PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF REMAJA
21
1. Authoritarian, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman kekerasan dengan cara orangtua memaksakan kehendaknya, sehingga
orangtua dengan pola asuh authoritarian memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya.
2. Authoritative, yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan
mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarkan.
3. Permissive, Maccoby dan Martin dalam Santrock, 1998 membagi pola asuh ini menjadi dua, yaitu neglectful parenting dan indulgent parenting.
Neglectful yaitu bila orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak yang akan menghasilkan anak yang kurang memiliki kompetensi sosial
karena adanya kecenderungan kontrol diri yang kurang. Indulgent yaitu bila orangtua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun hanya
memberikan kontrol dan tuntutan yang sangat minim selalu menuruti atau membebaskan sehingga mengakibatkan kompetensi sosial tidak
adekuat karena anak kurang mampu untuk melakukan kontrol diri dan menggunakan kebebasannya tanpa tanggung jawab serta memaksakan
kehendaknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitadesi 2010, kontribusi
figur kelekatan orangtua dan kontrol diri terhadap perilaku seksual lebih menonjol dibandingkan dengan pengaruh dari media, pengaruh teman
sebaya, dan gaya hidup remaja.
22
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong 2009 menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik. Selama tahap
remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena
mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting karena memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan. Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian, kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja
awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera music, dan tata bahasa,
seringkali mengirbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.