38
1. Konteks
Tahap konteks pada pengamatan kedua ini, seperti pada pengamatan pertama, guru melakukan tanya-jawab dengan siswa mengenai pengetahuan
awal siswa yang berkaitan dengan materi masalah sosial. Contoh
pertanyaannya yaitu ” apa yang kalian ketahui tentang masalah sosial?” 2.
Pengalaman
Guru memberikan materi melalui ceramah singkat dan dilanjutkan dengan diskusi berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Guru
membagikan LKSLembar Kerja Siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan kasus sosial di sekitar kita yang harus dijawab oleh kelompok diskusi tersebut.
Contoh pertanyaannya yaitu ”Sebutkan beberapa penyebab kenakalan remaja?
”.
Setelah diskusi selesai, maka hasil diskusi tersebut dibahas dengan bimbingan guru. Perwakilan setiap kelompok maju untuk menuliskan jawaban
hasil diskusi di papan tulis, kemudian kelompok lain mencocokkan hasil pekerjaannya.
Gambar 2.1 Siswa diskusi kelompok
39
Gambar 2.2 Lembar Kerja Siswa
3. Refleksi
Siswa melakukan refleksi dengan bantuan pertanyaan dari guru yang tertulis dalam selembar kertas. Kertas tersebut berisi pertanyaan beserta
gambar yang berkaitan dengan masalah sosial. Misalnya: gambar anak jalanan, maka siswa diminta untuk memberikan tanggapan atas sikap yang seharusnya
siswa lakukan. Hasil refleksi tersebut dikumpulkan di meja guru, kemudian secara lisan guru menanyai siswa yang ditunjuk untuk menceritakan hasil
refleksinya. Tidak semua siswa mendapatkan giliran mengungkapkan refleksinya karena keterbatasan waktu. Contoh refleksi tersebut yaitu gambar
peristiwa anak jalanan. Sikap yang dituliskan siswa yaitu berusaha untuk
menolongnya.
40
Gambar 3.1. Siswa melakukan refleksi
4. Aksi
Aksi yang terlihat di lingkungan sekolah yaitu membuang sampah pada
tong sampah, meminjamkan teman yang tidak membawa alat tulis. 5.
Evaluasi Tidak ada evaluasi
41
LAMPIRAN
2
42
Subyek 1: Kepala Sekolah
No. Pertanyaan
Jawaban Kode
Wawancara 1 Tanggal: Rabu, 18 Mei 2011
Kode: KSPg180511 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
16. 17.
18. 19.
20. 21.
22. 23.
24. 25.
26. 27.
28. 29.
30. 31.
32. 33.
34. 35.
36.
Sebelumnya saya mohon
maaf dulu
Pak sudah
menggangg u. Ini kami
untuk keperluan
penelitian mau
bertanya sedikit
tentang PPR. Yang
pertama, apakah
disekolahan ini itu sudah
menerapkan PPR
paradigma pedagogi
reflektif, itu
sejak kapan
digunakan Pak?
Sebelumnya Pak,
menggunak an
apa Baik… untuk Sorowajan itu mengawali
PPR sebenarnya mulai tahun 2008. Sebenarnya pada waktu itu bersamaan
dengan penerapan pendidikan karakter yang kami disebut namanya pada waktu itu
pendidikan karakter MATIUS. Nah bersamaan tu kami undang dari yayasan,
dari tim PPR percetakan pendidikan Kanisius yang dokumennya sebenarnya
masih ada tahun 20082009. Cuma dalam perjalanannya memang PPR ini kan sebuah
proses yang sebuah pembelajaran inovasi yang
setiap saat
dievaluasi lalu
dikembangkan, evaluasi dikembangkan. Nah.. ini secara keseluruhan sekolah ini
sudah melaksanakan PPR hanya ada hal- hal yang menjadi kendala… ada kendala
yang ehm… jadi PPR itu kan sebuah inovasi yang mengembangkan sebenarnya
menggali kembali apa ya...? Pendidikan Yesuit pada dokumen Yesuit yang sekian
ribu tahun yang lalu digali lalu di Indonesiakan. Lalu tentu ini perlu banyak
sosialisasi karna ini pendidikan Yesuit sedangkan pelaksanaan pendidikan ini
awam sehingga kendalanya ini persoalan Yesuit, mengolah hati, padahal komunitas
yang kita terapkan adalah komunitas awam. Nah maka ini perlu sosialisasi dan terus
ada inovasi-inovasi yang dilakukan dan evaluasi setiap berakhirnya tahun
pelajaran begitu. Sebelum ada PPR ya kami kan tentu untuk
pembelajaran saya kira secara umum ya untuk kelas 1,2,3 tematik, yang 4,5,6 ya
terpadu. Pembelajarannya dulu saya kira
Lampiran 2: Wawancara
43
37. 38.
39. 40.
41. 42.
43. 44.
45. 46.
47. 48.
49. 50.
51. 52.
53. 54.
55. 56.
57. 58.
59. 60.
61. 61.
62. 63.
64. 65.
66. 67.
68. 69.
70. 71.
72. 73.
74. 75.
76. 77.
78. 79.
sebelum PPR?
Apakah PPR ini
sudah di sosialisasika
n pada orang tua
juga Pak? Kemudian
kekhasan dulu
Pak, kekhasan
PPR itu
kira-kira menurut
Bapak? Apakah
pada penerapan
di
sekolah ini
ada kesulitan-
kesulitan? itu. Cuman ee…kita sebagai sekolah swasta
harus melihat apa ya..? sebuah proses yang seiring dengan perkembangan global. Jadi
kami terus ada inovasi pembelajaran yang tematik seperti apa, yang terpadu seperti
apa, lalu kurikulum berbasis kompetensi, yang kami terapkan seperti itu.
PPR sudah kami sosialisasikan pada awal tahun ajaran. Semua program untuk
termasuk buku refleksi pendidikan karakter yang setiap orang tua tanda tangan dan
sebagainya, cuma ee...berapa persen PPR ini dapat diserap oleh orang tua? dan tidak
semua orang tua memahami ee...apa itu PPR. Itu senang sekali kalo orang tua
paham. Bahkan pada waktu itu ada workshop apa itu PPR. Jadi seluruh wali
murid awal mulanya itu kita undang workshop 1 hari, dari kelas 1 sampai kelas
6 kita undang di area ini. Itu awalnya, cuman Mbak juga harus tahu bahwa daya
pikir, latar belakang pendidikan dari orang tua itu sangat heterogen. Maka kami yakin
bahwa orang tua memahami sekian persen
ee…sudah ada 50 itu sudah luar biasa, tapi saya pikir paling banyak 60 yang
memahami tentang PPR itu sendiri. Ciri khas PPR itu sebenarnya adanya
pembelajaran yang ditandai oleh adanya refleksi.
Refleksi dan
aksi setiap
ee...berakhirnya pembelajaran. kemudian kekhasannya begitu. Jadi yang diolah
adalah tidak hanya daya nalarnya tapi mengolah hati melalui refleksi lalu ada
tindakannya yang kita namakan aksi, itu ciri khasnya. Jadi saya pikir sekolah-
sekolah yang lain ee...memahami bahwa PPR ini memang ee...sebuah paradigma
yang dikembangkan di sekolah Kanisius, belum meluas, belum semua yayasan. Di
Yogyakarta saja baru Yayasan Kanisius yang yang memulai PPR, lah kekhasannya
itu tadi saya katakan kekhasannya adalah
ada ee…refleksi setiap akhir pembelajaran
44
80. 81.
82. 83.
84. 85.
86. 87.
88. 89.
90. 91.
92. 93.
94. 95.
96. 97.
98. 99.
100. 101.
102. 103.
104. 105.
106. 107.
108. 109.
110. 111.
112. 113.
114. 115.
116. 117.
118. 119.
120. 121.
122. 123.
Bagaimana penerapan
PPR disekolah
ini? Apakah sudah
sesuai
dengan,… maksudnya
sudah full
PPR? Kemudian
ini
Pak, dampaknya
penerapan PPR
ini bagi siswa,
guru dan
orang tua? Kemudian
dampak dalam
prestasi belajar
siswa
itu bagaimana?
atau setiap akhir kegiatan atau ketika anak itu
ada sesuatu
pelanggaran, jadi
pelanggaran tidak berupa sanksi tetapi anak disuruh menulis merefleksikan misalnya
”kalau bertengkar itu coba apa untungnya kamu tuliskan” lalu ”apa yang mau kamu
bangun setelah itu” ee… bertengkar begitu “iya” sebentar ya… mengangkat telepon.
Standar ya… standar, saya kira belum. Ya karna ini kan merupakan suatu hal yang
baru ya…full artinya semua kelas sudah menjalankan dan semua mata pelajaran,
Cuma memang ee... Belum semua artinya yang sudah full 5 mapel, lalu yang lain juga
masih proses. Kemudian kendalanya apa? Sesuatu hal yang baru pasti ada kendala.
Kendalanya adalah ya itu tadi masalah suatu yang baru guru butuh beradaptasi.
Memang kok setiap saat ada refleksi, aksinya apa, dan sebagainya. Tentu ini
butuh waktu menjalankan 100. Jadi ini sesuatu hal yang baru pun, sembari
mengevaluasi maka kita terus berjalan. Ya, yang pertama prestasi tidak dimaknai
semata-mata akademik. Prestasi dalam artian prestasi budi pekerti, perubahan
sikap, perubahan perilaku. Itu sebuah prestasi. Nah dampaknya, dampak positif
tentu, ini adalah sekolah ee…dalam hal memberikan sanksi tidak perlu adanya
sanksi yang ee…apa ya? Tata tertib yang berlebihan ya. Tetapi dengan refleksi anak
akan semakin menyadari apa yang menjadi kekurangan,
apa yang
menjadi kesalahannya. Jadi anak muncul kesadaran
dari dalam bukan karna paksaan atau tekanan, tapi ada refleksi berarti ada
melihat kembali kekurangan dalam dirinya, ee...orang tua pun mulai senang karna
ee…karna ada perubahan sikap, perubahan perilaku anak-anak ketika ada tugas, ada
pekerjaan dan tangung jawab dirumah. Itu dampak yang ee..ini kami buktikan pada
ee...beberapa ora
ng tua yang sudah…
45
124. 125.
126. 127.
128. 129.
130. 131.
132. 133.
134. 135.
136. 137.
138. 139.
140. 141.
142. 143.
144. 145.
146. 147.
148. 149.
150. 151.
152. 153.
154. 155.
156. 157.
158. 159.
160. 161.
162. 163.
164. 165.
166. 167.
Kemudian
ee… penerapan
PPR ini
apakah sudah
mengarah pada tujuan
PPRnya Pak,
mungkin terbukti
dalam
hal apa?
Ini sebenarnya
mengapa kok dituntut
menggunak an
PPR Pak?
Apakah ada yang salah
dengan sistem
sebelumny? sudah merasakan artinya ada beberapa
orang tua yang ditanya atau diwawancara, itu menurut orang tua seperti itu.
Ya tentu, PPR ini setiap kami melakukan
ee…tindakan mesti kita tidak lepas dari tujuan. Tujuan itu tidak lepas juga dari visi
dan misi yaitu untuk ee…sebagai sekolah yang kita visinya mencerdaskan peserta
didik atau menjadi guru yang mendidik anak-anak Indonesia untuk menjadi anak
yang cerdas, peduli lingkungan dan sesama, itu yang menjadi tujuan ke depan.
Nah PPR ini sudah relevansi, jadi kemudian apa buktinya, buktinya yang
pertama dalam visi tadi peduli pada lingkungan, kita juga kemarin anak-anak
memberikan sebagian dari sembako kita bagian
kepada masyarakat
yang membutuhkan. Ini kan ee...artinya perilaku
anak diubah untuk kepedulian sosialnya, begitu. Lalu juga lingkungannya yang
secara fisik anak-anak juga memelihara lingkungan yang ada disekolah. Mungkin
juga memperhatikan pada lingkungan. Nah tujuannya adalah menjadi manusia yang
cerdas, yang peduli terhadap ee...sesama
dan lingkungannya..sebentar kring…bunyi telepon.
Ya tentu pendidikan itu kan mengalami perubahan inovasi, trus ada evaluasi
kemudian ada evaluasi. Hasil pendidikan ee...sistem pendidikan yang sebelumnya itu
kan dinilai bahwa yang diukur adalah kemampuan
akademik saja,
padahal manusia yang utuh, itu kan mansia yang
cerdas…cerdas akademiknya,
cerdas hatinya, cerdas rasanya. Nah maka dari
tahun ke tahun kan hasil pendidikan ini ee…yang diukur itu akademiknya,
buktinya apa? buktinya masih ada UNAS, lalu orang tolok ukurnya ketika anak ini
nilainya bagus berarti sekolahnya hebat. Padahal tujuan pendidikan itu adalah tidak
sekedar mencerdaskan akademik maka lalu
46
168. 169.
170. 171.
172. 173.
174. 175.
176. 178.
179. 180.
181. 182.
183. 184.
185. 186.
187. 188.
189. 190.
191. 192.
193 194.
195. 196.
197. 198.
199. 200.
201. 202.
203. 204.
205. 206.
207. 208.
209. 210.
211. 212.
Ini Pak..terus
apakah guru disini
tu dalam
menggunak an PPR tu
merasa senang atau
malah keberatan?
kecerdasan, kecerdasan yang SQ, EQ, dan kecerdasan yang lain yang menjadi
manusia utuh. Sehingga manusia yang tumbuh
dewasa seiring
dengan pertumbuhan harkat dan martabat manusia.
Bukan soal otak yang
cerdas. Itu
berdasarkan penilaian hasil kajian dari penerapan sistem pendidikan yang lampau.
Maka Yayasan
Kanisius menilai
mengevaluasi lalu mencari solusi agar kedepan genarasi muda ini tidak hanya soal
cerdas akademik tapi cerdas hatinya, peduli pada sesama, lingkungan. Jadi terbukti
dengan banyaknya ee…negara, warga negara, pejabat yang korupsi, banyaknya
lingkungan yang dirusak oleh mereka- mereka. Ini kan tu hasil pendidikan. Tu
karna soal kecerdasan saja. Jadi kecerdasan untuk mencerdasi orang lain, sisinya
negatif.
Maka lalu
PPR lah
yang jawabannya sekarang ini.
Ya sesuatu yang baru menbutuhkan profesional,
itu sesuatu
yang lebih
sempurna tentu saja banyak membutuhkan banyak menyita waktu, kemudian butuh
sarana dan prasarana yang lebih banyak. Disatu sisi memang tuntutan untuk bisa
memenuhi, disisi lain memang guru sendiri, karena guru swasta kan otomatis
ee..disni hari juga pertimbangkan hal-hal lain nah yang perlu dipikirkan yang
pertama guru memang dikatakan senang atau susah ya mungkin awalnya susah
karna ada tambahan pekerjaan yang luar biasa tapi kalau melihat dari tujuan PPR itu
sendiri saya kira juga ee…nanti lama-lama harapan kami guru juga menyadari semakin
menyadari bahwa pekerjaan fungsinya itu
ee…. semakin berat tetapi juga outputnya diharapkan semakin bagus kalau soal
senang dan susah karna guru memang fungsinya mendidik sehingga banyak
pekerjaan kadang-kadang manusiawinya muncul ya...karena tambah pekerjaan maka
47
213. 214.
215. 216.
217. 218.
219. 210.
211. 212.
213. Kemudian
ehm..siapa saja
Pak yang sudah
mendapatka n pelatihan
khusus PPR?
menjadi susah tetapi bukan suatu beban ya kan? Lain kan beban dengan susah begitu
itu..ya Ya..ada disini kami sendiri kepala sekolah
lalu ada Bu Susan, Bu Ririn, Bu Yuli, ada kemudian yang dah mendapatkan pelatihan
dua kali ada, baru yang satu kali ada, bersama-sama belajar juga ada, sehingga
semua sudah mengenal. Cuma pelatihan tingkat ketiga itu memang baru beberapa
guru ya…ada 40. Wawancara 2
Tanggal: Jumat, 27 Mei 2011 Kode: KSPg270511
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17. 18.
19. 20.
21. 22.
23. 24.
25. 26.
27. 28.
29. 30.
Baik teman-teman mahasiswa, yang sedang melakukan penelitian. Kita akan memperdalam tentang beberapa hal
mengenai wawancara dengan kepala sekolah, kita akan menyampaikan berusaha dengan ee…mengupayakan
supaya dapat dipakai sebagai data untuk penyelesaian masalah penelitian. Yang pertama masalah pendidikan
karakter MATIUS yang seperti apa maksudnya?. Sebelum pemerintah
menggelontorkan masalah
pendidikan karakter bangsa, sekolah ini sudah berfikir soal
pendidikan karakter itu. Dimulai tahun 2009 2010 ee..2008 sebenarnya..2009. lalu baru kita sosialisasikan
kepada orang tua juga kita mengundang psikolog itu awal tahun 2009 2010. Buktinya ada disini menunjukkan
bukti acara workshop ada bukti yang waktu itu acaranya ini tentang pendidikan karakter dan PPR pada waktu
2009, tetapi lebih dulu PPR dengan pendidikan karakter, Sorowajan lebih dulu pendidikan karakternya. Nah
karakter yang kita kembangkan di sekolah ini pada awalnya gagasan ini, pendidikan karakter yang kita sebut
dengan pendidikan karakter MATIUS sambil melihat buku selayang pandang SDK Sorowajan, MATIUS itu
sebenarnya merupakan akronim dari…M-nya itu Mandiri, A-nya aktif, T-nya taat, kemudian I-nya inovatif, U-nya
ulet, kemudian S- nya itu santun…santun atau sopan. Nah
kemudian latar belakangnya bahwa kurikulum kita kurikulumnya adalah sebelumnya KBK kurikulum
berbasis kompetensi dan KTSP ini merupakan peluang untuk meluangkan pendidikan dalam satuan pendidikan di
sekolah ini. Pada waktu KBK itu banyak anak-anak dijejalkan masalah ee...hal-hal yang sifatnya akademik
48
31. 32.
33. 34.
35. 36.
37. 38.
39. 40.
41. 42.
43. 44.
45. 46.
47. 48.
49. 50.
51. 52.
53. 54.
55. 56.
57. 58.
59. 60.
61. 61.
62. 63.
64. 65.
66. 67.
68. 69.
70. 71.
72. 73.
tidak memberikan ruang gerak pada anak untuk mengasah kemampuan aspek yang lain sehingga para lulusan hanya
memiliki kecerdasan verbal, logika dan matematik, dan kemampuan intelegensi saja sebagai tolok ukur output
dari sekolah ini. Nah padahal orang hidup tidak cukup hanya cerdas intelegensinya tetapi justru aspek yang lain,
maka kita perlu mengubah paradigma pendidikan yang mana para lulusan tidak hanya memiliki kecerdasan
intelektual saja tetapi juga memiliki penguasaan diri, Emotional Question EQ, nanti bisa di ambil disini
menunjuk
pada buku
selayang pandang
SDK Sorowajan, penguasaan spiritual atau SQ-nya, dan
memiliki karakter Indonesia. Ini yang, yang penting sebagai jati diri bangsa Indonesia kita harus mendidik
anak-anak harus berkarakter Indonesia. Nah KTSP memberikan ruang gerak pada satuan pendidikan untuk
mengembangkan sekolah. Maka Sorowajan berfikir bagaimana anak-anak ini tidak hanya memiliki kecerdasan
intelek, tetapi juga ada keseimbangan antara EQ dan SQ, kemudian juga intelegentsi questionnya jalan, maka
sebelum
pemerintah menggelontorkan
program pendidikan karakter bangsa, SD ini sudah mencoba
memikirkan, mengambil bagian dari pendidikan karakter yang kami singkat dengan matius. Sasarannya adalah
membangun
kepribadian yang
utuh, berkarakter
Indonesia. Nah secara fisikal mengembangkan perilaku bersih dan sehat, secara fisikalnya itu. Secara intelektual
memberdayakan kompetensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik, memberikan pengetahuan dasar melalui
proses yang benar, maka sangat besar kemampuan peserta didik untuk mencari, menemukan serta memupuk bakat
minat yang mampu menjawab kebutuhannya sendiri. Jadi yang memikirkan kebutuhannya sendiri. Kemudian
mengembangkan daya pikir , kritis, analitis, untuk memecahkan masalah dan berani mengambil keputusan.
Secara sosial, tadi yang kita sebut dengan kecerdasan sosialnya
ya...kecerdasan sosialnya,
meningkatkan keterampilan komunikasi. Jadi anak-anak dilatih untuk
berkomunikasi dengan baik dan benar, mengembangkan kemampuan yang benar dengan sesama, kemudian
meningkatkan tanggung jawab kepedulian sosial. Secara spiritual, memberikan dan mewariskan nilai-nilai luhur
menurut peserta didik yang dapat membantu tujuan hidup agar dapat menjai hidup yang semakin bermakna. Ini
49
74. 75.
76. 77.
78. 79.
80. 81.
82. 83.
84. 85.
86. 87.
88. 89.
90. 91.
92. 93.
94. 95.
96. 97.
98. 99.
100. 101.
102. 103.
104. 105.
106. 107.
108. 109.
110. 111.
112. 113.
114. 115.
116. 117.
mengenai sasaran. Lalu tujuannya saya kira nanti bisa di lihat.
Apa yang disebut dengan matius ?
Matius adalah akronim dari Mandiri, Aktif, Taat, Inovatif, Ulet, Santun atau
Sopan .
Itu disingkat dengan matius itu. Apa pengertian madiri, disini kita sudah uraikan dalam buku ini nanti bisa
dikutip, dalam selayang pandang yang dulu pernah dipakai studi banding tentang pendidikan karakter dari
Solo. Pada dasarnya manusia adalah mahkluk inividu secara hakiki tumbuh dan berkembang menjadi mahkluk
mandiri yang hidup dan menghidupi diri sendiri. Maka pendidikan karakter, jiwa mandiri harus kita berikan
sedini mungkin pada peserta didik. Mandiri artinya dengan bantuan yang minimal mendapat hasil yang
maksimal. Jadi ini pengertian mandiri. Aktif, saya kira nanti saya berikan, silahkan nanti dicopy atau dikutip
untuk pendidikan karakter. Lalu tahun 20092010 tepatnya tahun 20102011 ini pemerintah ternyata
menggelontorkan program adanya pendidikan budaya dan karakter banngsa. Yang pemerintah itu ada 18 karakter di
pemerintah. Kemudian di sekolah sudah mendahului karakter pemerintah itu: jenius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, kritis dan saling tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta damai dan lain sebagainya nanti bisa dicopy, sampai dengan 18, tanggung jawab. Ini yang,
ternyata apa yang dipikrkan oleh SD Kanisius Sorowajan ternyata ibarat tumbuhlah tutup, jadi tumbuhlah tutup
yang dimaksud
adalah tatkala Sorowajan sudah melaksanakan bagian dari karakter bangsa, maka
ee….negara kita juga mempunyai program seperti ini. Mempunyai program yang dimaksud adalah pendidikan
budaya dan karakter bangsa yang pada mulanya. Ya ini, di
Kabupaten Bantul menjadi pilar ya…menjadi pilar dari ee…pendidikan yang ada di negara kita. Jadi bangkitnya
Bantul menjadi salah satu pilar pendidikan karakter diangkat supaya anak-anak kembali memiliki karakter
bangsa. Itu ya... ini masalah pendidikan karakter. Bagaimana bentuk pembelajarannya? Pembelajarannya
terinteg
rasi… diintegrasikan
dalam pembiasaan-
pembiasaan, dan terintegrasi dengan semua mata pelajaran yang relevan, yang cocok ya...yang cocok atau yang
relevan. Semuanya terintegrasi. Tidak bisa pendidikan karakter dikhususkan, tetapi suatu ketika pendidikan
50
118. 119.
120. 121.
122. 123.
124. 125.
126. 127.
128. 129.
130. 131.
132. 133.
134. 135.
136. 137.
138. 139.
140. 141.
142. 143.
144. 145.
146. 147.
148. 149.
150. 151.
152. 153.
154. 155.
156. 157.
158. 159.
160. 161.
karakter juga bisa terjadwal khusus melalui pembinaan rohani dalam rohaniawan seperti plater, seperti juga
suster. Setiap hari Sabtu ada pembinaan karakter melalui pendidikan ee…yang disisipkan dalam pembelajaran
agama. Bahwa prinsipnya ini semua terintegrasi gitu ya..terintegrasi dalam semua pelajaran yang relevan. Ini
prinsipnya. Mengenai pendidikan karakter, bagaimana bentuk
pembelajarannya saya kira terintegrasi kesemua pelajaran yang relevan. Tapi sekolah ini menerapkan suatu
pembinaan pengembangan soal karakter ini yang.. yang dilaksanakan.
Apa bedanya dengan PPR? PPR ini kan sebuah pola pembelajaran, pendekatannya menggunakan sebenarnya
pendidikan karakter dengan PPR ini berbeda, konteksnya berbeda. Kalo PPR itu sebuah pola pembelajaran yang
dikembangkan oleh Yayasan Kanisius yang ingin menggali pendidikan Yesuit, maka apa PPR itu? Maka
kepanjangannya PPR disini Paradigma Pedagogi Refleksi, sebuah pola pembelajaran yang mengintegrasikan
pemahaman masalah dunia serta masalah kehidupan dan pengmbangan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah
proses yang terpadu yang dirancang sehingga nilai kemanusiaan ditunjukan dari konteks peserta didik sendiri
melalui proses refleksi
. nanti panjenengan bisa fotocopy
supaya bisa untuk mengenai pola. Jadi kalo mau melihat pola PPR disini. Okey,, jadi silahkan dipinjam nanti
dicopy menunjukkan handout berjudul PPR milik Sorowajan. Matius juga, yang 18 karakter bangsa sebagai
pembanding tapi ini harus terjadi. Jadi beda pendidikan karakter dengan PPR, berbeda.
Pendidikan karakter itu sebuah kepribadian, tetapi kalo PPR itu pola pembelajaran yang dikembangkan dari
pendidikan yesuit. Yang dalam pengembangan dalam pendidikan yesuit ini sekarang baru digalakkan di yayasan
kanisius atau di pendidikan karakter katolik, tapi kalo pendidikan karakter di semua sekolah akan digalakkan.
Nah sorowajan sudah mendahului sebagian dari karakter yang dicanangkan oleh pemerintah. Sehingga pendidikan
karakter itu sangat berbeda konteksnya karna pendidikan karakter itu mendidik supaya anak-anak kita pinter, tetapi
kao PPR ini merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan
masalah-masalah dunia
dengan kehidupan, dan juga yang dipadukan dengan ee…nilai-
51
162. 163.
164. 165.
166. 167.
168. 169.
170. 171.
172. 173.
174. 175.
176. 178.
179. 180.
181. 182.
183. 184.
185. 186.
187. 188.
189. 190.
191. 192.
193. 194.
195. 196.
197. 198.
199. 200.
201. 202.
203. 204.
205. 206.
nilai kemanusiaan yang kemudian mengolah hati supaya anak-anak menjadi ada kesadaran untuk menjadi anak-
anak yang baik, mengalami perubahan perilaku kehidupan sehari-hari melalui penyadaran dirinya sendiri. Tapi kalo
karakter itu memang dipolakan, kalo ini melalui model refleksi. Kalo karakter itu melalui proses pembiasaan
yang berulang-ulang maka akan terbentuk karakter. Misalnya anak supaya punya karakter hidup bersih, ya
sudah kita kembangkan PHBSnya pola hidup bersih dan sehatnya, berulang sehari, di ulang diulang terus, kamu
menjadi sebuah pembiasaan yang nanti akan membentuk karakter siswanya.
Mengapa sekolah yayasan Kanisius pilih PPR? Ada alasannya. Yakni disini ada, nanti tolong dicopy
menunjukkan handout berjudul PPR milik Sorowajan Tujuan PPR apa? Disini ada menunjukkan handout
berjudul PPR milik Sorowajan, nanti kami berikan. Jadi kalo
menjelaskan mungkin kami nanti…lama. Kemudian nilai-nilai yang diperjuangkan apa? Lalu
langkah-langkahnya apa? Disini ada langkah-langkah PPR, daripada kami menerangkan, membaca, disini kan
ada. menunjukkan handout berjudul PPR milik sorowajan. Jadi kami beri datanya supaya lebih jelas.
Kemudian, apakah ada pedoman tentang pendidikan karakter ? Ada. Siasat Kanisius juga menerbitkan buku
tentang pedoman pendidikan karakter. Jadi buku rohnya itu ada. Jadi bukunya seperti ini menunjukkan buku PPR
ini nanti bisa dipinjam. Okey.. ini buku roh dari PPR itu sendiri.
Apakah ada bukti tentang pendidikan karakter? buktinya
kami…sekolah ini kan KTSP, buktinya ada disini, ada latar belakangnya, jadi gitu ya…menunjukkan buku
selayang pandang SDK Sorowajan. Adakah bukunya? Ada. Kanisius sudah mencetak buku pendidikan karakter
yang tidak sekolah ada. Tetapi kenapa setelah PPR nanti
akan terus di… dengan buku pendidikan karakter yang baru. Tapi sekolah sudah menulis disini. Pedoman dan
yang lain. Nanti bisa di anu ya,,,ini PPRnya dan ini buktinya, ini karakter bangsa yang akan dibangun
dinegara kita... silahkan. Proses budaya mutunya ini, silahkan teman-teman mahasiswa untuk membawa ini.
Kami berikan bukti dan sumbernya. Awal mula adanya Pendidikan Karakter Matius? Ya itu
tadi. Latar belakangnya itu ada. Jadi nanti bisa dibaca,
52
207. 208.
209. 210.
211. 212.
213. 214.
215. 216.
217. 218.
219. 220.
221. 222.
223. 224.
225. 226.
227. 228.
229. 230.
231. 232.
233. 234.
235. 236.
237. 238.
239. 240.
241. 242.
243. 244.
245. 246.
247. 248.
249. 250.
mengapa Sorowajan mengambil awal mula pendidikan ini, bisa diambil dari latar belakang. Ini kan jelas awal
mula..gitu ya…jadi ini latar belakang atau sebab awal mulanya menunjukkan buku selayang pendang SDK
Sorowajan. Apa bukti kebijakan sekolah mengenai PPR secara
tertulis? Ya ini.. kebijakannya adalah bahwa Yayasan Kanisius itu mengambil keputusan bahwa untuk saat ini
bahwa PPR merupakan pola pembelajaran yang terbaik. Maka PPR merupakan keputusan yang final untuk
dilaksanakan disekolah-sekolah katolik atau khususnya di yayasan Kanisius. Ya buktinya adalah penerbitan buku
dokumen, bukti tertulisnya menunjukan buku PPR, kemudian melalui sosialisasi yang..ee..ada pembinaan-
pembinaan dan pelatihan-pelatihan para guru yang materinya yang dari awal seperti ini. Jadi apa saja bisa
digali dari ini.. tidak terlalu banyak bicara. Secara tertulis jadi sudah ada keputusan yayasan dan penerbitan buku
sumber. Kemudian seluruh buku ajar sudah disesuaikan d
engan format RPP. Termasuk buku… ini dicetak sendiri oleh kanisius dan dibuat oleh guru-guru Kanisius.
Apakah ada rapat atau workshop, kapan? Ini kami punya bukti rapat awal tahun 20092010. Untuk foto saya lupa
apa ada gak. Kemudian untuk..apakah ada pedoman khusus dalam
sosialisasi tersebut? Yang namanya sosialisasi tentu menggunakan dasar atau pedoman dari latar belakang
sampai proses. Ini pedoman PPR, sosialisasinya ya..menunjukkan handout PPR milik Sorowajan
Kemudian bagaimana tanggapan guru pasca sosialisasi PPR? Tanggapan guru, tentu karna guru merupakan
sekelompok guru-gurunya adalah guru yang besar mau tidak mau suka tidak suka apa yang diambil kebijakan
oleh yang sah wajib melaksanakan, itu jadi tidak bisa ditawar. Nah, perkara ada keluhan semakin tambah
administrasi, tambah pekerjaan ini sifat individu yaitu
biasa yang orang ee…guru yang kurang ee.. professional arti masih banyak kegiatan aktifitas misalnya masih
belajar juga merasa mengeluh karna aktivitas PPR ini tinggi administrasinya cukup b
anyak ee… RPPnya juga berbeda dengan yang lain
sehingga mengalami ee…apa ya…ya tanggapannya maksudnya secara penugasan
menerima tetapi prakteknya ya…karna membutuhkan proses ya..pelan-pelan tetapi prinsipnya kalau PPR tidak
53
251. 252.
253. 254.
255. 256.
257. 258.
259. 260.
261. 261.
262. 263.
264. 265.
266. 267.
268. 269.
270. 271.
272. 273.
274. 275.
276. 277.
278. 279.
280. 281.
282. 283.
284. 285.
286. 287.
288. 289.
290. 291.
292. 293.
bisa ditawar oleh siapapun ee….bila sudah masuk pada komunitas sekolah kanisius. Tanggapan orang tua sangat
senang karna ee… yang diharapkan adalah selain anaknya berkarakter juga melalui pengolahan refleksi melalui ini
maka mengalami perubahan dari perilaku ee…karakter dan juga ee…apa ya..kedewasaan dan kemandiriannya
mulai dirasakan, maka ada yang bertanya-tanya mengenai kebijakan PPR tersebut, tentu ada ee…yang bertanya
orang tua mengapa polanya berbeda setiap tahun harus membeli buku. Pertanyaan yang muncul kenapa setiap
tahun membeli buku? Karena setiap tahun mengalami dievaluasi lalu disesuaikan dengan ee.. proses PPR. Jadi
setiap tahun nanti buku yang kemarin dah dimasukkan perpus, lalu sekarang membeli lagi kayaknya sudah ada
edisi-edisi lagi. Sehingga antara buku ajar dengan
ee…proses yang langsung tiap tahun dievaluasi jadi evaluasinya secara berkala tidak ee…setiap hari
dievaluasi tetapi evaluasinya setiap semester setiap tahun itu PPR dievaluasi. Lalu buktinya apa? Buktinya ya..dari
evaluasi ada perubahan mengenai buku ajarnya, buku ajarnya disesuaikan dengan ee..proses yang berkembang
karna sedang berproses ya..mau tidak mau harus dievaluasi setiap saat dan mencari solusinya, gak mungkin
sesuatu yang dari berproses menjadi terus baik, tetapi mengalami kendala, hambatan itu pasti. Mungkin dalam
prosesnya hasilnya kolomisasinya berubah-berubah ya..itu pasti karena berubah menjadi lebih sempurna. Yang
menjadi khas PPR sebenarnya ada refleksi, ada aksi lalu
bagaimana anak ini ee… terbentuk dari kesadaran bukan dipaksa melalui tata tertib yang begitu kuat tetapi bedanya
disini. Kalau dulu kan ee… kami membuat tata tertib semacam ini membangun komunikasi bareng prestasi ini
dulu, ini buku tata tertib yang kami ee… punya sekolah, sekolah-sekolah keputusan. Setelah ada PPR, maka kita
berharap ini ada tetapi ini dibalik dibelakang saja, karna yang dikedepankan adalah bagaimana anak menyadari
dari proses itu sendiri ada perubahan tetapi dari dalam dirinya sendiri, bukan karna dipaksa aturannya seperti ini
kalau tidak mau ya.. sudah kamu harus begini dan sebagainya. Ini sebuah harapan yang diharapkan dari PPR
ini berbeda dengan yang lain sehingga orang sadar ketika dipaksa, tapi kalu PPR bagaimana menyadari dirinya
sendiri ada perubahan. Apakah ada guru yang bingung dan mengalami kesulitan
54
294. 295.
296. 297.
298. 299.
300. 301.
302. 303.
304. 305.
306. 307.
308. 309.
310. 311.
312. 313.
314. 315.
316. 317.
318. 319.
320. 321.
322. 323.
324. 325.
326. 327.
328. 329.
330. 331.
332. 333.
334. 335.
336. 337.
dal am penggunaan PPR? Berikan buktinya satu ya…tadi
saya katakan bahwa ini sebuah proses yang sedang berjalan baru masuuk tahun kedua. Guru bingung karna
belum mendapatkan pelatihan walaupun sudah sosialisasi tetapi masih toh ini berkembang, maka sekolah pada
bulan Desember mengadakan mengundang.... dari
yayasan untuk belajar buku prog ini buku PPR ini. Nah… sebelum yayasan memprogramkan maka kemarin bulan
Mei ee.. Maret di KSK Bantul belajar bersama tentang ini.
Nah… bingung pasti ada ya…, kemudian kesulitan pasti ada, itu tidak lepas karna sebuah hal yang baru berproses.
Seperti kita melewati jalan yang terjal, jalan baru maka
tentu ada stimunak dan berproses pasti ada. Gitu ya…? Jadi ini, tetapi pada prinsipnya setelah mengalami
pelatihan-pelatihan ada yang guru dilatih beberapa kali lalu guru ini mensosialisasi maka sub untuk menjembatani
supaya ee…. Guru yang bingung yang mengalami kesulitan ini terjawab maka sekolah membentuk tim
sukses PPR. Sekolah ini tim ketua timnya anggota ini guru yang sudah dilatih atau melalui workshop pelatihan.
Sekolah ini Bu Nuki sebagai ketua tim sukses PPR. Kemudian format RPP disini ada jadi nanti tinggal lihat
saja, pelajari, didalami. Kemudian tim PPR apa
fungsinya… ya…. Menggerakan proses supaya berproses terus jangan sampai sesuatu yang baru ini mengalami
stucknasi atau berhenti tanpa ada perjalanan berlanjut. Yang terakhir, apakah penerapan PPR selalu dievaluasi
dari hari ke hari? Tadi saya katakanan evaluasinya dari
hari ke hari ya… dievaluasi kemudian dari hal yang kecil misalnya refleksi seperti apa kemajuan anak seperti apa
nanti dievaluaasi nanti pada semester, lalu pada akhir tahun bukti evaluasi ini mengalami perubahan-perubahan
tentang format refleksinya, apa aksinya, lalu bagaimana tingkat kenakalan anak apakah mengalami perubahan
ataukah yang paling ee…. Bukti riilnya, buku ajarannya mengalami revisi atau edit setiap tahun, mudah-mudahan
nanti setelah PPR sudah sempurna, sudah sesuai harapan buku yang sudah regist terakhir itu bisa dimanfaatkan
terus, tidak merevisi buku lagi, merevisi buku lagi, merevisi buku lagi. Ini yang, yang bisa kami sampaikan,
sungguh kalau ini belum jelas dari mahasiswa saya beri dokumennya baik dokumen tentang pendidikan karakter
yang dikembangkan disekolah, karakter yang menjadi proyek pemerintah, 18 karakter bangsa maupun
55
338. 339.
340. 341.
342. 343.
344. 345.
346. 347.
348. 349.
350. 351.
352. 353.
354. 355.
356. 357.
358. 359.
360. 361.
361. 362.
363. 364.
365. 366.
367. 368.
369. 370.
371. 372.
373. 374.
375. 376.
377. 378.
378. 379.
pemahaman PPR, buku sumber, buku bukti dan lain sebagainya buku karakter matius yang dikembangkan
disekolah ini maka nanti sebagai sumber tertulisnya kami sampaikan dan sosialisasi itu pasti tahun 2009-2010
kemarin kita mengundang psikolog untuk meyakinkan bahwa pendidikan karakter yang mau dijalankan
sorowajan itu seperti ini supaya orang tua yakin. Nah…. Buktinya ada disini kami mengundang psikolog dan tim
dari percetakan pada ee…. awal tahun ajaran 2009-2010. Ia Pak, sedikit tentang tim sukses PPRnya itu
mekanismenya seperti
apa Pak?
Yang pertama
ee…keputusan tentang mekanisme bagaimana “tim sukses” dan mengapa tim sukses ada? Ini keputusan
pertama mekanisme dari yayasan, mengevaluasi telah dilapangan ditemukan kendala-kendala prosesnya bukan
hiasan melatih guru-guru yang kemudian sekolah disuruh membentuk tim sukses PPR supaya terus ini berproses.
Gitu…nah…. Sekolah secara demokratis memilih guru- guru yang sudah dilatih matang untuk mengembangkan
dan mendampingi para guru yang belum mendapatkan pelatihan sama sekali. Karna keterbatasan tidak... sama
guru itu tiap dilatih karna keterbatasan waktu, dana, dan
juga ee….financial lainnya atau….yang lain.sehingga tim inilah yang menjadi ee…pendamping berjalannya PPR
disebuah sekolah. Tim nya ada ketua, lalu ada sekretaris, ada anggota, bendaharanya tidak ada, tidak menyimpan
uang. Nah…lalu tim mengadakan evaluasi setiap ee….akhir semester, setiap akhir tahun mestinya supaya
apa yang menjadi kekurangan tetapi ee….yayasan terus berkembang karna form yang pasti form yang sudah baku
PPR itu seperti apa ini sedang proses…waktu terus berjalan jadi belum menemukan ini lho…form yang pasti
itu, toh….pendidikan itu semua berproses dilapangan semua harus mengalami dulu, melakukan aksi dan tidak
mungkin kita menunggu dari atas tetapi semua berproses, dilapangan berproses, yayasan berproses, terus jadi semua
mengalami proses untuk melakukan itu sehingga menuju hal yang lebih baik. Nanti PPR ini disekolah menjadi
penggeraknya, motivatornya untuk supaya program yang digelontorkan oleh yayasan ini dapat berjalan dengan
sesuai dengan… boleh tahu Pak siapa ketuanya, wakilnya?.
ketuanya Nuki Sulistiyani ee…Cicilia Nuki Sulistiyani sarjana pendidikan, dibantu oleh Miss Yuli
sekretaris. Lalu anggotanya Bu Susan, Bu Ririn. Yang
56
380. 381.
382. 383.
384. 385.
386. 387.
388. 389.
390. 391.
392. 393.
394. 395.
396. 397.
398. 390.
391. 392.
393. 394.
395. 396.
397. 398.
399. 400.
401. 402.
403. 404.
405. 406.
407. 408.
409. 410.
411. 412.
413. 414.
lain anggota ya Pak? Ya..srukturnya hanya ada ketua, sekretaris, dan anggota. Jadi tidak ada seksi-seksi yang
lain-lain, bendahara gak ada. Lalu nanti akobolarasinya dengan pembagian tugas sekolah, pelajaran tambahan atau
les tambahan. Ada yang lain?. Ini Pak, apakah ada perbedaan antara pendidikan karakter yang sudah dibuat
oleh Sorowajan dengan yang digelontorkan pemerintah
tadi, perbedaanya?. Ee….secara substansinya tidak ada perbedaan, cuma secara factual artinya dari segi nama
karakter yang mau dikembangkan ini isinya sama, cuma misalnya religious, terus kita mengambil yang pertama-
tama anak dididik mandiri sebenarnya, lalu ada aktif juga,
ada kreatif, ada disiplin, ada… sebenarnya tidak ada. Kami hanya mengambil mana yang lebih menjadi organ
buat anak di sekolah dasar. Kalo anak di sekolah dasar kan bagaimana kita mendidik aktif, taat, lalu uletnya
bagaimana, santunnya bagaimana, tapi ini kan karakter yang dimaksud adalah karakter bangsa, bagaimana mau
bekerja keras, nah anak kecil ini kan pemahaman kerja keras, semangar kebangsaannya, cinta tanah air tu kan
masih abstrak. Tapi kalo mandiri, dirumah dididik untuk ini, setelah kelas satu bangunnya lebih pagi, lalu mau
melipat selimut sendiri, bar itu apa. Lalu kita berikan
kartu. Ooh…bulan ini yang dikembangkan adalah ini mandiri soal bangun pagi, mandi, makan sendiri dan
sebagainya. Itu yang..ini konkret. Kalo ini kan ee…cukup
cukup apa ya? Terlalu luas, sehingga anak SD ya ini. Nanti kami kawatir kabur lagi. Tapi kalo kami kan
mandiri tu seperti apa, oh ya itu kelas satu dengan mandirinya kelas lima lain. kalo kelas satu bisa mandi
sendiri, makan sendiri itu kan indikasinya mandiri. Tapi kalo kelas lima itu kan gak cocok. Masa kelas lima iso
adus dewek dibilang wis mandiri. Ini kan lain. Maka dulu kita kembangkan ya ini, kemandirian ini berbeda-beda,
ingat usia dan kebutuhannya. Jadi secara substansi memang ini lebih luas, karna namanya saja karakter
bangsa. Jadi stoknya lebih luas, tapi kalo ini lebih ke individu yang nantinya output dari SDK Sorowajan ini
berbeda dengan output SD lain. walaupun nanti disana
ketemu, oohh…karakter bangsa tapi ada khas yang digarap oleh SD ini. Oohh..nek lulusan Sorowajan ini
ternyata bocah-bocahne mandiri, ra sah dikandani kon negerti, ra sah di anu wis ngerti..tu harapan kita, supaya
ada khas, karakter khas yang dirasakan oleh orang tua,
57
415. 416.
416. 417.
418. 419.
420. 421.
422. 423.
424. 425.
426. 427.
428. 429.
430. 431.
432. 433.
434. 435.
436. 437.
438. 439.
440. 441.
442. 443.
444. 445.
446. 447.
448. 449.
oleh orang tua, oleh masyarakat Ooh beda. anak usia SD Negeri sini dengan sana ternyata setelah sama-sama lulus
berbeda. Kok ini mandiri banget, kok iki wong dekil opo neng iki dableg, ora dikon ato ora di table, kok ora jalan,
misalnya. Lah ini yang mau kita perjuangkan melalui pendidikan karakter MATIUS itu yang sudah kita
upayakan. Maka lalu ada program untuk mendukung Matius, yaitu ada kelas mandiri. Kelas mandiri itu ya
kelas yang diharapkan dari pengelolaan kelas, managemen kelas itu bisa mandiri. Misalnya dari sisi financial, anak-
anak menyisihkan uang jajannya untuk menghidupi kelas. Beli sula sendiri, beli sapu sendiri, beli penggaris sendiri,
beli pel sendiri misalnya. Ini salah satu daya dukung mandiri, dari MATIUS tadi. Itu diterapkan disemua
Kanisius apa di Sorowajan saja?. Kami mencoba di Sorowajan. Itu berarti idenya dari Bapak? Ya dari kami.
Karna KTSP lalu tidak bisa semua sekolah bisa ikut. Sekolah punya kreatifitas, kreasi untuk mengembangkan
terutama sekolah itu punya kekhasan, jadi tidak menunggu sendiri dari atas, tapi ini yang kami cita-
citakan sebenarnya Sorowajan itu punya khas. Ketika lulus itu bedho ya, sama-sama satu keluarga kekhasannya
bisa dibedakan. Lho ini kok setelah lulus anak ini punya jiwa mandiri, punya kreatifitas yang tidak uasah
menunggu perintah sudah mau. Ini yang kami idolakan, kami inginkan seperti itu. Tapi dulu Yayasan juga pernah,
bahkan ketika ini di langsir oleh sebuah media elektronik, Romo Yasan juga ikut tayang, live lalu ikut menjawab
pertanyaan ketika ada interaktif disalah satu stasiun televisi di Jogja, tentang pendidikan karakter ini sudah
kami buat makalah di Kabupaten Bantul ketika saya mengikuti
tes menjadi nominasi
kepala sekolah berprestasi, ternyata juga sangat bagus, menarik. Dan
yang aneh lagi itu yang, ketika ini sudah dijalankan, pemerintah keluarin kebijakan ini. Jadi kita harus lebih
dahulu. Mungkin itu Mbak.
58
LAMPIRAN
3
59
No. Pertanyaan
Jawaban Kode
Wawancara I 26 Maret 2011 11.30 WIB Kode: WKPG260311
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17. 18.
19. 20.
21. 22.
23. 24.
25. 26.
27. 28.
29. 30.
31. 32.
33. 34.
35. 36.
37. 38.
Siapa nama panjangIbu? Kapan dan dimana Ibu
dilahirkan? Anak keberapa dari berapa
bersaudara? Apakah status Ibu?
Dimanakah alamat rumah Ibu? Tinggal dengan siapa?
Apa cita-cita Ibu dulu? Dimana saja Ibu pernah
bersekolah dan kuliah? Apakah alasan Ibu menjadi
guru sd? Sudah berapa lama ibu
mengajar? Dimana saja? Apakah ada dukungan dari
keluarga dengan pekerjaan Ibu sebagai guru SD? Apa
wujudnya? Apakah Ibu pernah ikut
pelatihan PPR? Menurut Ibu, mengajar itu
apa? Menurut ibu, tugas guru itu
apa saja? Kegiatan sehari-hari setelah
mengajar di sekolah apa? Kira-kira apa kesulitan
Rosalia Septi Wulansari, S.Pd. Bantul, 1 September 1986
Anaka ke-2 dari 2 bersaudara. Belum menikah
Tinggal dengan orang tua di daerah
Samben RT
05 Argomulyo
Sedayu Bantul
Yogyakarta. Jadi dokter umum.
SD N Gunung Mulyo, Sedayu 1993-1999,SMP
N Sedayu
1999-2001, SMA N 1 Godean 2001-2004,
Universitas Sanata
Dharma 2004-2008.
Pertama, karena
saya ingin
berbagi ilmu dengan anak-anak, melatih
sabar, dan
berbagi pengalaman. Kedua, karena ibu
saya juga seorang guru SD. Saya mengajar baru 1,5 tahun di
SD
K Demangan
Baru Yogyakarta kemudian pindah ke
SD K
Sorowajan sampai
sekarangsatu semester. Tentu saja sangat didukung,
apalagi Ibu saya juga seeorang guru SD, jadi baik Ibu dan
keluarga
besar saya
sangat mendukung. Buktinya, saya dan
ibu saya sering diskusi mengenai RPP dan pembelajaran di SD.
60
39. 40.
41. 42.
43. 44.
45. 46.
47. 48.
49. 50.
51. 52.
53. 54.
55. 56.
57. 58.
59. 60.
61. 62.
63. 64.
65. 66.
67. 68.
69. 70.
71. 72.
73. 74.
75. 76.
77. 78.
79. 80.
81. 82.
yang dihadapi sebagai guru kelas di SD?
Untung dan rugi sebagai guru sd apa Bu?
Apakah gaji yang Ibu dapatkan sebagai guru SD
sudah sebanding dengan usaha Ibu?
Metode apa yang biasanya Ibu gunakan saat
pembelajaran? Cara Ibu dalam memantau
kemajuan prestasi siswa? Pernahkah Ibu kunjungan
ke rumah anak untuk monitoring?
Apakah ke semua anak? Bagaimana sikap Ibu
terhadap anak yang bermasalah?
Contohnya masalah apa? Bagaimana cara
mengatasinya? Pernah ikut sekabupaten Bantul.
Menurut saya, mengajar itu tidak hanya
menransfer ilmu
pengetahuan, namun
membimbing anak didik agar tidak
hanya pintar
dalam akademik saja tapi juga sikapnya.
Tugas guru itu ya mengajar, membimbing
anak didik,
kemudian menyelesaikan
administrasi guru. Memberikan les privat kepada
beberapa anak. Kadang anak-anak sangat ngeyel
untuk diatur. Kalau kerugiannya, saya belum
mendapatkannya sampai saat ini, tapi
keuntungannya banyak,
antara lain mengenal banyak orangkomunitas,
mendapatkan kepuasan batin saat mengajar
anak-anak dengan baik. Menurut saya sebenarnya belum
sebanding ya…namun saya tetap menjalankannya dengan penuh
tanggungjawab. Saya
menggunakan banyak
metode ya, kadang diskusi, tanya jawab,
ceramah, permainan….sesuai
dengan materi yang disampaikan.
Dengan ulangan
harian, kemudian saya memberi les
seminggu 3
kali sepulang
sekolah. Tidak, saya hanya monitoring
melalui
orangtua murid.
Perkembangan anak kan tidak
61
83. 84.
85. 86.
87. 88.
89. 90.
91. hanya tugas guru di sekolah, tapi
juga butuh kerjasama dari pihak orang tua.
Saya
mencoba melakukan
pendekatan terhadap
anak tersebut. Berbicara dari hati ke
hati. Anak tidak mau mengerjakan
tugas, kemudian saya dekati dia, saya tanya apa yang dia mau.
Saya
memberikan pilihan
padanya, mengerjakan atau tidak dapat nilai.
Wawancara II 29 Maret 2011 11.55 WIB Kode : WkPg290311
62
91. 92.
93. 94.
95. 96.
97. 98.
99. 100.
101. 102.
103. 104.
105. 106.
107. 108.
109. 110.
111. 112.
113. 114.
115. 116.
117. 118.
119. 120.
121. 122.
123. 124.
125. 126.
127. 128.
129. 130.
131. 132.
133. 134.
Di dalam PPR, ada tahap refleksi, menurut Ibu,
refleksi itu apa? Apakah setiap akhir
pelajaran Ibu selalu melakukan refleksi dengan
anak-anak?Pertanyaan seperti apa yang biasanya
Ibu ajukan?
Bagaimana cara siswa menjawab refleksinya?
Lisan atau tertulis?
Apakah pertanyaan refleksi yang ibu ajukan sama dari
hari ke hari? Apakah alasan Ibu memilih
pertanyaan tersebut? Setelah refleksi apa yang
Ibu lakukan? Menurut Ibu, apakah ada
kekhasan dari format RPP PPR? Dimana cirri
khasnya? Menurut Ibu dalam
kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, dimana
letak PPRnya dan apa perbedaannya dengan
pembelajaran biasa? Apakah Ibu senang dengan
PPR atau tidak? Jika tidak pembelajaran
seperti apa yang Ibu senangi?
Berapa lama ibu menyiapkan pembelajaran
dengan menggunakan PPR? Apakah ibu selalu
menerapkan PPR setiap hari dan semua pelajaran?
Apakah ada kesulitan Kegiatan dalam PPR untuk
mengingat kembali apa yang telah anak-anak dapat dalam
belajar. Iya
Misalnya “bagaimana perasaan
kalian setelah mempelajari materi tadi?
” “Apa yang
kalian dapatkan?
” Siswa menjawab kadang lisan,
kadang tertulis di buku refleksi yang sudah ada.
Kadang sama, kadang tidak, sesuai
dengan materi
yang disampaikan.
Disesuaikan dengan materi yang saya sampaikan.
Saya memberikan arahan kepada anak untuk melakukan tindak
lanjut setelah refleksi, misalnya membuang
sampah pada
tempatnya. Kekhasan dari format PPR yaitu
terletak pada tahap refleksi dan aksi.
Tentu saja yang membedakan pada tahap refleksi dan aksi.
Karena
dalam pembelajaran
sebelumnya tahap itu tidak ada.
63
135. 136.
137. 138.
139. 140.
141. 142.
143. 144.
145. 146.
147. 148.
149. 150.
151. 152.
153. 154.
155. 156.
157. 158.
159. 160.
dalam menerapkan PPR? Seberapa jauh keberhasilan
siswa dalam prestasi belajarnya jika
menggunakan PPR? Faktor pendukung apa yang
membuat PPR berhasil di kelas Ibu?
Yaaa… Saya merasa senang saja.
Kira-kira saya menyiapkannya selama seminggu.
Sebisa mungkin saya terapkan setiap hari, walaupun tidak secara
penuh dan ada mata pelajaran yang tidak menggunakan PPR,
misalnya matematika pada materi tertentu.
Ada, tapi masih bisa diatasi. Misalnya tidak semua mata
pelajaran bisa diterapkan PPR. Perubahan itu pasti ada, namun
tidak langsung nampak. Kalau prestasi
belajar, rata-rata
meningkat, namun ada juga anak yang masih biasa-biasa saja.
Selain anak itu sendiri, ada guru dan orang tua murid yang
mendukung keberhasilan PPR.
Wawancara III 29 April 2011 10.00 WIB Kode: WkPg290411
171. 172.
173. 174.
175. 176.
177. 178.
Di dalam PPR pasti ada aktivitas refleksi, berapa
lama siswa melakukan refleksi?
Secara tertulislisan? Jika refleksi tertulis, apakah
semua anak menulis? Apakah ada bukti
Kurang lebih 15 menit, kadang lisan, kadang tertulis, bergantung
ketersediaan waktu. Iya, semua anak menulis di buku
refleksi mereka masing- masing. Karena anak kelas empat ini
64
179. 180.
181. 182.
183. 184.
185. 186.
187. 188.
189. 190.
191. 192.
193. 194.
195. 196.
197. 198.
199. 200.
201. 202.
203. 204.
205. 206.
207. 208.
209. 210.
211. 212.
213. 214.
215. 216.
217. 218.
219. 220.
221. 222.
tulisannya? Jika refleksi lisan, apakah
semua anak menjawab pertanyaan bimbingan
gurumensharingkan langsung?
Apakah anak mensharingkan dengan
sukarela atau perintah guru?
Apakah semua anak mensharingkan, atau anak-
anak tertentu?
Apakah dari hasil refleksinya itu, siswa
merasa hal itu penting untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari atau sebaliknya, hanya sekedar
tahu bahwa itu penting dan tidak dilakukan?
Apakah pertanyaan dalam setiap refleksi berbeda?
Apa bedanya? Berikan buktinya
masih malu-malu, maka mereka harus dengan perintah guru untuk
bisa mensharingkan
refleksi mereka.
Kadang dengan duduk di kursi mereka masing-masing, kadang
berdiri di depan kelas. Tidak semua anak kebagian
waktu
untuk mensharingkan
refleksi mereka, sehingga hanya anak-anak tertentu saja.
Ya anak tahu bahwa itu penting, namun karena mungkin masih
anak-anak jadi kadang mereka tidak melakukan dan butuh
teguran dari guru.
Iya, berbeda, sesuai dengan mata pelajaran
dan materi
yang diajarkan. Misalnya: Misalnya
pada mata pelajaran IPA, antara perubahan lingkungan dengan
lternative.
Pada perubahan
lingkungan guru memberikan pertanyaan s
eperti “ apakah tindakanmu sekarang lebih sering
merusak lingkungan atau malah menjaga lingkungan?, apa yang
kamu
lakukan?, bagaimana
dampaknya?, apa tindakanmu selanjutnya?”. Kemudian pada
lternative, pertanyaannya berupa “ bagaimana perasaanmu setelah
mempelajari materi
ini? Bagaimana
menurutmu penggunaan
alternative? Apa
65
223. 224.
225. 226.
227. 228.
229. 230.
231. 232.
233. 234.
235. 236.
237. 238.
239. 240.
241. 242.
243. 244.
245. 246.
247. 248.
249. 250.
251. 252.
253. 254.
255. 256.
257. 258.
259. 260.
261. 262.
263. 264.
265. 266.
Apakah refleksi yang Ibu lakukan dengan bantuan
media? Medianya apa? Dalam materi apa? Atau
sebaliknyatidak menggunakan media
apapun
Aksi sebagai tindak lanjut dari refleksi siswa, apakah
dapat dilihat bahwa siswa semakin baikrajin?
Siswa yang mana? Siapa namanya? Berapa orang?
Semakin rajin anak dalam indikator apa? Apakah hal
itu berlangsung lama atau hanya seketika? Misalnya
apa? Apa contoh aksi yang
dilakukan siswa? Apakah aksi tersebut
dilakukan dengan terpaksa atau sukarela?
Dalam hal evaluasi, ibu lakukan dengan apa?
Menurut Ibu, ukuran prestasi itu apa?
Bagaimana cara mengukurnya?
Dalam pemberian soal apa standar soal sama atau
tindakanmu selanjutnya?”. Dari kegiatan refleksi ini siswa tahu
bahwa hasil refleksinya tersebut penting
untuk dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Saya lakukan tanpa bantuan
media seperti video, tape, dll., hanya
saja terkadang
menggunakan selembar kertas yang berisi gambar-gambar untuk
membantu kepekaan
anak. Misalnya dalam materi masalah
sosial, saya
menggunakan gambar-gambar contoh masalah
sosial. Iya, dapat dilihat, namun tidak
secara langsung. Butuh proses dari hari ke hari. Contohnya:
Naha, dulu Ia sangat tomboy dan suka ngatur-ngatur temannya
dengan bentak-bentak. Lambat laun Ia semakin feminine dan
bisa mengalah dengan temannya. Ada juga yang masih tetap nakal
dan sulit diatur, dulu kalau mengerjakan tugas atau bahkan
ulangan, kalau dia tidak mau ya tidak mau. Istilahnya moody.
Jalu Kira-kira 50 lebih anak yang
mengalami perubahan menjadi baik.
Iya.
Misalnya dalam
hal bersikap, beberapa dari mereka
sudah bisa menyadari bahwa tugas
piket dilaksanakan
bergiliran. Hal itu berlangsung dengan
butuh proses,
jadi terkadang anak masih butuh
teguran atau perlu diingatkan. Misalnya
membuang sampah
pada tempatnya,
menyirami tanaman, menyapu.
WK236- 244290411
66
267. 268.
269. 270.
271. 272.
273. 274.
275. 276.
277. 278.
279. 280.
281. 282.
283. 284.
285. 286.
287. 288.
289. 290.
291. 292.
293. 294.
295. 296.
tidak? Apakah ada bukti
peningkatan di dalam diri siswa? Siswa yang mana?
Dalam hal media, Ibu menggunakan yang sudah
jadi atau membuat sendiri? Alasannya apa? Berikan
contohnya Dengan sukarela namun kadang
harus diingatkan. Ulangan
harian, pengamatan
sehari-hari. Dapat dilihat dari akademik dan
nonakademik. Akademik dengan ulangan dan
test.
Nonakademik dengan
pengamatan sehari-hari. Tidak, ada yang sulit, sedang,
mudah. Diratakan. Ada. Misalnya Tasya, rata-rata
nilainya cenderung membaik.
Kadang menggunakan yang sudah jadimatematika: kubus
dan bangun ruang lainnya, kadang menggunakan buatan
sendiri misalnya IPA. Anak-anak membawa alat sendiri dari rumah
untuk praktek, seperti botol. WK277-
278290411
Wawancara IV 2 Mei 2011 09.00 WIB Kode: WkPg020511
289. 290.
291. 292.
293. 294.
295. 296.
297. 298.
Menurut Ibu, apakah tujuan PPR itu?
Apakah PPR yang Ibu terapkan sudah mengarah
pada tujuan? Buktinya apa? Apakah PPR mempunyai
PPR mempunyai tujuan untuk membantu
siswa agar
bisa memahami dan menerapkan apa
yang mereka dapat dari suatu pembelajaran melalui refleksi
dan aksi. Sudah sedikit banyak mengarah
kepada tujuan di atas. Hal itu terbukti dari kegiatan refleksi dan
aksi yang selalu saya terapkan
67
299. 300.
301. 302.
303. 304.
305. 306.
307. 308.
309. 310.
311. 312.
313. 314.
315. 316.
317. 318.
319. 320.
321. 322.
323. perbedaan dengan metode
lain? Jika ada, apa? Misalnya beda PPR dengan
diskusi, praktikum, ceramah, cbsa, ctl,
pemberian tugas? PPR itu apa sehingga
Menurut Ibu, yang paling penting dalam dapat
membedakan dengan metode lain?
Apakah pendekatan dan metode itu sama
pengertiannya? Atau pendekatan lebih tinggi
kedudukannya atau sebaliknya?
dalam setiap pembelajaran. Ada. Perbedaannya yaitu terletak
pada refleksi dan aksi. Kalau metode yang lain tidak ada
aktivitas
tersebut. Misalnya
diskusi, hanya
membahas masalah
secara berkeompok.
Praktikum, hanya praktek dalam lab, ceramah hanya guru yang
ceramah, cbsa hanya membaca, ctl cenderung hanya di sekolah,
pemberian
tugas hanya
mengerjakan tugas. Ya itu tadi, jika dalam PPR ada
lima langkah pokok dan yang membedakan adalah refleksi dan
aksinya. Pendekatan
dengan metode
hampir sama, namun berbeda, karena metode lebih condong
kepada cara
guru untuk
memberikan materi sedangkan pendekatan merupakan kegiatan
guru untuk menangani siswa, misalnya apa kesulitan anak
dalam belajar.
68
LAMPIRAN
4
69
Subyek 3: Orang Tua Siswa Tanggal wawancara: 23 Mei 2011
Orang Tua 1: Bapak TT Kode wawancara: OtVPg230511
Tanggal wawancara: 24 Mei 2011 Orang Tua 2: Ibu BD
Kode wawancara: OtKPg240511
No. Pertanyaan
Jawaban Kode
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
Apakah ada perubahan sikap pada anak yang
menjadi lebih baik dari hari ke hari? Perubahan
sikap seperti apakah itu? ceritakan secara
singkat Apakah anak di rumah
selalu membantu teman atau tetangga tanpa
disuruh? Berikan contohnya
Apakah anak di rumah selalu membantu
pekerjaan orang tua? Berikan contohnya
Apakah anak sudah bisa bertanggungjawab akan
tugasnya sebagai pelajar dari hari ke
hari? TT: Vr mengalami perubahan
sikap yang sangat terlihat jika dibandingkan
sebelum mendapatkan PPR, yaitu sikap
pemberani dalam setiap hal. Sekarang
Vr berani
untuk berkecimpung
di dalam
masyarakat, terutama
dalam kegiatan gereja. Misalnya ikut
Puteri Altar. BD: Perubahan sikap positif yang dialami Kn
tidaklah terlalu terlihat. Masih seperti biasanya. TT: Ya, ketika
bermain
dengan teman
sebayanya, Ia
menghampiri teman untuk pergi bersama-sama
ke gereja.BD: Kinanti termasuk anak yang responsif, misalnya
terhadap teman yang kurang mampu dalam hal ekonomi, Ia
langsung mau memberi bantuan. Namun
menurut Bu
BD terkadang temannya tersebut
malah memanfaatkan kebaikan Kinanti,
misalnya Kinanti
disuruh ke
rumah untuk
mengambil uang atau makanan yang kepada mereka.
OtV1- 9230511
Lampiran 4: Wawancara
70
29 30
31 32
33 34
35 36
37 38
39 40
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 52
53 54
55 56
57 58
59 60
61 62
63 64
65 66
67 68
69 70
71 72
Apakah anak bisa menyadari setiap
kesalahan yang dia perbuat setiap harinya
dengan meminta maaf ? dalam hal apa? Berikan
contohnya Apakah ada perubahan
dalam hal tutur kata bicara di setiap
percakapan dengan orang-orang di rumah
dan sekitarnya? Berikan contohnya
Apakah perubahan- perubahan pada no. 2-6
tersebut nampak pada hari ke hari atau hanya
pada saat tertentu saja? Apakah saat
menemukan masalah yang sama no. 2-6,
anak akan melakukan tindakan yang sama
dalam penyelesaiannya?
Apakah pelajaran yang telah diterima anak di
sekolah langsung diterapkan anak di
rumah dan lingkungan sekitarnya? Berikan
contohnya bukan mengulang pelajaran
namun melakukanmempraktek
TT: Karena masih kelas IV SD, maka Vera hanya mengerjakan
pekerjaan yang ringan, misalnya meletakkan piring ke rak-
rak’an. BD: Berhubung di rumah ini
sudah ada
pembantu, jadi
pekerjaan rumah dikerjakan oleh pembantu rumah tangga. Anak
tidak pernah
membantu pekerjaan rumah.
TT: Sudah
sangat bertanggungjawab. Malahan Vr
lebih bisa mengerti mana hal yang
lebih penting
antara bermain dulu atau belajar. BD:
Dalam keluarga kami sudah mengajarkan
bahwa belajar
sebagai kebutuhan pribadi, jadi anak sudah tahu tugas mereka
sebagai pelajar. TT: Sejauh ini anak saya tidak
pernah melakukan kesalahan yang berarti, jadi tidak perlu
minta maaf kepada saya. Vera adalah anak yang baik. BD: Saat
melakukan
suatu kesalahan
dalam bertindak misalnya, Ia belum
bisa mengakui
kesalahannya dengan meminta maaf secara langsung terhadap
mamanya. TT: Iya, Vr cenderung sopan
saat bertutur kata. BD: Dalam bertutur
kata, Ia
masih membawa kosata yang kadang
kurang baik yang Ia dapat dari teman-teman
sekitar rumah,
walaupun Ia tidak begitu paham dengan
arti dari
kosakata tersebut.
TT: Iya,
Ver semakin
mengalami perubahan
yang positif. BD: Secara keseluruhan,
Kinanti belum
mengalami OtK87-
100240511
71
73 74
75 76
77 78
79 80
81 82
83 84
85 86
87 88
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100
kan materi yang telah dipelajari.
perubahan yang
signifikan dalam
bersikap pasca
mendapatkan PPR di sekolah, namun rasa empati terhadap
teman sebaya saat bergaul di lingkungan
rumah semakin
terlihat saat Ia memberi bantuan baik
berupa materimisalnya
makanan dari rumah maupun moril.
TT: iya. BD: cenderung iya.
TT:
Iya, misalnya
tahu tanggungjawab untuk belajar,
membantu teman, ikut kegiatan bergereja,
mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan-
ringan. BD: Aksi yang dilakukan Kn di rumah terlihat saat Ia
bergaul dengan teman-temannya di sekitar rumah. Ia mau
membantu teman yang sedang butuh pertolongannya, misalnya
mengantarmenemani teman ke toko, memberi makanan pada
teman yang lapar.
72
LAMPIRAN
5
73
Subyek: 2 Orang Siswa Tanggal wawancara: 24 Mei 2011
Kode wawancara: SPg240511
No. Pertanyaan
Jawaban Kode
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33 34
35 36
Apakah kamu pernah mendengar istilah
PPR? Apa itu? Apakah Ibu Wulan
selalu melakukan refleksi disetiap akhir
pelajaran? Menurutmu Ibu Wulan
itu bagaimana, baik atau galak, atau
bagaimana? Apakah selama
dibimbing Ibu Wulan kamu mengalami
perubahan? misalnya semakin rajin, baik,
atau apa? Apakah kamu senang
belajar menggunakan PPRdengan Ibu
Wulan? Bagaimana
perasaanmu setelah melakukan refleksi?
Aksi apa yang biasanya kamu
lakukan di sekolah? Apa kamu melakukan
aksi itu tiap hari? Apa yang kamu
rasakan saat melakukan aksi?
Kenapa? I: tidak. II: tidak.
I: kadang-kadang. II: iya. I: baik, sabar banget. II:
baik, sabar, tidak galak.
I: Iya, semakin rajin mengerjakan PR dan tugas.
II: Iya, tidak mencontek teman, rajin belajar dan
piket. I: Iya, senang, Bu Wulan
baik. II: iya, senang.
I: Senang, karena bisa tahu pelajaran tadi lebih dalam.
II: Senang, karena bisa crita ke teman-teman tentang apa
yang dirasakan dan di dapat. I: Menyapu, piket
II: Menyirami tanaman, buang sampah pada
tempatnya. I: Kadang-kadang.
II: Iya, tapi kalau menyirami kadang-kadang.
I: Senang, karena menyenangkan.
II: Senang, karena tidak susah.
I: Menyapu lantai. II: Bantu ibu cuci piring.
S14-19240511 S21-24240511
S45-47240511 Lampiran 5: Wawancara
74
37 38
39 40
41 42
43 Aksi apa yang kamu
lakukan di rumah? Contohnya?
Bagaimana perasaanmu
melakukan aksi tersebut?
I: Senang, karena jadi bersih. II: Senang, karena bisa bantu
ibu.
75
LAMPIRAN
6
76
Penerapan PPR oleh Peneliti
Peneliti melakukan penerapan PPR dengan mengajar di kelas IVB pada
mata pelajaran IPS dan PKn. Setiap mata pelajaran memiliki alokasi waktu 2 JP. Pertemuan pertama
1. Langkah-langkah