PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH LANDASAN TEORI

24 dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam deep kissing. 3. Bercumbu petting menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual. Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan orgabn kelamin. Hal ini juga termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian. 4. Berhubungan kelamin Sexual Intercourse. Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual. Menurut Sarwono 2006, secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh : 1. Meningkatnya libido seksual Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. 2. Penundaan usia perkawinan Peningkatan taraf pendidikan masyarakat membuat semakin banyak anak-anak perempuan yang bersekolah dan membuat semakin tertundanya kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya. 3. Tabu larangan 25 Saat usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut berkembang pada tingkatan lain seperti berciuman dan masturbasi, sedangkan untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut. 4. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Remaja yang sudah mulai mengalami kematangan seksual secara lengkap kurang mendapat pengarahan dari orangtua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak kesempatan untuk menikmati seksual pornografi melalui media massa yang membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resiko- resiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual. 5. Pergaulan semakin bebas Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orangtua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh sebab itu disamping komunikasi yang baik dengan anak, orangtua juga perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orangtua. 26 Sedangkan menurut Bachtiar 2004, faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja, yaitu : 1. Pendidikan Pendidikan yang rendah akan cenderung melakukan seks pranikah dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi dan berprestasi. Jika melihat tingkat pendidkan subjek, dapat dikatakan subjek yang tinggal di kota memiliki pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan di desa sehingga kemungkinan untuk melakukan seks pranikah lebih besar dilakukan oleh remaja yang tinggal di desa. . 2. Sosial Ekonomi Individu dengan tingkat ekonomi rendah akan cenderung melakukan seks pranikah agar pasangan dapat memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan. 3. Pengaruh teman Pengaruh teman memang sangat kuat, individu yang berteman dengan banyak orang yang melakukan perilaku seks pranikah akan lebih cenderung melakukan perilaku yang sama juga. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Gunarsa 2004, yaitu : 1. Peluang Kesempatan Waktu Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka lebih mudah menimbulkan adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja mementingkan 27 hidup bersenang-senang, bermalas-malas, berkumpul-kumpul sampai larut malam yang akan membawa remaja pada pergaulan bebas. 2. Pengaruh Norma Budaya dari Luar Remaja menelan begitu saja apa yang dilihatnya dari budaya barat yang cenderung melakukan perilaku seks bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Suryoputro 2006, Sarwono 2010, dan Pangkahila 2005 antara lain Faktor internal yang terdiri dari hormonal atau dorongan seksual, pengetahuan seksual yang dimiliki remaja, citra diri, ajaran agama yang diyakini, dan tingkat pengendalian diri. Sementara faktor eksternal yang terdiri dari penundaan usia perkawinan, tingkat perkembangan teknologi dan informasi, sikap orangtua dan pendidikan seksual yang diajarkan orangtua kepada anaknya, serta norma dan nilai yang berlaku dalam lingkungan sosial bermasyarakat. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah ialah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dalam bentuk bersentuhan, berciuman, bercumbu, maupun berhubungan kelamin dan dilakukan di luar ikatan pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama.

F. REMAJA YANG TINGGAL DI DESA DAN DI KOTA

Menurut Louis Wirth Ansy’ari, 1993, kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen 28 kedudukan sosialnya. Sehingga remaja yang tinggal di kota ialah individu usia remaja yang tinggal dipemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya Ciri-ciri fisik kota antara lain, tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan, tersedianya tempat-tempat untuk parkir, terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga, penataan perumahan dan ruang luar melalui hasil perencanaan, penentuan wilayah teratur, pembangunan secara vertikal keatas, bangunan padat, penduduk padat, penentuan wilayah teratur. Masyarakat kota merupakan yang tinggal di daerah dekat dengan pusat pemerintahan, untuk daerah Yogyakarta, berarti semakin dekat dengan Kraton, maka berarti ia tinggal di kota. Ciri-ciri masyarakat perkotaan antara lain; dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki batas yang nyata, kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak, dan perubahan tampak lebih nyata karena kota biasanya lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Menurut Landis Ansy’ari, 1993, Desa merupakan wilayah yang berpenduduk kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri pergaulan hidup yang saling mengenal, mempunyai pertalian perasaan, cara penghidupannya agraris terpengaruh alam dan iklim dan memiliki pekerjaan sambilan non agraris. Sehingga remaja yang tinggal di desa ialah individu usia remaja yang tinggal diwilayah yang berpenduduk kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri pergaulan hidup yang saling mengenal, mempunyai pertalian perasaan, cara 29 penghidupannya agraris terpengaruh alam dan iklim dan memiliki pekerjaan sambilan non agraris Ciri-ciri desa adalah sebagai berikut; mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa, ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan, cara berusaha ekonomi adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Masyarakat desa adalah masyarakat yang tinggal jauh dengan pusat pemerintahan, untuk daerah Yogyakarta, berarti semakin jauh dengan Kraton, maka berarti ia tinggal di desa. Masyarakat desa memiliki ciri-ciri; lebih cenderung saling tolong menolong, memiliki pekerjaan sebagai petani, fasilitas masih sulit ditemukan, warganya masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan hal-hal yang baru.