belum memenuhi persyaratan kedewasaan baik secara sosial maupun psikologi masih dapat digolongkan sebagai remaja.
e. Status perkawinan sangat menentukan karena pada masyarakat Indonesia hal ini sangat penting.
Sarwono 2007 mendefinisikan batasan remaja menurut WHO sebagai berikut :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relative lebih mandiri. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa masa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan biologis
atau fisik, kognitif dan sosioemosional.Pada masa ini remaja mengalami krisis identitas serta konflik dan perubahan suasana hati. Batasan usia
pada remaja secara keseluruhan berada pada rentang 12 sampai 22 tahun.
2. Karakteristik Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik Perubahan yang pertama kali dirasakan remaja adalah
perubahan fisik dimana terjadi pubertas. Pubertas merupakan proses
perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak- anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual
membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan sering terlalu focus dengan kondisi fisiknya. Keadaan fisik pada masa remaja
dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan yang diinginkan maka dapat menimbulkan rasa
tidak puas dan kurang percaya diri Gunarsa, 1981; Papalia, Old Feldmen, 2008
b. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental
seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Piaget dalam Gunarsa, 1981; Papalia, Old Feldmen, 2008 mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif , yaitu interaksi struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap ini sebagai tahap operasi
formal Gunarsa, 1981; Papalia, Old Feldmen, 2008.Pada tahap ini remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual serta pengalaman
yang benar-benar terjadi melainkan sudah berpikir dengan fleksibel dan kompleks.Setelah memperoleh informasi maka remaja mencoba
mengartikan dengan prespektif yang dimiliki sehingga dapat mengambil keputusan sesuai dengan pilihannya Santrock, 2007.
Pada masa ini, remaja cenderung belum memiliki pemikiran yang matang ketika mendapatkan suatu informasi atau stimulus.Oleh
karena itu ketika remaja memiliki permasalahan yang harus dipecahkan, mereka cenderung gegabah dalam penyelesaian
Santrock, 2002.Masa remaja juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis serta peningkatan kemampuan remaja
dalam mengkombinasikan berbagai pengetahuan dan memiliki strategi serta spontan mempertimbangkan berbagai alternatif perencanaan
Santrock, 2011. c. Perkembangan Sosial dan Emosi
Perkembangan dalam relasi sosial pada remaja berbeda dengan masa perkembangan sebelumnya.Remaja memiliki hubungan dengan
teman sebaya yang lebih intim dibandingkan dengan orang tua santrock, 2002.Dengan demikian pada remaja maka teman peran
sebaya lebih besar.Pada masa ini remaja tidak hanya berkumpul dengan sesama jenis melainkan juga dengan lawan jenis.bagi remaja,
teman-teman merupakan sumber informasi baik itu dalam cara berpakaian, musik, film ataupun informasi lainnya.
Perkembangan aspek emosional pada remaja terjadi ketika merika berhadapan dengan situasi yang menuntut mereka untuk bisa
lebih mandiri.Remaja memiliki pengalaman emosional pada dirinya yang mengandung perasaan senang, sedih, khawatir, keinginan untuk
melakukan sesuatu dan memiliki pengamatan tertentu.Selain itu
remaja cenderung melakukan pengambilan keputusan berdasarkan situasi emosi. Pada emosi yang tenang remaja akan membuat
keputusan yang bijaksana, senadangkan pada emosi yang tidak tenang keputusan yang diambil menjadi kurang bijaksana Santrock, 2011
3. Pembelian Impulsif pada Remaja