REMAJA YANG TINGGAL DI DESA DAN DI KOTA

29 penghidupannya agraris terpengaruh alam dan iklim dan memiliki pekerjaan sambilan non agraris Ciri-ciri desa adalah sebagai berikut; mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa, ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan, cara berusaha ekonomi adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Masyarakat desa adalah masyarakat yang tinggal jauh dengan pusat pemerintahan, untuk daerah Yogyakarta, berarti semakin jauh dengan Kraton, maka berarti ia tinggal di desa. Masyarakat desa memiliki ciri-ciri; lebih cenderung saling tolong menolong, memiliki pekerjaan sebagai petani, fasilitas masih sulit ditemukan, warganya masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan hal-hal yang baru. 30

G. PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL ANTARA

REMAJA YANG TINGGAL DI KOTA DAN DI DESA Ketersediaan lembaga pendidikan berbeda antara wilayah yang satu dengan yang lain. Di wilayah kota, ketersediaan lembaga pendidikan lebih banyak dan lebih berkualitas dari pada di desa. Hal ini berakibat pada individu usia anak-anak hingga remaja yang tinggal di kota memiliki lebih banyak kesempatan untuk menempuh pendidikan yang semestinya. Berbeda dengan individu usia anak-anak hingga remaja yang tinggal didesa, karena ketersediaan lembaga pendidikan yang terbatas, maka tidak mengherankan juga sebagian dari mereka tidak mampu menempuh pendidikan yang semestinya hingga harus putus sekolah. Seperti yang kita ketahui, bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, karena pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari lembaga pendidikan dimana kita belajar. Hal ini juga berlaku pada sikap individu terhadap perilaku seksual. Pemahaman baik buruknya perilaku seksual yang dilakukan sebelum menikah dapat diberikan melalui pendidikan yang diterimanya. Bahkan Dewi 2009 yang meneliti mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Negeri 1 Baturraden dan SMA Negeri 1 Purwokerto, menemukan bahwa jumlah remaja SMA Negeri 1 Purwekerto yang melakukan perilaku seksual seksual pranikah lebih sedikit dibandingkan dengan SMA Negeri 1 Baturraden. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya pemberian informasi 31 tentang kesehatan reproduksi remaja saat awal masuk sekolah di SMA Negeri 1 Purwokerto. Selain itu, ketika remaja dapat menempuh pendidikan yang semestinya, ia memiliki wadah untuk mengeksplorasi bakat dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga semua dorongan-dorongan yang ada di dalam dirinya, termasuk dorongan seksual yang sedang menggebu di usia remaja tersalurkan melalui lembaga pendidikan. Kegiatan remaja dalam mengisi waktu luang berpengaruh terhadap perilaku seksual Dewi, 2009, misalnya melalui kegiatan ekstrakulikuler. Dengan tidak ada waktu lagi untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak berguna atau berakibat pada buruknya masa depannya kelak, maka tenaga dan pikiran mereka hanya akan habis untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Hal ini juga berlaku untuk sikap mereka terhadap perilaku seksual, ketika waktu dan tenaga mereka disalurkan untuk belajar dan kegiatan ekstrakulikuler, maka akan berpengaruh pada sikap mereka, khususnya terhadap perilaku seksual. Di era yang semakin modern ini, lembaga pendidikan juga tidak hanya bertugas untuk memberikan ilmu pengetahuan lewat pelajaran sekolah saja. Lembaga pendidikan juga dituntut untuk memberikan pengetahuan moral. Moralitas inilah yang nantinya juga akan berpengaruh pada sikap seseorang. Selain itu, saat ini lembaga pendidikan dituntut untuk update mengenai issue- issue yang berkembang di dunia anak dan remaja. Lembaga pendidikan yang ada di kota pastinya lebih mudah mengakses issue-issue tersebut sehingga dapat memberikan pengarahan yang baik pada anak didiknya. Sementara 32 untuk lembaga pendidikan yang berada di desa lebih sulit karena keterbatasan media untuk mengakses informasi terbaru sehingga tenaga pendidik mereka pun tidak bisa membagi informasi-informasi terbaru kepada anak didik dan dapat berakibat pada anak dan remaja desa mencari sendiri informasi- informasi yang ingin mereka ketahui, misalnya mengenai perilaku seksual. Dan ketika mereka mencari sendiri tanpa ada pengarahan dapat berakibat pada munculnya suatu bentuk dukungan terhadap perilaku seksual pranikah karena menganggap hal tersebut sudah lumrah dilakukan di era yang semakin modern seperti sekarang ini. Sebagian besar orangtua mungkin mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan anak-anaknya yang berkaitan dengan seks, sehingga pertanyaan tersebut cenderung dialihkan ke hal-hal yang kurang rasional sehingga remaja semakin gencar mengejar pertanyaan yang lebih rumit. Seiring dengan berkembangnya remaja baik secara fisik, psikis, maupun sosial, remaja berusaha mencari dan mencoba serta ingin diakui jati dirinya Davidson Neale, 1990. Apabila pada masa tersebut kurang atau bahkan tidak mendapatkan arahan dari orangtuanya, maka dikhawatirkan terjadi perilaku mencoba dan meniru yang tidak sesuai dengan aturan masyarakat, apalagi mengingat bahwa keluarga adalah tempat dimana anak menghabiskan waktu Perubahan – perubahan perilaku pada remaja sebenarnya dapat dimaklumi bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan