Pemeriksaan Kriteria Seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yan terpilih berdasarkan skor kepatuhan secara komputerisasi dari
kantor pusat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi subjektivitas dalam pemilihan Wajib Pajak yang akan diperiksa.
b. Kriteria Pemeriksaa Khusus.
Pemeriksaan khusus pda KPP Pratama Medan Polonia dilakukan dengan PL Pemeriksaan Lapangan atau PSL Pemeriksaan Sederhana Lapangan untuk
satu, beberapa atau selurus jenis kewajiban pajak, dalam hal ini termasuk Wajib Pajak yang diberikan fasilitas pemgembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak, berdasarkan: 1.
Data baru atau data semula belm terungkap. 2.
Permintaan Wajib Pajak. 3.
SPT Tahunan lebih bayar hasil edit.
c. Kriteria Pemeriksaan Lokasi.
Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi dilakukan atas cabang, perwakilan tempat usaha dari Wajib Pajak Domisili yang berada di Wilayah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia atas permintaan KPP Domisili.
d. Kriteria Pemeriksaan Tahun Berjalan.
Pemeriksaan Tahun Berjalan dapat dilakukan tanpa perlu dikaitkan dengan tahun pajak sebelumnya. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap Wajib Pajak
Badan yang akan tutup usaha, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pajak tahun berjalan terhadap Wajib Pajak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pada Tabel 4.2 berikut disajikan statistik deskriptif dari tiap-tiap variabel.
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber : data diolah, 2013 Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan PPh pasal 2529
wajib pajak badan dengan data 36 bulan adalah Rp 3,88 × 10
9
, dengan standar deviasi Rp 2,932 x 10
9
. Rata-rata kepatuhan wajib pajak badan yang aktif dengan data 36 bulan adalah 20,6179 persen, dengan standar deviasi 2,68 persen. Rata-
rata pemeriksaan pajak wajib pajak badan dengan data 36 bulan adalah Rp 1,22 × 10
9
, dengan standar deviasi Rp 1,527 x 10
9
.
4.2.2 Hasil pengujian asumsi klasik
Berikut disajikan uji asumsi klasik yang diolah dengan program SPSS versi 16.0.
a. Uji Multikolienaritas
Deteksi yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi multikolienaritas dalam penelitian ini adalah VIF Variance Inflation Factor dan tolerance.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas
Sumber : data diolah, 2013 Pada Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan nilai tolerance
menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10 persen yang berarti tidak ada korelasi antarvariabel bebas. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Factor VIF juga menunjukkan hasil yang sama bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : data diolah, 2013 Pada Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa variabel bebas kepatuhan tidak
signifikan mempengaruhi nilai absolute residual statistik dari model regresi yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan. Hal ini terlihat dari nilai t hitung variabel kepatuhan yaitu sebesar 1,007, lebih kecil daripada nilai t tabel pada α2 = 0,025, yaitu 2,02. Ini berarti
model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas