memiliki rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap
insisivus lateralis yang hampir sama besar secara berurutan, yaitu 0,72 dan 0,82. Pria suku Deutro Melayu memiliki rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap
insisivus sentralis dan rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis yang hampir sama besar dengan pria suku Tionghoa secara berurutan, yaitu 0,70 dan
Universitas Sumatera Utara
0,85. Wanita suku Tionghoa memiliki rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis yang sama besar dengan pria suku Deutro Melayu dan
pria suku Tioghoa, yaitu 0,70, dan rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis yang sama besar dengan wanita suku Deutro Melayu serta pria dan wanita
suku Proto Melayu, yaitu 0,82. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor suku tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proporsi lebar gigi anterior
rahang atas. Faktor suku memiliki asosiasi yang kuat dengan genetik. Faktor suku juga tidak diragukan akan memiliki pengaruh besar terhadap proporsi lebar gigi
anterior rahang atas. Akan tetapi, pengaruh faktor suku menjadi berkurang jika telah terjadi perkawinan antarsuku dan sudah tidak tergolong dalam suku asli.
26
Proses migrasi merupakan sumber terjadinya peristiwa pertukaran gen sehingga suatu gene
pool mendapat aliran gen baru yang memiliki karakter berbeda dari gen yang telah ada. Dengan masuknya gen baru, yang kemudian bercampur dengan gen lokal, akan
menjadi sumber terbentuknya variasi biologis. Semakin banyak proses percampuran gen yang berbeda karakteristik, semakin banyak pula variasi yang akan ada
dalam gene pool tersebut.
42
Dalam penelitian ini, salah satu kriteria inklusinya adalah sampel memiliki kesamaan suku sampai tiga generasi saja dan dilakukan melalui
kuesioner sehingga tidak menjamin murni tidaknya suku sampel secara genetik.. Selain faktor suku, faktor lingkungan juga turut mempengaruhi ukuran dan bentuk
lengkung gigi. Faktor lingkungan, seperti lokasi, makanan, kebiasaan oral, fisik dan malnutrisi, menyebabkan perubahan secara perlahan karena manusia cenderung akan
beradaptasi menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
42,43
Perubahan dalam kebiasaan diet seperti tekstur makanan yang lebih halus menyebabkan penggunaan
otot pengunyahan dan gigi berkurang. Kurangnya pengunyahan akan menyebabkan perubahan pada perkembangan fasial sehingga maksila menjadi lebih sempit.
43
Maksila yang sempit dapat mempengaruhi susunan dan bentuk lengkung gigi yang kemudian akan berdampak pada nilai proporsi lebar gigi anterior rahang atas yang
dilihat dari depan. Hal ini yang menjadi dasar dan alasan mengapa faktor suku tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai proporsi lebar gigi anterior rahang
atas.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat perbedaan antara rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis kanan dengan kiri pada wanita suku Deutro Melayu, suku Proto Melayu, dan
suku Tionghoa. Hal ini dikarenakan ukuran lebar mesiodistal antara gigi anterior rahang atas kanan dengan kiri tidaklah selalu sama.
44
Sedikit perbedaan ukuran lebar mesiodistal gigi anterior rahang atas kanan dengan kiri sering dijumpai pada gigi asli.
Keasimetrisan ini disebabkan karena adanya interaksi kompleks antara faktor genetik dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anggota tubuh
manusia, yang mana faktor genetik lebih memegang peranan besar. Faktanya banyak organ tubuh manusia yang menunjukkan keasimetrisan, seperti jantung, otak, testis,
dan paru-paru.
45
Menurut Alwazzan K 1995, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata ukuran lebar mesiodistal gigi anterior rahang atas bagian kanan
cenderung lebih besar dibandingkan dengan yang bagian kiri. Perbedaan sampai 1mm antara ukuran lebar mesiodistal gigi kanan dan kiri masih tergolong normal.
44
Hasil penelitiannya ini sesuai dengan hasil penelitian Khan SH, dkk 2011 yang juga
menemukan terdapat perbedaan ukuran lebar mesiodistal sekitar 0,01 mm sampai 0,15 mm antara gigi kanan dan kiri.
46
Oleh karena itu, dengan adanya sedikit perbedaan ukuran lebar mesiodistal antara gigi anterior rahang atas kanan dengan kiri
inilah yang kemudian menyebabkan terdapatnya perbedaan antara rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis kanan dengan kiri. Akan tetapi, perbedaan
antara rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis kanan dengan kiri pada wanita suku Deutro Melayu, suku Proto Melayu, dan suku Tionghoa ini
hanyalah 0,01 sehingga perbedaan antara rata-rata proporsi kanan dan kiri tidak begitu signifikan dan masih dapat dianggap simetris.
Hasil rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis pada mahasiswa Indonesia FKG USU untuk setiap suku dan jenis kelamin ini
menunjukkan hasil yang lebih besar dari proporsi yang disarankan oleh Levin, yaitu 0,62 konsep golden proportion. Untuk pria suku Deutro Melayu dan wanita suku
Tionghoa, rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis sesuai dengan proporsi yang disarankan oleh Ward, yaitu 0,70 konsep RED proportion.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Daulay NW 2009 tentang
Universitas Sumatera Utara
proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis pada ras Mongoloid Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis
terhadap insisivus sentralis kanan dan kiri pada ras Mongoloid pria Indonesia secara berurutan, yaitu 1,43:1 ± 0,11 nilai proporsi = 0,70 dan 1,46:1 ± 0,10 nilai proporsi
= 0,68, sedangkan pada ras Mongoloid wanita Indonesia secara berurutan, yaitu 1,42:1 ± 0,10 nilai proporsi =0,70 dan 1,41:1 ± 0,11 nilai proporsi = 0,71.
41
Hasil rata-rata proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis pada mahasiswa Indonesia FKG USU untuk setiap suku dan jenis kelamin ini
menunjukkan hasil yang lebih besar dari proporsi yang disarankan baik oleh Levin konsep golden proportion= 0,62 maupun Ward konsep RED proportion= 0,70.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murthy BV, dkk 2008 yang mendapatkan hasil proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis berkisar
antara 0,80 sampai 0,83 pada subjek penelitian India. Sulaiman E, dkk 2010 pada subjek penelitian Malaysia mendapatkan hasil proporsi lebar kaninus terhadap
insisivus lateralis sebesar 0,82.
9,25
Hasil penelitian Mashid M, dkk 2004 menunjukkan hasil rata-rata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis sebesar 0,67 dan rata-rata
proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis sebesar 0,84. Perbedaan hasil rata- rata proporsi tersebut dengan penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan ras
dalam sampel yang digunakan. Mashid M, dkk 2004 menggunakan subjek penelitian Iran, yang termasuk ke dalam ras Kaukasoid.
5
5.3 Perbedaan Proporsi Lebar Insisivus Lateralis terhadap Insisivus