POLA ASUH ORANGTUA, PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN

22 Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong 2009 menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik. Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting karena memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan. Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok. Dengan demikian, kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera music, dan tata bahasa, seringkali mengirbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.

E. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya sendiri Sarwono, 2010. Gunarsa menjelaskan hubungan seksual sebagai persenggamaan atau bersatunya antara manusia yang berlainan jenis. 23 Hubungan seksual juga merupakan ekspresi akan perasaan cinta, cara berkomunikasi intim, dan cara mencapai kedekatan emosional Gunarsa, 1991 Perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita di luar perkawinan yang sah Sarwono, 2005. Mu’tadin 2002 mengatakan bahwa perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut agama dan kepercayaan masing- masing. Bentuk-bentuk perilaku seksual remaja menurut Sarwono 2010 dan soetjiningsih 2008 yaitu berkencan, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman bibir, merabadiraba bagian sensitive dalam keadaan berpakaian, menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian, saling membuka baju, merabadiraba bagian sensitive dalam keadaan tanpa pakaian, mencium dicium bagian sensitive dalam keadaan tanpa pakaian, menempelkan alat kelamin, dan berhubungan seksual. Menurut Kinsey et al, 1965, perilaku seksual meliputi 4 tahap sebagai berikut: 1. Bersentuhan touching mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan. 2. Berciuman kissing.Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut 24 dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam deep kissing. 3. Bercumbu petting menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual. Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan orgabn kelamin. Hal ini juga termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian. 4. Berhubungan kelamin Sexual Intercourse. Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual. Menurut Sarwono 2006, secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh : 1. Meningkatnya libido seksual Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. 2. Penundaan usia perkawinan Peningkatan taraf pendidikan masyarakat membuat semakin banyak anak-anak perempuan yang bersekolah dan membuat semakin tertundanya kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya. 3. Tabu larangan