Konteks Refleksi Aksi Saran

38

1. Konteks

Tahap konteks pada pengamatan kedua ini, seperti pada pengamatan pertama, guru melakukan tanya-jawab dengan siswa mengenai pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan materi masalah sosial. Contoh pertanyaannya yaitu ” apa yang kalian ketahui tentang masalah sosial?” 2. Pengalaman Guru memberikan materi melalui ceramah singkat dan dilanjutkan dengan diskusi berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Guru membagikan LKSLembar Kerja Siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan kasus sosial di sekitar kita yang harus dijawab oleh kelompok diskusi tersebut. Contoh pertanyaannya yaitu ”Sebutkan beberapa penyebab kenakalan remaja? ”. Setelah diskusi selesai, maka hasil diskusi tersebut dibahas dengan bimbingan guru. Perwakilan setiap kelompok maju untuk menuliskan jawaban hasil diskusi di papan tulis, kemudian kelompok lain mencocokkan hasil pekerjaannya. Gambar 2.1 Siswa diskusi kelompok 39 Gambar 2.2 Lembar Kerja Siswa

3. Refleksi

Siswa melakukan refleksi dengan bantuan pertanyaan dari guru yang tertulis dalam selembar kertas. Kertas tersebut berisi pertanyaan beserta gambar yang berkaitan dengan masalah sosial. Misalnya: gambar anak jalanan, maka siswa diminta untuk memberikan tanggapan atas sikap yang seharusnya siswa lakukan. Hasil refleksi tersebut dikumpulkan di meja guru, kemudian secara lisan guru menanyai siswa yang ditunjuk untuk menceritakan hasil refleksinya. Tidak semua siswa mendapatkan giliran mengungkapkan refleksinya karena keterbatasan waktu. Contoh refleksi tersebut yaitu gambar peristiwa anak jalanan. Sikap yang dituliskan siswa yaitu berusaha untuk menolongnya. 40 Gambar 3.1. Siswa melakukan refleksi

4. Aksi

Aksi yang terlihat di lingkungan sekolah yaitu membuang sampah pada tong sampah, meminjamkan teman yang tidak membawa alat tulis. 5. Evaluasi Tidak ada evaluasi 41 LAMPIRAN 2 42 Subyek 1: Kepala Sekolah No. Pertanyaan Jawaban Kode Wawancara 1 Tanggal: Rabu, 18 Mei 2011 Kode: KSPg180511 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. Sebelumnya saya mohon maaf dulu Pak sudah menggangg u. Ini kami untuk keperluan penelitian mau bertanya sedikit tentang PPR. Yang pertama, apakah disekolahan ini itu sudah menerapkan PPR paradigma pedagogi reflektif, itu sejak kapan digunakan Pak? Sebelumnya Pak, menggunak an apa Baik… untuk Sorowajan itu mengawali PPR sebenarnya mulai tahun 2008. Sebenarnya pada waktu itu bersamaan dengan penerapan pendidikan karakter yang kami disebut namanya pada waktu itu pendidikan karakter MATIUS. Nah bersamaan tu kami undang dari yayasan, dari tim PPR percetakan pendidikan Kanisius yang dokumennya sebenarnya masih ada tahun 20082009. Cuma dalam perjalanannya memang PPR ini kan sebuah proses yang sebuah pembelajaran inovasi yang setiap saat dievaluasi lalu dikembangkan, evaluasi dikembangkan. Nah.. ini secara keseluruhan sekolah ini sudah melaksanakan PPR hanya ada hal- hal yang menjadi kendala… ada kendala yang ehm… jadi PPR itu kan sebuah inovasi yang mengembangkan sebenarnya menggali kembali apa ya...? Pendidikan Yesuit pada dokumen Yesuit yang sekian ribu tahun yang lalu digali lalu di Indonesiakan. Lalu tentu ini perlu banyak sosialisasi karna ini pendidikan Yesuit sedangkan pelaksanaan pendidikan ini awam sehingga kendalanya ini persoalan Yesuit, mengolah hati, padahal komunitas yang kita terapkan adalah komunitas awam. Nah maka ini perlu sosialisasi dan terus ada inovasi-inovasi yang dilakukan dan evaluasi setiap berakhirnya tahun pelajaran begitu. Sebelum ada PPR ya kami kan tentu untuk pembelajaran saya kira secara umum ya untuk kelas 1,2,3 tematik, yang 4,5,6 ya terpadu. Pembelajarannya dulu saya kira Lampiran 2: Wawancara 43 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. sebelum PPR? Apakah PPR ini sudah di sosialisasika n pada orang tua juga Pak? Kemudian kekhasan dulu Pak, kekhasan PPR itu kira-kira menurut Bapak? Apakah pada penerapan di sekolah ini ada kesulitan- kesulitan? itu. Cuman ee…kita sebagai sekolah swasta harus melihat apa ya..? sebuah proses yang seiring dengan perkembangan global. Jadi kami terus ada inovasi pembelajaran yang tematik seperti apa, yang terpadu seperti apa, lalu kurikulum berbasis kompetensi, yang kami terapkan seperti itu. PPR sudah kami sosialisasikan pada awal tahun ajaran. Semua program untuk termasuk buku refleksi pendidikan karakter yang setiap orang tua tanda tangan dan sebagainya, cuma ee...berapa persen PPR ini dapat diserap oleh orang tua? dan tidak semua orang tua memahami ee...apa itu PPR. Itu senang sekali kalo orang tua paham. Bahkan pada waktu itu ada workshop apa itu PPR. Jadi seluruh wali murid awal mulanya itu kita undang workshop 1 hari, dari kelas 1 sampai kelas 6 kita undang di area ini. Itu awalnya, cuman Mbak juga harus tahu bahwa daya pikir, latar belakang pendidikan dari orang tua itu sangat heterogen. Maka kami yakin bahwa orang tua memahami sekian persen ee…sudah ada 50 itu sudah luar biasa, tapi saya pikir paling banyak 60 yang memahami tentang PPR itu sendiri. Ciri khas PPR itu sebenarnya adanya pembelajaran yang ditandai oleh adanya refleksi. Refleksi dan aksi setiap ee...berakhirnya pembelajaran. kemudian kekhasannya begitu. Jadi yang diolah adalah tidak hanya daya nalarnya tapi mengolah hati melalui refleksi lalu ada tindakannya yang kita namakan aksi, itu ciri khasnya. Jadi saya pikir sekolah- sekolah yang lain ee...memahami bahwa PPR ini memang ee...sebuah paradigma yang dikembangkan di sekolah Kanisius, belum meluas, belum semua yayasan. Di Yogyakarta saja baru Yayasan Kanisius yang yang memulai PPR, lah kekhasannya itu tadi saya katakan kekhasannya adalah ada ee…refleksi setiap akhir pembelajaran 44 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. Bagaimana penerapan PPR disekolah ini? Apakah sudah sesuai dengan,… maksudnya sudah full PPR? Kemudian ini Pak, dampaknya penerapan PPR ini bagi siswa, guru dan orang tua? Kemudian dampak dalam prestasi belajar siswa itu bagaimana? atau setiap akhir kegiatan atau ketika anak itu ada sesuatu pelanggaran, jadi pelanggaran tidak berupa sanksi tetapi anak disuruh menulis merefleksikan misalnya ”kalau bertengkar itu coba apa untungnya kamu tuliskan” lalu ”apa yang mau kamu bangun setelah itu” ee… bertengkar begitu “iya” sebentar ya… mengangkat telepon. Standar ya… standar, saya kira belum. Ya karna ini kan merupakan suatu hal yang baru ya…full artinya semua kelas sudah menjalankan dan semua mata pelajaran, Cuma memang ee... Belum semua artinya yang sudah full 5 mapel, lalu yang lain juga masih proses. Kemudian kendalanya apa? Sesuatu hal yang baru pasti ada kendala. Kendalanya adalah ya itu tadi masalah suatu yang baru guru butuh beradaptasi. Memang kok setiap saat ada refleksi, aksinya apa, dan sebagainya. Tentu ini butuh waktu menjalankan 100. Jadi ini sesuatu hal yang baru pun, sembari mengevaluasi maka kita terus berjalan. Ya, yang pertama prestasi tidak dimaknai semata-mata akademik. Prestasi dalam artian prestasi budi pekerti, perubahan sikap, perubahan perilaku. Itu sebuah prestasi. Nah dampaknya, dampak positif tentu, ini adalah sekolah ee…dalam hal memberikan sanksi tidak perlu adanya sanksi yang ee…apa ya? Tata tertib yang berlebihan ya. Tetapi dengan refleksi anak akan semakin menyadari apa yang menjadi kekurangan, apa yang menjadi kesalahannya. Jadi anak muncul kesadaran dari dalam bukan karna paksaan atau tekanan, tapi ada refleksi berarti ada melihat kembali kekurangan dalam dirinya, ee...orang tua pun mulai senang karna ee…karna ada perubahan sikap, perubahan perilaku anak-anak ketika ada tugas, ada pekerjaan dan tangung jawab dirumah. Itu dampak yang ee..ini kami buktikan pada ee...beberapa ora ng tua yang sudah… 45 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. Kemudian ee… penerapan PPR ini apakah sudah mengarah pada tujuan PPRnya Pak, mungkin terbukti dalam hal apa? Ini sebenarnya mengapa kok dituntut menggunak an PPR Pak? Apakah ada yang salah dengan sistem sebelumny? sudah merasakan artinya ada beberapa orang tua yang ditanya atau diwawancara, itu menurut orang tua seperti itu. Ya tentu, PPR ini setiap kami melakukan ee…tindakan mesti kita tidak lepas dari tujuan. Tujuan itu tidak lepas juga dari visi dan misi yaitu untuk ee…sebagai sekolah yang kita visinya mencerdaskan peserta didik atau menjadi guru yang mendidik anak-anak Indonesia untuk menjadi anak yang cerdas, peduli lingkungan dan sesama, itu yang menjadi tujuan ke depan. Nah PPR ini sudah relevansi, jadi kemudian apa buktinya, buktinya yang pertama dalam visi tadi peduli pada lingkungan, kita juga kemarin anak-anak memberikan sebagian dari sembako kita bagian kepada masyarakat yang membutuhkan. Ini kan ee...artinya perilaku anak diubah untuk kepedulian sosialnya, begitu. Lalu juga lingkungannya yang secara fisik anak-anak juga memelihara lingkungan yang ada disekolah. Mungkin juga memperhatikan pada lingkungan. Nah tujuannya adalah menjadi manusia yang cerdas, yang peduli terhadap ee...sesama dan lingkungannya..sebentar kring…bunyi telepon. Ya tentu pendidikan itu kan mengalami perubahan inovasi, trus ada evaluasi kemudian ada evaluasi. Hasil pendidikan ee...sistem pendidikan yang sebelumnya itu kan dinilai bahwa yang diukur adalah kemampuan akademik saja, padahal manusia yang utuh, itu kan mansia yang cerdas…cerdas akademiknya, cerdas hatinya, cerdas rasanya. Nah maka dari tahun ke tahun kan hasil pendidikan ini ee…yang diukur itu akademiknya, buktinya apa? buktinya masih ada UNAS, lalu orang tolok ukurnya ketika anak ini nilainya bagus berarti sekolahnya hebat. Padahal tujuan pendidikan itu adalah tidak sekedar mencerdaskan akademik maka lalu 46 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. Ini Pak..terus apakah guru disini tu dalam menggunak an PPR tu merasa senang atau malah keberatan? kecerdasan, kecerdasan yang SQ, EQ, dan kecerdasan yang lain yang menjadi manusia utuh. Sehingga manusia yang tumbuh dewasa seiring dengan pertumbuhan harkat dan martabat manusia. Bukan soal otak yang cerdas. Itu berdasarkan penilaian hasil kajian dari penerapan sistem pendidikan yang lampau. Maka Yayasan Kanisius menilai mengevaluasi lalu mencari solusi agar kedepan genarasi muda ini tidak hanya soal cerdas akademik tapi cerdas hatinya, peduli pada sesama, lingkungan. Jadi terbukti dengan banyaknya ee…negara, warga negara, pejabat yang korupsi, banyaknya lingkungan yang dirusak oleh mereka- mereka. Ini kan tu hasil pendidikan. Tu karna soal kecerdasan saja. Jadi kecerdasan untuk mencerdasi orang lain, sisinya negatif. Maka lalu PPR lah yang jawabannya sekarang ini. Ya sesuatu yang baru menbutuhkan profesional, itu sesuatu yang lebih sempurna tentu saja banyak membutuhkan banyak menyita waktu, kemudian butuh sarana dan prasarana yang lebih banyak. Disatu sisi memang tuntutan untuk bisa memenuhi, disisi lain memang guru sendiri, karena guru swasta kan otomatis ee..disni hari juga pertimbangkan hal-hal lain nah yang perlu dipikirkan yang pertama guru memang dikatakan senang atau susah ya mungkin awalnya susah karna ada tambahan pekerjaan yang luar biasa tapi kalau melihat dari tujuan PPR itu sendiri saya kira juga ee…nanti lama-lama harapan kami guru juga menyadari semakin menyadari bahwa pekerjaan fungsinya itu ee…. semakin berat tetapi juga outputnya diharapkan semakin bagus kalau soal senang dan susah karna guru memang fungsinya mendidik sehingga banyak pekerjaan kadang-kadang manusiawinya muncul ya...karena tambah pekerjaan maka 47 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 210. 211. 212. 213. Kemudian ehm..siapa saja Pak yang sudah mendapatka n pelatihan khusus PPR? menjadi susah tetapi bukan suatu beban ya kan? Lain kan beban dengan susah begitu itu..ya Ya..ada disini kami sendiri kepala sekolah lalu ada Bu Susan, Bu Ririn, Bu Yuli, ada kemudian yang dah mendapatkan pelatihan dua kali ada, baru yang satu kali ada, bersama-sama belajar juga ada, sehingga semua sudah mengenal. Cuma pelatihan tingkat ketiga itu memang baru beberapa guru ya…ada 40. Wawancara 2 Tanggal: Jumat, 27 Mei 2011 Kode: KSPg270511 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Baik teman-teman mahasiswa, yang sedang melakukan penelitian. Kita akan memperdalam tentang beberapa hal mengenai wawancara dengan kepala sekolah, kita akan menyampaikan berusaha dengan ee…mengupayakan supaya dapat dipakai sebagai data untuk penyelesaian masalah penelitian. Yang pertama masalah pendidikan karakter MATIUS yang seperti apa maksudnya?. Sebelum pemerintah menggelontorkan masalah pendidikan karakter bangsa, sekolah ini sudah berfikir soal pendidikan karakter itu. Dimulai tahun 2009 2010 ee..2008 sebenarnya..2009. lalu baru kita sosialisasikan kepada orang tua juga kita mengundang psikolog itu awal tahun 2009 2010. Buktinya ada disini menunjukkan bukti acara workshop ada bukti yang waktu itu acaranya ini tentang pendidikan karakter dan PPR pada waktu 2009, tetapi lebih dulu PPR dengan pendidikan karakter, Sorowajan lebih dulu pendidikan karakternya. Nah karakter yang kita kembangkan di sekolah ini pada awalnya gagasan ini, pendidikan karakter yang kita sebut dengan pendidikan karakter MATIUS sambil melihat buku selayang pandang SDK Sorowajan, MATIUS itu sebenarnya merupakan akronim dari…M-nya itu Mandiri, A-nya aktif, T-nya taat, kemudian I-nya inovatif, U-nya ulet, kemudian S- nya itu santun…santun atau sopan. Nah kemudian latar belakangnya bahwa kurikulum kita kurikulumnya adalah sebelumnya KBK kurikulum berbasis kompetensi dan KTSP ini merupakan peluang untuk meluangkan pendidikan dalam satuan pendidikan di sekolah ini. Pada waktu KBK itu banyak anak-anak dijejalkan masalah ee...hal-hal yang sifatnya akademik 48 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. tidak memberikan ruang gerak pada anak untuk mengasah kemampuan aspek yang lain sehingga para lulusan hanya memiliki kecerdasan verbal, logika dan matematik, dan kemampuan intelegensi saja sebagai tolok ukur output dari sekolah ini. Nah padahal orang hidup tidak cukup hanya cerdas intelegensinya tetapi justru aspek yang lain, maka kita perlu mengubah paradigma pendidikan yang mana para lulusan tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja tetapi juga memiliki penguasaan diri, Emotional Question EQ, nanti bisa di ambil disini menunjuk pada buku selayang pandang SDK Sorowajan, penguasaan spiritual atau SQ-nya, dan memiliki karakter Indonesia. Ini yang, yang penting sebagai jati diri bangsa Indonesia kita harus mendidik anak-anak harus berkarakter Indonesia. Nah KTSP memberikan ruang gerak pada satuan pendidikan untuk mengembangkan sekolah. Maka Sorowajan berfikir bagaimana anak-anak ini tidak hanya memiliki kecerdasan intelek, tetapi juga ada keseimbangan antara EQ dan SQ, kemudian juga intelegentsi questionnya jalan, maka sebelum pemerintah menggelontorkan program pendidikan karakter bangsa, SD ini sudah mencoba memikirkan, mengambil bagian dari pendidikan karakter yang kami singkat dengan matius. Sasarannya adalah membangun kepribadian yang utuh, berkarakter Indonesia. Nah secara fisikal mengembangkan perilaku bersih dan sehat, secara fisikalnya itu. Secara intelektual memberdayakan kompetensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik, memberikan pengetahuan dasar melalui proses yang benar, maka sangat besar kemampuan peserta didik untuk mencari, menemukan serta memupuk bakat minat yang mampu menjawab kebutuhannya sendiri. Jadi yang memikirkan kebutuhannya sendiri. Kemudian mengembangkan daya pikir , kritis, analitis, untuk memecahkan masalah dan berani mengambil keputusan. Secara sosial, tadi yang kita sebut dengan kecerdasan sosialnya ya...kecerdasan sosialnya, meningkatkan keterampilan komunikasi. Jadi anak-anak dilatih untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, mengembangkan kemampuan yang benar dengan sesama, kemudian meningkatkan tanggung jawab kepedulian sosial. Secara spiritual, memberikan dan mewariskan nilai-nilai luhur menurut peserta didik yang dapat membantu tujuan hidup agar dapat menjai hidup yang semakin bermakna. Ini 49 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. mengenai sasaran. Lalu tujuannya saya kira nanti bisa di lihat. Apa yang disebut dengan matius ? Matius adalah akronim dari Mandiri, Aktif, Taat, Inovatif, Ulet, Santun atau Sopan . Itu disingkat dengan matius itu. Apa pengertian madiri, disini kita sudah uraikan dalam buku ini nanti bisa dikutip, dalam selayang pandang yang dulu pernah dipakai studi banding tentang pendidikan karakter dari Solo. Pada dasarnya manusia adalah mahkluk inividu secara hakiki tumbuh dan berkembang menjadi mahkluk mandiri yang hidup dan menghidupi diri sendiri. Maka pendidikan karakter, jiwa mandiri harus kita berikan sedini mungkin pada peserta didik. Mandiri artinya dengan bantuan yang minimal mendapat hasil yang maksimal. Jadi ini pengertian mandiri. Aktif, saya kira nanti saya berikan, silahkan nanti dicopy atau dikutip untuk pendidikan karakter. Lalu tahun 20092010 tepatnya tahun 20102011 ini pemerintah ternyata menggelontorkan program adanya pendidikan budaya dan karakter banngsa. Yang pemerintah itu ada 18 karakter di pemerintah. Kemudian di sekolah sudah mendahului karakter pemerintah itu: jenius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, kritis dan saling tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai dan lain sebagainya nanti bisa dicopy, sampai dengan 18, tanggung jawab. Ini yang, ternyata apa yang dipikrkan oleh SD Kanisius Sorowajan ternyata ibarat tumbuhlah tutup, jadi tumbuhlah tutup yang dimaksud adalah tatkala Sorowajan sudah melaksanakan bagian dari karakter bangsa, maka ee….negara kita juga mempunyai program seperti ini. Mempunyai program yang dimaksud adalah pendidikan budaya dan karakter bangsa yang pada mulanya. Ya ini, di Kabupaten Bantul menjadi pilar ya…menjadi pilar dari ee…pendidikan yang ada di negara kita. Jadi bangkitnya Bantul menjadi salah satu pilar pendidikan karakter diangkat supaya anak-anak kembali memiliki karakter bangsa. Itu ya... ini masalah pendidikan karakter. Bagaimana bentuk pembelajarannya? Pembelajarannya terinteg rasi… diintegrasikan dalam pembiasaan- pembiasaan, dan terintegrasi dengan semua mata pelajaran yang relevan, yang cocok ya...yang cocok atau yang relevan. Semuanya terintegrasi. Tidak bisa pendidikan karakter dikhususkan, tetapi suatu ketika pendidikan 50 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. karakter juga bisa terjadwal khusus melalui pembinaan rohani dalam rohaniawan seperti plater, seperti juga suster. Setiap hari Sabtu ada pembinaan karakter melalui pendidikan ee…yang disisipkan dalam pembelajaran agama. Bahwa prinsipnya ini semua terintegrasi gitu ya..terintegrasi dalam semua pelajaran yang relevan. Ini prinsipnya. Mengenai pendidikan karakter, bagaimana bentuk pembelajarannya saya kira terintegrasi kesemua pelajaran yang relevan. Tapi sekolah ini menerapkan suatu pembinaan pengembangan soal karakter ini yang.. yang dilaksanakan. Apa bedanya dengan PPR? PPR ini kan sebuah pola pembelajaran, pendekatannya menggunakan sebenarnya pendidikan karakter dengan PPR ini berbeda, konteksnya berbeda. Kalo PPR itu sebuah pola pembelajaran yang dikembangkan oleh Yayasan Kanisius yang ingin menggali pendidikan Yesuit, maka apa PPR itu? Maka kepanjangannya PPR disini Paradigma Pedagogi Refleksi, sebuah pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman masalah dunia serta masalah kehidupan dan pengmbangan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah proses yang terpadu yang dirancang sehingga nilai kemanusiaan ditunjukan dari konteks peserta didik sendiri melalui proses refleksi . nanti panjenengan bisa fotocopy supaya bisa untuk mengenai pola. Jadi kalo mau melihat pola PPR disini. Okey,, jadi silahkan dipinjam nanti dicopy menunjukkan handout berjudul PPR milik Sorowajan. Matius juga, yang 18 karakter bangsa sebagai pembanding tapi ini harus terjadi. Jadi beda pendidikan karakter dengan PPR, berbeda. Pendidikan karakter itu sebuah kepribadian, tetapi kalo PPR itu pola pembelajaran yang dikembangkan dari pendidikan yesuit. Yang dalam pengembangan dalam pendidikan yesuit ini sekarang baru digalakkan di yayasan kanisius atau di pendidikan karakter katolik, tapi kalo pendidikan karakter di semua sekolah akan digalakkan. Nah sorowajan sudah mendahului sebagian dari karakter yang dicanangkan oleh pemerintah. Sehingga pendidikan karakter itu sangat berbeda konteksnya karna pendidikan karakter itu mendidik supaya anak-anak kita pinter, tetapi kao PPR ini merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan masalah-masalah dunia dengan kehidupan, dan juga yang dipadukan dengan ee…nilai- 51 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. nilai kemanusiaan yang kemudian mengolah hati supaya anak-anak menjadi ada kesadaran untuk menjadi anak- anak yang baik, mengalami perubahan perilaku kehidupan sehari-hari melalui penyadaran dirinya sendiri. Tapi kalo karakter itu memang dipolakan, kalo ini melalui model refleksi. Kalo karakter itu melalui proses pembiasaan yang berulang-ulang maka akan terbentuk karakter. Misalnya anak supaya punya karakter hidup bersih, ya sudah kita kembangkan PHBSnya pola hidup bersih dan sehatnya, berulang sehari, di ulang diulang terus, kamu menjadi sebuah pembiasaan yang nanti akan membentuk karakter siswanya. Mengapa sekolah yayasan Kanisius pilih PPR? Ada alasannya. Yakni disini ada, nanti tolong dicopy menunjukkan handout berjudul PPR milik Sorowajan Tujuan PPR apa? Disini ada menunjukkan handout berjudul PPR milik Sorowajan, nanti kami berikan. Jadi kalo menjelaskan mungkin kami nanti…lama. Kemudian nilai-nilai yang diperjuangkan apa? Lalu langkah-langkahnya apa? Disini ada langkah-langkah PPR, daripada kami menerangkan, membaca, disini kan ada. menunjukkan handout berjudul PPR milik sorowajan. Jadi kami beri datanya supaya lebih jelas. Kemudian, apakah ada pedoman tentang pendidikan karakter ? Ada. Siasat Kanisius juga menerbitkan buku tentang pedoman pendidikan karakter. Jadi buku rohnya itu ada. Jadi bukunya seperti ini menunjukkan buku PPR ini nanti bisa dipinjam. Okey.. ini buku roh dari PPR itu sendiri. Apakah ada bukti tentang pendidikan karakter? buktinya kami…sekolah ini kan KTSP, buktinya ada disini, ada latar belakangnya, jadi gitu ya…menunjukkan buku selayang pandang SDK Sorowajan. Adakah bukunya? Ada. Kanisius sudah mencetak buku pendidikan karakter yang tidak sekolah ada. Tetapi kenapa setelah PPR nanti akan terus di… dengan buku pendidikan karakter yang baru. Tapi sekolah sudah menulis disini. Pedoman dan yang lain. Nanti bisa di anu ya,,,ini PPRnya dan ini buktinya, ini karakter bangsa yang akan dibangun dinegara kita... silahkan. Proses budaya mutunya ini, silahkan teman-teman mahasiswa untuk membawa ini. Kami berikan bukti dan sumbernya. Awal mula adanya Pendidikan Karakter Matius? Ya itu tadi. Latar belakangnya itu ada. Jadi nanti bisa dibaca, 52 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. mengapa Sorowajan mengambil awal mula pendidikan ini, bisa diambil dari latar belakang. Ini kan jelas awal mula..gitu ya…jadi ini latar belakang atau sebab awal mulanya menunjukkan buku selayang pendang SDK Sorowajan. Apa bukti kebijakan sekolah mengenai PPR secara tertulis? Ya ini.. kebijakannya adalah bahwa Yayasan Kanisius itu mengambil keputusan bahwa untuk saat ini bahwa PPR merupakan pola pembelajaran yang terbaik. Maka PPR merupakan keputusan yang final untuk dilaksanakan disekolah-sekolah katolik atau khususnya di yayasan Kanisius. Ya buktinya adalah penerbitan buku dokumen, bukti tertulisnya menunjukan buku PPR, kemudian melalui sosialisasi yang..ee..ada pembinaan- pembinaan dan pelatihan-pelatihan para guru yang materinya yang dari awal seperti ini. Jadi apa saja bisa digali dari ini.. tidak terlalu banyak bicara. Secara tertulis jadi sudah ada keputusan yayasan dan penerbitan buku sumber. Kemudian seluruh buku ajar sudah disesuaikan d engan format RPP. Termasuk buku… ini dicetak sendiri oleh kanisius dan dibuat oleh guru-guru Kanisius. Apakah ada rapat atau workshop, kapan? Ini kami punya bukti rapat awal tahun 20092010. Untuk foto saya lupa apa ada gak. Kemudian untuk..apakah ada pedoman khusus dalam sosialisasi tersebut? Yang namanya sosialisasi tentu menggunakan dasar atau pedoman dari latar belakang sampai proses. Ini pedoman PPR, sosialisasinya ya..menunjukkan handout PPR milik Sorowajan Kemudian bagaimana tanggapan guru pasca sosialisasi PPR? Tanggapan guru, tentu karna guru merupakan sekelompok guru-gurunya adalah guru yang besar mau tidak mau suka tidak suka apa yang diambil kebijakan oleh yang sah wajib melaksanakan, itu jadi tidak bisa ditawar. Nah, perkara ada keluhan semakin tambah administrasi, tambah pekerjaan ini sifat individu yaitu biasa yang orang ee…guru yang kurang ee.. professional arti masih banyak kegiatan aktifitas misalnya masih belajar juga merasa mengeluh karna aktivitas PPR ini tinggi administrasinya cukup b anyak ee… RPPnya juga berbeda dengan yang lain sehingga mengalami ee…apa ya…ya tanggapannya maksudnya secara penugasan menerima tetapi prakteknya ya…karna membutuhkan proses ya..pelan-pelan tetapi prinsipnya kalau PPR tidak 53 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. bisa ditawar oleh siapapun ee….bila sudah masuk pada komunitas sekolah kanisius. Tanggapan orang tua sangat senang karna ee… yang diharapkan adalah selain anaknya berkarakter juga melalui pengolahan refleksi melalui ini maka mengalami perubahan dari perilaku ee…karakter dan juga ee…apa ya..kedewasaan dan kemandiriannya mulai dirasakan, maka ada yang bertanya-tanya mengenai kebijakan PPR tersebut, tentu ada ee…yang bertanya orang tua mengapa polanya berbeda setiap tahun harus membeli buku. Pertanyaan yang muncul kenapa setiap tahun membeli buku? Karena setiap tahun mengalami dievaluasi lalu disesuaikan dengan ee.. proses PPR. Jadi setiap tahun nanti buku yang kemarin dah dimasukkan perpus, lalu sekarang membeli lagi kayaknya sudah ada edisi-edisi lagi. Sehingga antara buku ajar dengan ee…proses yang langsung tiap tahun dievaluasi jadi evaluasinya secara berkala tidak ee…setiap hari dievaluasi tetapi evaluasinya setiap semester setiap tahun itu PPR dievaluasi. Lalu buktinya apa? Buktinya ya..dari evaluasi ada perubahan mengenai buku ajarnya, buku ajarnya disesuaikan dengan ee..proses yang berkembang karna sedang berproses ya..mau tidak mau harus dievaluasi setiap saat dan mencari solusinya, gak mungkin sesuatu yang dari berproses menjadi terus baik, tetapi mengalami kendala, hambatan itu pasti. Mungkin dalam prosesnya hasilnya kolomisasinya berubah-berubah ya..itu pasti karena berubah menjadi lebih sempurna. Yang menjadi khas PPR sebenarnya ada refleksi, ada aksi lalu bagaimana anak ini ee… terbentuk dari kesadaran bukan dipaksa melalui tata tertib yang begitu kuat tetapi bedanya disini. Kalau dulu kan ee… kami membuat tata tertib semacam ini membangun komunikasi bareng prestasi ini dulu, ini buku tata tertib yang kami ee… punya sekolah, sekolah-sekolah keputusan. Setelah ada PPR, maka kita berharap ini ada tetapi ini dibalik dibelakang saja, karna yang dikedepankan adalah bagaimana anak menyadari dari proses itu sendiri ada perubahan tetapi dari dalam dirinya sendiri, bukan karna dipaksa aturannya seperti ini kalau tidak mau ya.. sudah kamu harus begini dan sebagainya. Ini sebuah harapan yang diharapkan dari PPR ini berbeda dengan yang lain sehingga orang sadar ketika dipaksa, tapi kalu PPR bagaimana menyadari dirinya sendiri ada perubahan. Apakah ada guru yang bingung dan mengalami kesulitan 54 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334. 335. 336. 337. dal am penggunaan PPR? Berikan buktinya satu ya…tadi saya katakan bahwa ini sebuah proses yang sedang berjalan baru masuuk tahun kedua. Guru bingung karna belum mendapatkan pelatihan walaupun sudah sosialisasi tetapi masih toh ini berkembang, maka sekolah pada bulan Desember mengadakan mengundang.... dari yayasan untuk belajar buku prog ini buku PPR ini. Nah… sebelum yayasan memprogramkan maka kemarin bulan Mei ee.. Maret di KSK Bantul belajar bersama tentang ini. Nah… bingung pasti ada ya…, kemudian kesulitan pasti ada, itu tidak lepas karna sebuah hal yang baru berproses. Seperti kita melewati jalan yang terjal, jalan baru maka tentu ada stimunak dan berproses pasti ada. Gitu ya…? Jadi ini, tetapi pada prinsipnya setelah mengalami pelatihan-pelatihan ada yang guru dilatih beberapa kali lalu guru ini mensosialisasi maka sub untuk menjembatani supaya ee…. Guru yang bingung yang mengalami kesulitan ini terjawab maka sekolah membentuk tim sukses PPR. Sekolah ini tim ketua timnya anggota ini guru yang sudah dilatih atau melalui workshop pelatihan. Sekolah ini Bu Nuki sebagai ketua tim sukses PPR. Kemudian format RPP disini ada jadi nanti tinggal lihat saja, pelajari, didalami. Kemudian tim PPR apa fungsinya… ya…. Menggerakan proses supaya berproses terus jangan sampai sesuatu yang baru ini mengalami stucknasi atau berhenti tanpa ada perjalanan berlanjut. Yang terakhir, apakah penerapan PPR selalu dievaluasi dari hari ke hari? Tadi saya katakanan evaluasinya dari hari ke hari ya… dievaluasi kemudian dari hal yang kecil misalnya refleksi seperti apa kemajuan anak seperti apa nanti dievaluaasi nanti pada semester, lalu pada akhir tahun bukti evaluasi ini mengalami perubahan-perubahan tentang format refleksinya, apa aksinya, lalu bagaimana tingkat kenakalan anak apakah mengalami perubahan ataukah yang paling ee…. Bukti riilnya, buku ajarannya mengalami revisi atau edit setiap tahun, mudah-mudahan nanti setelah PPR sudah sempurna, sudah sesuai harapan buku yang sudah regist terakhir itu bisa dimanfaatkan terus, tidak merevisi buku lagi, merevisi buku lagi, merevisi buku lagi. Ini yang, yang bisa kami sampaikan, sungguh kalau ini belum jelas dari mahasiswa saya beri dokumennya baik dokumen tentang pendidikan karakter yang dikembangkan disekolah, karakter yang menjadi proyek pemerintah, 18 karakter bangsa maupun 55 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. 361. 362. 363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 378. 379. pemahaman PPR, buku sumber, buku bukti dan lain sebagainya buku karakter matius yang dikembangkan disekolah ini maka nanti sebagai sumber tertulisnya kami sampaikan dan sosialisasi itu pasti tahun 2009-2010 kemarin kita mengundang psikolog untuk meyakinkan bahwa pendidikan karakter yang mau dijalankan sorowajan itu seperti ini supaya orang tua yakin. Nah…. Buktinya ada disini kami mengundang psikolog dan tim dari percetakan pada ee…. awal tahun ajaran 2009-2010. Ia Pak, sedikit tentang tim sukses PPRnya itu mekanismenya seperti apa Pak? Yang pertama ee…keputusan tentang mekanisme bagaimana “tim sukses” dan mengapa tim sukses ada? Ini keputusan pertama mekanisme dari yayasan, mengevaluasi telah dilapangan ditemukan kendala-kendala prosesnya bukan hiasan melatih guru-guru yang kemudian sekolah disuruh membentuk tim sukses PPR supaya terus ini berproses. Gitu…nah…. Sekolah secara demokratis memilih guru- guru yang sudah dilatih matang untuk mengembangkan dan mendampingi para guru yang belum mendapatkan pelatihan sama sekali. Karna keterbatasan tidak... sama guru itu tiap dilatih karna keterbatasan waktu, dana, dan juga ee….financial lainnya atau….yang lain.sehingga tim inilah yang menjadi ee…pendamping berjalannya PPR disebuah sekolah. Tim nya ada ketua, lalu ada sekretaris, ada anggota, bendaharanya tidak ada, tidak menyimpan uang. Nah…lalu tim mengadakan evaluasi setiap ee….akhir semester, setiap akhir tahun mestinya supaya apa yang menjadi kekurangan tetapi ee….yayasan terus berkembang karna form yang pasti form yang sudah baku PPR itu seperti apa ini sedang proses…waktu terus berjalan jadi belum menemukan ini lho…form yang pasti itu, toh….pendidikan itu semua berproses dilapangan semua harus mengalami dulu, melakukan aksi dan tidak mungkin kita menunggu dari atas tetapi semua berproses, dilapangan berproses, yayasan berproses, terus jadi semua mengalami proses untuk melakukan itu sehingga menuju hal yang lebih baik. Nanti PPR ini disekolah menjadi penggeraknya, motivatornya untuk supaya program yang digelontorkan oleh yayasan ini dapat berjalan dengan sesuai dengan… boleh tahu Pak siapa ketuanya, wakilnya?. ketuanya Nuki Sulistiyani ee…Cicilia Nuki Sulistiyani sarjana pendidikan, dibantu oleh Miss Yuli sekretaris. Lalu anggotanya Bu Susan, Bu Ririn. Yang 56 380. 381. 382. 383. 384. 385. 386. 387. 388. 389. 390. 391. 392. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 390. 391. 392. 393. 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. lain anggota ya Pak? Ya..srukturnya hanya ada ketua, sekretaris, dan anggota. Jadi tidak ada seksi-seksi yang lain-lain, bendahara gak ada. Lalu nanti akobolarasinya dengan pembagian tugas sekolah, pelajaran tambahan atau les tambahan. Ada yang lain?. Ini Pak, apakah ada perbedaan antara pendidikan karakter yang sudah dibuat oleh Sorowajan dengan yang digelontorkan pemerintah tadi, perbedaanya?. Ee….secara substansinya tidak ada perbedaan, cuma secara factual artinya dari segi nama karakter yang mau dikembangkan ini isinya sama, cuma misalnya religious, terus kita mengambil yang pertama- tama anak dididik mandiri sebenarnya, lalu ada aktif juga, ada kreatif, ada disiplin, ada… sebenarnya tidak ada. Kami hanya mengambil mana yang lebih menjadi organ buat anak di sekolah dasar. Kalo anak di sekolah dasar kan bagaimana kita mendidik aktif, taat, lalu uletnya bagaimana, santunnya bagaimana, tapi ini kan karakter yang dimaksud adalah karakter bangsa, bagaimana mau bekerja keras, nah anak kecil ini kan pemahaman kerja keras, semangar kebangsaannya, cinta tanah air tu kan masih abstrak. Tapi kalo mandiri, dirumah dididik untuk ini, setelah kelas satu bangunnya lebih pagi, lalu mau melipat selimut sendiri, bar itu apa. Lalu kita berikan kartu. Ooh…bulan ini yang dikembangkan adalah ini mandiri soal bangun pagi, mandi, makan sendiri dan sebagainya. Itu yang..ini konkret. Kalo ini kan ee…cukup cukup apa ya? Terlalu luas, sehingga anak SD ya ini. Nanti kami kawatir kabur lagi. Tapi kalo kami kan mandiri tu seperti apa, oh ya itu kelas satu dengan mandirinya kelas lima lain. kalo kelas satu bisa mandi sendiri, makan sendiri itu kan indikasinya mandiri. Tapi kalo kelas lima itu kan gak cocok. Masa kelas lima iso adus dewek dibilang wis mandiri. Ini kan lain. Maka dulu kita kembangkan ya ini, kemandirian ini berbeda-beda, ingat usia dan kebutuhannya. Jadi secara substansi memang ini lebih luas, karna namanya saja karakter bangsa. Jadi stoknya lebih luas, tapi kalo ini lebih ke individu yang nantinya output dari SDK Sorowajan ini berbeda dengan output SD lain. walaupun nanti disana ketemu, oohh…karakter bangsa tapi ada khas yang digarap oleh SD ini. Oohh..nek lulusan Sorowajan ini ternyata bocah-bocahne mandiri, ra sah dikandani kon negerti, ra sah di anu wis ngerti..tu harapan kita, supaya ada khas, karakter khas yang dirasakan oleh orang tua, 57 415. 416. 416. 417. 418. 419. 420. 421. 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. 438. 439. 440. 441. 442. 443. 444. 445. 446. 447. 448. 449. oleh orang tua, oleh masyarakat Ooh beda. anak usia SD Negeri sini dengan sana ternyata setelah sama-sama lulus berbeda. Kok ini mandiri banget, kok iki wong dekil opo neng iki dableg, ora dikon ato ora di table, kok ora jalan, misalnya. Lah ini yang mau kita perjuangkan melalui pendidikan karakter MATIUS itu yang sudah kita upayakan. Maka lalu ada program untuk mendukung Matius, yaitu ada kelas mandiri. Kelas mandiri itu ya kelas yang diharapkan dari pengelolaan kelas, managemen kelas itu bisa mandiri. Misalnya dari sisi financial, anak- anak menyisihkan uang jajannya untuk menghidupi kelas. Beli sula sendiri, beli sapu sendiri, beli penggaris sendiri, beli pel sendiri misalnya. Ini salah satu daya dukung mandiri, dari MATIUS tadi. Itu diterapkan disemua Kanisius apa di Sorowajan saja?. Kami mencoba di Sorowajan. Itu berarti idenya dari Bapak? Ya dari kami. Karna KTSP lalu tidak bisa semua sekolah bisa ikut. Sekolah punya kreatifitas, kreasi untuk mengembangkan terutama sekolah itu punya kekhasan, jadi tidak menunggu sendiri dari atas, tapi ini yang kami cita- citakan sebenarnya Sorowajan itu punya khas. Ketika lulus itu bedho ya, sama-sama satu keluarga kekhasannya bisa dibedakan. Lho ini kok setelah lulus anak ini punya jiwa mandiri, punya kreatifitas yang tidak uasah menunggu perintah sudah mau. Ini yang kami idolakan, kami inginkan seperti itu. Tapi dulu Yayasan juga pernah, bahkan ketika ini di langsir oleh sebuah media elektronik, Romo Yasan juga ikut tayang, live lalu ikut menjawab pertanyaan ketika ada interaktif disalah satu stasiun televisi di Jogja, tentang pendidikan karakter ini sudah kami buat makalah di Kabupaten Bantul ketika saya mengikuti tes menjadi nominasi kepala sekolah berprestasi, ternyata juga sangat bagus, menarik. Dan yang aneh lagi itu yang, ketika ini sudah dijalankan, pemerintah keluarin kebijakan ini. Jadi kita harus lebih dahulu. Mungkin itu Mbak. 58 LAMPIRAN 3 59 No. Pertanyaan Jawaban Kode Wawancara I 26 Maret 2011 11.30 WIB Kode: WKPG260311 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. Siapa nama panjangIbu? Kapan dan dimana Ibu dilahirkan? Anak keberapa dari berapa bersaudara? Apakah status Ibu? Dimanakah alamat rumah Ibu? Tinggal dengan siapa? Apa cita-cita Ibu dulu? Dimana saja Ibu pernah bersekolah dan kuliah? Apakah alasan Ibu menjadi guru sd? Sudah berapa lama ibu mengajar? Dimana saja? Apakah ada dukungan dari keluarga dengan pekerjaan Ibu sebagai guru SD? Apa wujudnya? Apakah Ibu pernah ikut pelatihan PPR? Menurut Ibu, mengajar itu apa? Menurut ibu, tugas guru itu apa saja? Kegiatan sehari-hari setelah mengajar di sekolah apa? Kira-kira apa kesulitan Rosalia Septi Wulansari, S.Pd. Bantul, 1 September 1986 Anaka ke-2 dari 2 bersaudara. Belum menikah Tinggal dengan orang tua di daerah Samben RT 05 Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta. Jadi dokter umum. SD N Gunung Mulyo, Sedayu 1993-1999,SMP N Sedayu 1999-2001, SMA N 1 Godean 2001-2004, Universitas Sanata Dharma 2004-2008. Pertama, karena saya ingin berbagi ilmu dengan anak-anak, melatih sabar, dan berbagi pengalaman. Kedua, karena ibu saya juga seorang guru SD. Saya mengajar baru 1,5 tahun di SD K Demangan Baru Yogyakarta kemudian pindah ke SD K Sorowajan sampai sekarangsatu semester. Tentu saja sangat didukung, apalagi Ibu saya juga seeorang guru SD, jadi baik Ibu dan keluarga besar saya sangat mendukung. Buktinya, saya dan ibu saya sering diskusi mengenai RPP dan pembelajaran di SD. 60 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. yang dihadapi sebagai guru kelas di SD? Untung dan rugi sebagai guru sd apa Bu? Apakah gaji yang Ibu dapatkan sebagai guru SD sudah sebanding dengan usaha Ibu? Metode apa yang biasanya Ibu gunakan saat pembelajaran? Cara Ibu dalam memantau kemajuan prestasi siswa? Pernahkah Ibu kunjungan ke rumah anak untuk monitoring? Apakah ke semua anak? Bagaimana sikap Ibu terhadap anak yang bermasalah? Contohnya masalah apa? Bagaimana cara mengatasinya? Pernah ikut sekabupaten Bantul. Menurut saya, mengajar itu tidak hanya menransfer ilmu pengetahuan, namun membimbing anak didik agar tidak hanya pintar dalam akademik saja tapi juga sikapnya. Tugas guru itu ya mengajar, membimbing anak didik, kemudian menyelesaikan administrasi guru. Memberikan les privat kepada beberapa anak. Kadang anak-anak sangat ngeyel untuk diatur. Kalau kerugiannya, saya belum mendapatkannya sampai saat ini, tapi keuntungannya banyak, antara lain mengenal banyak orangkomunitas, mendapatkan kepuasan batin saat mengajar anak-anak dengan baik. Menurut saya sebenarnya belum sebanding ya…namun saya tetap menjalankannya dengan penuh tanggungjawab. Saya menggunakan banyak metode ya, kadang diskusi, tanya jawab, ceramah, permainan….sesuai dengan materi yang disampaikan. Dengan ulangan harian, kemudian saya memberi les seminggu 3 kali sepulang sekolah. Tidak, saya hanya monitoring melalui orangtua murid. Perkembangan anak kan tidak 61 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. hanya tugas guru di sekolah, tapi juga butuh kerjasama dari pihak orang tua. Saya mencoba melakukan pendekatan terhadap anak tersebut. Berbicara dari hati ke hati. Anak tidak mau mengerjakan tugas, kemudian saya dekati dia, saya tanya apa yang dia mau. Saya memberikan pilihan padanya, mengerjakan atau tidak dapat nilai. Wawancara II 29 Maret 2011 11.55 WIB Kode : WkPg290311 62 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. Di dalam PPR, ada tahap refleksi, menurut Ibu, refleksi itu apa? Apakah setiap akhir pelajaran Ibu selalu melakukan refleksi dengan anak-anak?Pertanyaan seperti apa yang biasanya Ibu ajukan? Bagaimana cara siswa menjawab refleksinya? Lisan atau tertulis? Apakah pertanyaan refleksi yang ibu ajukan sama dari hari ke hari? Apakah alasan Ibu memilih pertanyaan tersebut? Setelah refleksi apa yang Ibu lakukan? Menurut Ibu, apakah ada kekhasan dari format RPP PPR? Dimana cirri khasnya? Menurut Ibu dalam kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, dimana letak PPRnya dan apa perbedaannya dengan pembelajaran biasa? Apakah Ibu senang dengan PPR atau tidak? Jika tidak pembelajaran seperti apa yang Ibu senangi? Berapa lama ibu menyiapkan pembelajaran dengan menggunakan PPR? Apakah ibu selalu menerapkan PPR setiap hari dan semua pelajaran? Apakah ada kesulitan Kegiatan dalam PPR untuk mengingat kembali apa yang telah anak-anak dapat dalam belajar. Iya Misalnya “bagaimana perasaan kalian setelah mempelajari materi tadi? ” “Apa yang kalian dapatkan? ” Siswa menjawab kadang lisan, kadang tertulis di buku refleksi yang sudah ada. Kadang sama, kadang tidak, sesuai dengan materi yang disampaikan. Disesuaikan dengan materi yang saya sampaikan. Saya memberikan arahan kepada anak untuk melakukan tindak lanjut setelah refleksi, misalnya membuang sampah pada tempatnya. Kekhasan dari format PPR yaitu terletak pada tahap refleksi dan aksi. Tentu saja yang membedakan pada tahap refleksi dan aksi. Karena dalam pembelajaran sebelumnya tahap itu tidak ada. 63 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. dalam menerapkan PPR? Seberapa jauh keberhasilan siswa dalam prestasi belajarnya jika menggunakan PPR? Faktor pendukung apa yang membuat PPR berhasil di kelas Ibu? Yaaa… Saya merasa senang saja. Kira-kira saya menyiapkannya selama seminggu. Sebisa mungkin saya terapkan setiap hari, walaupun tidak secara penuh dan ada mata pelajaran yang tidak menggunakan PPR, misalnya matematika pada materi tertentu. Ada, tapi masih bisa diatasi. Misalnya tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan PPR. Perubahan itu pasti ada, namun tidak langsung nampak. Kalau prestasi belajar, rata-rata meningkat, namun ada juga anak yang masih biasa-biasa saja. Selain anak itu sendiri, ada guru dan orang tua murid yang mendukung keberhasilan PPR. Wawancara III 29 April 2011 10.00 WIB Kode: WkPg290411 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. Di dalam PPR pasti ada aktivitas refleksi, berapa lama siswa melakukan refleksi? Secara tertulislisan? Jika refleksi tertulis, apakah semua anak menulis? Apakah ada bukti Kurang lebih 15 menit, kadang lisan, kadang tertulis, bergantung ketersediaan waktu. Iya, semua anak menulis di buku refleksi mereka masing- masing. Karena anak kelas empat ini 64 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. tulisannya? Jika refleksi lisan, apakah semua anak menjawab pertanyaan bimbingan gurumensharingkan langsung? Apakah anak mensharingkan dengan sukarela atau perintah guru? Apakah semua anak mensharingkan, atau anak- anak tertentu? Apakah dari hasil refleksinya itu, siswa merasa hal itu penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau sebaliknya, hanya sekedar tahu bahwa itu penting dan tidak dilakukan? Apakah pertanyaan dalam setiap refleksi berbeda? Apa bedanya? Berikan buktinya masih malu-malu, maka mereka harus dengan perintah guru untuk bisa mensharingkan refleksi mereka. Kadang dengan duduk di kursi mereka masing-masing, kadang berdiri di depan kelas. Tidak semua anak kebagian waktu untuk mensharingkan refleksi mereka, sehingga hanya anak-anak tertentu saja. Ya anak tahu bahwa itu penting, namun karena mungkin masih anak-anak jadi kadang mereka tidak melakukan dan butuh teguran dari guru. Iya, berbeda, sesuai dengan mata pelajaran dan materi yang diajarkan. Misalnya: Misalnya pada mata pelajaran IPA, antara perubahan lingkungan dengan lternative. Pada perubahan lingkungan guru memberikan pertanyaan s eperti “ apakah tindakanmu sekarang lebih sering merusak lingkungan atau malah menjaga lingkungan?, apa yang kamu lakukan?, bagaimana dampaknya?, apa tindakanmu selanjutnya?”. Kemudian pada lternative, pertanyaannya berupa “ bagaimana perasaanmu setelah mempelajari materi ini? Bagaimana menurutmu penggunaan alternative? Apa 65 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. Apakah refleksi yang Ibu lakukan dengan bantuan media? Medianya apa? Dalam materi apa? Atau sebaliknyatidak menggunakan media apapun Aksi sebagai tindak lanjut dari refleksi siswa, apakah dapat dilihat bahwa siswa semakin baikrajin? Siswa yang mana? Siapa namanya? Berapa orang? Semakin rajin anak dalam indikator apa? Apakah hal itu berlangsung lama atau hanya seketika? Misalnya apa? Apa contoh aksi yang dilakukan siswa? Apakah aksi tersebut dilakukan dengan terpaksa atau sukarela? Dalam hal evaluasi, ibu lakukan dengan apa? Menurut Ibu, ukuran prestasi itu apa? Bagaimana cara mengukurnya? Dalam pemberian soal apa standar soal sama atau tindakanmu selanjutnya?”. Dari kegiatan refleksi ini siswa tahu bahwa hasil refleksinya tersebut penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Saya lakukan tanpa bantuan media seperti video, tape, dll., hanya saja terkadang menggunakan selembar kertas yang berisi gambar-gambar untuk membantu kepekaan anak. Misalnya dalam materi masalah sosial, saya menggunakan gambar-gambar contoh masalah sosial. Iya, dapat dilihat, namun tidak secara langsung. Butuh proses dari hari ke hari. Contohnya: Naha, dulu Ia sangat tomboy dan suka ngatur-ngatur temannya dengan bentak-bentak. Lambat laun Ia semakin feminine dan bisa mengalah dengan temannya. Ada juga yang masih tetap nakal dan sulit diatur, dulu kalau mengerjakan tugas atau bahkan ulangan, kalau dia tidak mau ya tidak mau. Istilahnya moody. Jalu Kira-kira 50 lebih anak yang mengalami perubahan menjadi baik. Iya. Misalnya dalam hal bersikap, beberapa dari mereka sudah bisa menyadari bahwa tugas piket dilaksanakan bergiliran. Hal itu berlangsung dengan butuh proses, jadi terkadang anak masih butuh teguran atau perlu diingatkan. Misalnya membuang sampah pada tempatnya, menyirami tanaman, menyapu. WK236- 244290411 66 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. tidak? Apakah ada bukti peningkatan di dalam diri siswa? Siswa yang mana? Dalam hal media, Ibu menggunakan yang sudah jadi atau membuat sendiri? Alasannya apa? Berikan contohnya Dengan sukarela namun kadang harus diingatkan. Ulangan harian, pengamatan sehari-hari. Dapat dilihat dari akademik dan nonakademik. Akademik dengan ulangan dan test. Nonakademik dengan pengamatan sehari-hari. Tidak, ada yang sulit, sedang, mudah. Diratakan. Ada. Misalnya Tasya, rata-rata nilainya cenderung membaik. Kadang menggunakan yang sudah jadimatematika: kubus dan bangun ruang lainnya, kadang menggunakan buatan sendiri misalnya IPA. Anak-anak membawa alat sendiri dari rumah untuk praktek, seperti botol. WK277- 278290411 Wawancara IV 2 Mei 2011 09.00 WIB Kode: WkPg020511 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. Menurut Ibu, apakah tujuan PPR itu? Apakah PPR yang Ibu terapkan sudah mengarah pada tujuan? Buktinya apa? Apakah PPR mempunyai PPR mempunyai tujuan untuk membantu siswa agar bisa memahami dan menerapkan apa yang mereka dapat dari suatu pembelajaran melalui refleksi dan aksi. Sudah sedikit banyak mengarah kepada tujuan di atas. Hal itu terbukti dari kegiatan refleksi dan aksi yang selalu saya terapkan 67 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. 319. 320. 321. 322. 323. perbedaan dengan metode lain? Jika ada, apa? Misalnya beda PPR dengan diskusi, praktikum, ceramah, cbsa, ctl, pemberian tugas? PPR itu apa sehingga Menurut Ibu, yang paling penting dalam dapat membedakan dengan metode lain? Apakah pendekatan dan metode itu sama pengertiannya? Atau pendekatan lebih tinggi kedudukannya atau sebaliknya? dalam setiap pembelajaran. Ada. Perbedaannya yaitu terletak pada refleksi dan aksi. Kalau metode yang lain tidak ada aktivitas tersebut. Misalnya diskusi, hanya membahas masalah secara berkeompok. Praktikum, hanya praktek dalam lab, ceramah hanya guru yang ceramah, cbsa hanya membaca, ctl cenderung hanya di sekolah, pemberian tugas hanya mengerjakan tugas. Ya itu tadi, jika dalam PPR ada lima langkah pokok dan yang membedakan adalah refleksi dan aksinya. Pendekatan dengan metode hampir sama, namun berbeda, karena metode lebih condong kepada cara guru untuk memberikan materi sedangkan pendekatan merupakan kegiatan guru untuk menangani siswa, misalnya apa kesulitan anak dalam belajar. 68 LAMPIRAN 4 69 Subyek 3: Orang Tua Siswa Tanggal wawancara: 23 Mei 2011 Orang Tua 1: Bapak TT Kode wawancara: OtVPg230511 Tanggal wawancara: 24 Mei 2011 Orang Tua 2: Ibu BD Kode wawancara: OtKPg240511 No. Pertanyaan Jawaban Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Apakah ada perubahan sikap pada anak yang menjadi lebih baik dari hari ke hari? Perubahan sikap seperti apakah itu? ceritakan secara singkat Apakah anak di rumah selalu membantu teman atau tetangga tanpa disuruh? Berikan contohnya Apakah anak di rumah selalu membantu pekerjaan orang tua? Berikan contohnya Apakah anak sudah bisa bertanggungjawab akan tugasnya sebagai pelajar dari hari ke hari? TT: Vr mengalami perubahan sikap yang sangat terlihat jika dibandingkan sebelum mendapatkan PPR, yaitu sikap pemberani dalam setiap hal. Sekarang Vr berani untuk berkecimpung di dalam masyarakat, terutama dalam kegiatan gereja. Misalnya ikut Puteri Altar. BD: Perubahan sikap positif yang dialami Kn tidaklah terlalu terlihat. Masih seperti biasanya. TT: Ya, ketika bermain dengan teman sebayanya, Ia menghampiri teman untuk pergi bersama-sama ke gereja.BD: Kinanti termasuk anak yang responsif, misalnya terhadap teman yang kurang mampu dalam hal ekonomi, Ia langsung mau memberi bantuan. Namun menurut Bu BD terkadang temannya tersebut malah memanfaatkan kebaikan Kinanti, misalnya Kinanti disuruh ke rumah untuk mengambil uang atau makanan yang kepada mereka. OtV1- 9230511 Lampiran 4: Wawancara 70 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 Apakah anak bisa menyadari setiap kesalahan yang dia perbuat setiap harinya dengan meminta maaf ? dalam hal apa? Berikan contohnya Apakah ada perubahan dalam hal tutur kata bicara di setiap percakapan dengan orang-orang di rumah dan sekitarnya? Berikan contohnya Apakah perubahan- perubahan pada no. 2-6 tersebut nampak pada hari ke hari atau hanya pada saat tertentu saja? Apakah saat menemukan masalah yang sama no. 2-6, anak akan melakukan tindakan yang sama dalam penyelesaiannya? Apakah pelajaran yang telah diterima anak di sekolah langsung diterapkan anak di rumah dan lingkungan sekitarnya? Berikan contohnya bukan mengulang pelajaran namun melakukanmempraktek TT: Karena masih kelas IV SD, maka Vera hanya mengerjakan pekerjaan yang ringan, misalnya meletakkan piring ke rak- rak’an. BD: Berhubung di rumah ini sudah ada pembantu, jadi pekerjaan rumah dikerjakan oleh pembantu rumah tangga. Anak tidak pernah membantu pekerjaan rumah. TT: Sudah sangat bertanggungjawab. Malahan Vr lebih bisa mengerti mana hal yang lebih penting antara bermain dulu atau belajar. BD: Dalam keluarga kami sudah mengajarkan bahwa belajar sebagai kebutuhan pribadi, jadi anak sudah tahu tugas mereka sebagai pelajar. TT: Sejauh ini anak saya tidak pernah melakukan kesalahan yang berarti, jadi tidak perlu minta maaf kepada saya. Vera adalah anak yang baik. BD: Saat melakukan suatu kesalahan dalam bertindak misalnya, Ia belum bisa mengakui kesalahannya dengan meminta maaf secara langsung terhadap mamanya. TT: Iya, Vr cenderung sopan saat bertutur kata. BD: Dalam bertutur kata, Ia masih membawa kosata yang kadang kurang baik yang Ia dapat dari teman-teman sekitar rumah, walaupun Ia tidak begitu paham dengan arti dari kosakata tersebut. TT: Iya, Ver semakin mengalami perubahan yang positif. BD: Secara keseluruhan, Kinanti belum mengalami OtK87- 100240511 71 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 kan materi yang telah dipelajari. perubahan yang signifikan dalam bersikap pasca mendapatkan PPR di sekolah, namun rasa empati terhadap teman sebaya saat bergaul di lingkungan rumah semakin terlihat saat Ia memberi bantuan baik berupa materimisalnya makanan dari rumah maupun moril. TT: iya. BD: cenderung iya. TT: Iya, misalnya tahu tanggungjawab untuk belajar, membantu teman, ikut kegiatan bergereja, mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan- ringan. BD: Aksi yang dilakukan Kn di rumah terlihat saat Ia bergaul dengan teman-temannya di sekitar rumah. Ia mau membantu teman yang sedang butuh pertolongannya, misalnya mengantarmenemani teman ke toko, memberi makanan pada teman yang lapar. 72 LAMPIRAN 5 73 Subyek: 2 Orang Siswa Tanggal wawancara: 24 Mei 2011 Kode wawancara: SPg240511 No. Pertanyaan Jawaban Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Apakah kamu pernah mendengar istilah PPR? Apa itu? Apakah Ibu Wulan selalu melakukan refleksi disetiap akhir pelajaran? Menurutmu Ibu Wulan itu bagaimana, baik atau galak, atau bagaimana? Apakah selama dibimbing Ibu Wulan kamu mengalami perubahan? misalnya semakin rajin, baik, atau apa? Apakah kamu senang belajar menggunakan PPRdengan Ibu Wulan? Bagaimana perasaanmu setelah melakukan refleksi? Aksi apa yang biasanya kamu lakukan di sekolah? Apa kamu melakukan aksi itu tiap hari? Apa yang kamu rasakan saat melakukan aksi? Kenapa? I: tidak. II: tidak. I: kadang-kadang. II: iya. I: baik, sabar banget. II: baik, sabar, tidak galak. I: Iya, semakin rajin mengerjakan PR dan tugas. II: Iya, tidak mencontek teman, rajin belajar dan piket. I: Iya, senang, Bu Wulan baik. II: iya, senang. I: Senang, karena bisa tahu pelajaran tadi lebih dalam. II: Senang, karena bisa crita ke teman-teman tentang apa yang dirasakan dan di dapat. I: Menyapu, piket II: Menyirami tanaman, buang sampah pada tempatnya. I: Kadang-kadang. II: Iya, tapi kalau menyirami kadang-kadang. I: Senang, karena menyenangkan. II: Senang, karena tidak susah. I: Menyapu lantai. II: Bantu ibu cuci piring. S14-19240511 S21-24240511 S45-47240511 Lampiran 5: Wawancara 74 37 38 39 40 41 42 43 Aksi apa yang kamu lakukan di rumah? Contohnya? Bagaimana perasaanmu melakukan aksi tersebut? I: Senang, karena jadi bersih. II: Senang, karena bisa bantu ibu. 75 LAMPIRAN 6 76 Penerapan PPR oleh Peneliti Peneliti melakukan penerapan PPR dengan mengajar di kelas IVB pada mata pelajaran IPS dan PKn. Setiap mata pelajaran memiliki alokasi waktu 2 JP. Pertemuan pertama

1. Langkah-langkah