Berdasarkan uraian
tersebut, dapat
disimpulkan bahwa
pembelianimpulsif merupakan pembelian yang terjadi secara spontan atau tiba-tiba dan berlangsung relatif cepat tanpa menggunakan
perencanaan serta pertimbangan yang matang tanpa mempedulikan akibat yang mungkin ditimbulkan melainkan didasari oleh respon
emosional yang bertujuan untuk kesenangan serta kepuasan hasrat pembeli untuk memiliki suatu barang dengan segera.
2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif
Verplanken dan Herabadi 2001 mengidentifikasi dua aspek utama dari pembelian impulsif yaitu aspek kognitif dan aspek afektif :
a. Aspek kognitif lack of planning and deliberation Definisi dari aspek kognitif ini mengarah kepada tidak adanya
perencanaan dan pertimbangan yang baik sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.Verplanken dan Aarts dalam
Verplanken Herabadi, 2001 menyatakan bahwa pembelian mungkin tidak direncanakan ataupun dipertimbangkan terlebih dahulu
karena beberapa alasan tertentu.Misalnya ketika pembelian yang tampak tidak direncanakan justru telah direncanakan jauh sebelumnya
atau dalam hal ini terjadi pengulangan dari kebiasaan membeli maka tidak dapat dinyatakan sebagai pembelian impulsif.Verplanken dan
Herabadi 2001 juga menjelaskan bahwa aspek kognitif yang dimaksud adalah tidak adanya pertimbangan serta perencanaan dan
alasan pembelian suatu barang.
Rook dalam Cinjarevic, 2010 menyatakan bahwa pembelian impulsif biasanya merupakan pembelian yang tidak direncanakan
serta melibatkan kurangnya evaluasi dari sisi pembeli. Lee dan Kacen dalam Cinjarevic, 2010 menyebutkan perbedaan utama dari
pembelian impulsif dan pembelian yang direncanakan terletak pada kuantitas dan kualitas dari informasi yang dianalisis sebelum
pembelian dilakukan serta waktu yang dibutuhkan diantara melihat produk dan keputusan untuk membelinya. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian impulsif lebih singkat dibandingkan pembelian yang direncanakan
karena sedikitnya jumlah informasi yang perlu diproses oleh konsumen dan tanpa adanya evaluasi jangka panjang terhadap
konsekuensi dari pembelian yang dilakukan. b. Aspek afektif emotional aspect
Aspek kedua yang dimaksud oleh Verplanken dan Herabadi 2001 adalah aspek afektif atau aspek emosional.Aspek afektif ini
meliputi respon emosional yang muncul terlebih dahulu, secara serentak, ataupun setelah terjadinya pembelian yang tidak
direncanakan. Emosi paling menonjol yang biasanya berhubungan dengan pembelian impulsif adalah perasaan gembira dan kesenangan.
Selain itu muncul perasaan tiba-tiba dan keinginan untuk segera memiliki sesuatu sebelum melakukan pembelian impulsif.Hal ini bisa
saja diakibatkan oleh perilaku kompulsif ringan Verplanken
Herabadi, 2001. Ditmar and Drury dalam Verplanken Herabadi, 2001 juga menyebutkan bahwa penyesalan mungkin baru akan
dirasakan belakangan setelah melakukan pembelian, seperti perasaan menyesal karena telah membelanjakan uang yang banyak hanya untuk
kesenangan semata. Verplanken dan Herabadi 2001 juga menyatakan bahwa
aspek afektif yang dimaksud mencakup kegembiaraan, perasaan kompulsif, dan dorongan untuk menyentuh atau memiliki
produk.Pembelian impulsif terkait dengan respon emosional yang kuat. Kollat dan Willett, Hausman dan Silvera et al. dalam
Činjarević, 2010 menyatakan bahwa konsumen secara umum menggambarkan bahwa mereka merasakan pengalaman seperti
kegembiaraan, kesenangan, perasaan takut dan kepuasan hati pada saat mereka sedang berbelanja. Youn dalam Dawson Kim, 2009
menyebutkan bahwa kondisi emosional seseorang, mood dan perasaan pribadi dapat dikatakan sebagai aspek afektif seseorang. Perasaan
yang dimaksud adalah dorongan tak tertahankan untuk membeli serta emosi membeli yang positif. Ketika konsumen merasakan dorongan
yang tak tertahankan untuk maka akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian impulsif.
Jadi aspek pembelian impulsif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif sebagai
acuan skala kecenderungan pembelian impulsif.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif