Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB II PENUNJUKKAN DAN PENETAPAN KAWASAN HUTAN DI KEPULAUAN

RIAU BERDASARKAN SK MENTERI KEHUTANAN RI NO. 463MENHUT- II2013 DI KOTA BATAM

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas 5 lima kabupaten dan 2 dua kota, yakni Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam. Sesuai dengan Undang-Undang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, luas wilayahnya sebesar 251.810,71 km², meliputi luas lautan 241.215,30 km² 95,79 dan sisanya seluas 10.595,41 km² 4,21 merupakan wilayah daratan. 49 Beberapa pulau yang relatif besar diantaranya Pulau Bintan merupakan lokasi kedudukan Ibukota Provinsi Tanjungpinang, Pulau Batam merupakan Pusat Pengembangan Industri dan Perdagangan, Pulau Rempang, dan Galang merupakan kawasan perluasan wilayah industri Batam, Pulau Karimun, Pulau Kundur, Pulau 49 Tim Terpadu, II, Perubahan Kawasan Hutan Kepulauan Riau, Jakarta: Kementrian Kehutanan, 2012, hlm 1. Universitas Sumatera Utara Lingga, Pulau Bunguran di Natuna, serta Gugusan Pulau Anambas. Berikut Tabel Risalah KabupatenKota di Provinsi Kepulauan Riau : 50 No. Nama KabupatenKota Ibukota Dasar Hukum Pembentukan Keterangan 1. Kabupaten Bintan Bandar Seri Bentan UU No. 12 Tahun 1956; dengan perubahan nama dari Kabupaten Kepulauan Riau menjadi Kabupaten Bintan sesuai PP No. 5 Tahun 2006 Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau yang dikurangi dengan pemekaran pengembangan kabupatenkota 2. Kabupaten Karimun Tanjung Balai Karimun UU No. 53 Tahun 1999; sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2008 Wilayah berasal dari sebagian Kabupaten Kepulauan Riau 3. Kabupaten Natuna Ranai UU No. 53 Tahun 1999; sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2008 Wilayah berasal dari sebagian Kabupaten Kepulauan Riau 4. Kota Batam Batam Sebelumnya dengan nama Kotamadya Batam dengan pembentukannya sesuai PP No. 34 Tahun 1983; kemudian menjadi Kota Batam sesuai UU No. 53 Tahun 1999 Wilayah berasal dari Kotamadya Batam dan sebagian Kabupaten Kepulauan Riau 5. Kota Tanjungpinang Tanjung Pinang UU No. 5 Tahun 2001 Wilayah berasal dari sebagian Kabupaten 50 Tim Terpadu, V, Kajian Penelitian Terpadu Perubahan Kawasan Hutan Dalam Usulan Paduserasi TGHK Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Jakarta: Kementrian Kehutanan, 2012, hlm 1. Universitas Sumatera Utara Kepulauan Riau 6. Kabupaten Lingga Daik Lingga UU No. 31 Tahun 2003 Wilayah berasal dari sebagian Kabupaten Kepulauan Riau 7. Kabupaten Anambas Tarempa UU No. 33 tahun 2008 Wilayah berasal dari sebagian Kabupaten Natuna Penelitian ini difokuskan pada Kota Batam, kota Batam terletak pada jalur yang sangat strategis karena kota ini bersebelahan dengan Selat Singapura dan Malaysia di bagian utara, berbatasan dengan Kabupaten Lingga di sebelah selatan, dengan Kabupaten Karimun di barat serta arah timur dengan Pulau Bintan dan Tanjung Pinang. Hal ini menjadikan Kota Batam sebagai jalur yang harus dilewati oleh banyak pedagang mulai dari skala kecil sampai pedagang raksasa. Hal ini karena sebagai jalur pelayaran internasional menyebabkan kota ini mampu menjadi daya tarik bagi orang luar untuk mendapatkan keuntungan di sana. 51 Hal ini dapat dipahami karena dengan besarnya arus perdagangan maka akan menimbulkan multiplier effect 52 bagi bidang usaha lainnya seperti semakin pesatnya kawasan hiburan, semakin maraknya pusat perbelanjaan dan sebagainya. Multiplier effect ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi kota Batam langsung menanjak. 53 Tujuan awal yang menjadikan Pulau Batam sebagai Singapuranya Indonesia, mendorong pemerintah Indonesia membuat keputusan untuk menjadikan Pulau 51 http:esraromasi.blogspot.com201311ketidakpastian-hukum-di-batam.html diakses pada pukul 10.00. WIB Tanggal 10 Juli 2014. 52 Multiplier effect adalah hasil kali pertambahan tiap pos pendapatan nasional. Multiplier effect sendiri yang sendiri yang paling populer adalah penggandaan Pajak, Pengganda investasi, dan Pengganda belanja pemerintah. Lihat juga http:economic-course.blogspot.com201106multiplier- effect.html?m=1 diakses pada pukul 22.00 WIB Tanggal 16 Juli 2014. 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara Batam sebagai daerah industri. Untuk mewujudkannya, rencana ini didukung sepenuhnya oleh Badan Otorita Batam BOB atau yang lebih dikenal sebagai Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam. Selanjutnya berubah nama menjadi Badan Pengusahaan Batam BP Batam. Program ini terjadi pada tahun 70-an tepatnya dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973. Hal ini karena Kota Batam merupakan kota yang menempati posisi strategis. Berada di ujung pulau Indonesia serta berdekatan dengan Malaysia dan negara maju Singapura membuatnya menjadi salah satu kawasan yang terhubung dalam jalur pelayaran internasional. Batam juga dijadikan suatu kawasan yang menjadi prioritas pengembangan pertama. Pulau ini menjadi basis logistik dan operasional bagi usaha-usaha yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi minyak lepas pantai. 54

B. Sejarah Hak Atas Tanah di Kota Batam

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Atas Penyitaan Jaminan Atas Tanah Hak Milik Yang Berada Dalam Kawasan Hutan Di Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara

1 45 174

Problematika Yang Terjadi Dalam Mewujudkan Perlindungan Dan Kepastian Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah (Studi Di Kantor Pertanahan Kota Batam)

1 44 145

PENDAHULUAN PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN DI ATAS TANAH HAK PENGELOLAAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NO. 24 TAHUN 1997 DI KOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU.

0 3 25

TINJAUAN TERHADAP SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NO.463/MENHUT-II/2013 TERKAIT ALIH FUNGSI KAWASAN INDUSTRI MENJADI KAWASAN HUTAN LINDUNG DI KOTA BATAM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAH.

0 1 2

Hak Masyarakat Hukum Adat atas Wilayahnya di Kawasan Hutan

2 25 138

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI WARGA MASYARAKAT ROWOK DI KAWASAN BISNIS PARIWISATA SELONG BELANAK, KABUPATEN LOMBOK TENGAH

0 0 16

HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS WILAYAHNYA DI KAWASAN HUTAN

0 2 138

Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Atas Penyitaan Jaminan Atas Tanah Hak Milik Yang Berada Dalam Kawasan Hutan Di Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Atas Penyitaan Jaminan Atas Tanah Hak Milik Yang Berada Dalam Kawasan Hutan Di Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara

0 0 24

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP JAMINAN ATAS TANAH HAK MILIK YANG BERADA DALAM KAWASAN HUTAN DI DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

0 0 16