Pola-pola Attachment Teori Adult Attachment

14 menaruh minat pada otonomi anak, berusaha untuk menghindari suasana yang dapat menghambat kegiatan anak melalui kontrol secara langsung. Ibu juga selalu menggunakan pengarahan pada saat anak berada dalam suasana hati yang baik. Sedangkan pada ibu yang selalu mencampuri urusan anak akan selalu memaksakan keinginan atau perasaan anak saat itu serta berusaha membentuk anak sesuai keinginan atau standar ibu. 4. Accessibility – Ignoring Ibu yang mudah didekati anak dan peduli dengan anak akan mampu menangkap isyarat kebutuhan anak walaupun sedang sibuk, mampu menangkap isyarat komunikasi anak walalu sedang sibuk, memperhatikan kebutuhan anak walaupun jauh dari anak. Sedangkan ibu yang tidak peduli pada anak sering tidak mengenali atau mempedulikan isyarat kebutuhan anak dan komunikasi anak, kurang memperhatikan aktivitas anak, cenderung melupakan anak serta hanya memperhatikan anak pada saat saat tertentu.

2.2.3 Pola-pola Attachment

Melalui cara perlakuan ibu terhadap anak yang berbeda-beda, maka akan terbentuk pola attachment yang dapat berbeda-beda secara individual. Hal ini dibuktikan dengan penelitian-penelitian Ainsworth 1971; dalam Bowlby, 1988. Ada tiga pola attachment: 1. Secure attachment Anak dengan pola ini percaya bahwa ibunya akan selalu ada, responsif dan mau memberikan bantuan ketika ia memerlukannya. Anak cenderung dapat bermain dengan nyaman, bereaksi positif terhadap orang lain yang asing baginya, dan tidak terlalu membutuhkan kedekatan fisik dan tidak harus selalu dekat dengan ibunya. Pola ini terbentuk dari perlakuan ibu yang selalu peka dan sensitif terhadap kebutuhan anak, baik ketika ia sedang sibuk atau tidak, menerima dan menikmati keterikatan dengan anak secara senang hati, menaruh minat pada otonomi anak, dan berusaha tidak menggunakan kontrol langsung yang dapat menghambat kegiatan anak. 15 2. Anxious AmbivalentResistent attachment Anak dengan pola ini tidak yakin apakah orangtuanya akan selalu ada dan membantunya jika dibutuhkan, sehingga anak cenderung menjadi tidak dapat dilepaskan dan takut untuk berpisah dengan ibunya, serta rasa cemas dan tidak aman dalam mengeksplorasi lingkungannya. Rasa tidak aman ini menyebabkan anak menjadi ragu-ragu dalam menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain sehingga ia cenderung menjadi terisolasi dari lingkungan. Anak dengan pola ini mempunyai ibu yang cenderung tidak konsisten dalam mengasuh anak. Pada saat-saat tertentu ibu merespon kebutuhan anak, namun tidak di saat lainnya. Ibu yang terkadang menunjukkan sikap penolakan terhadap dan terlalu mencampuri keinginan anak dengan sering memaksakan keinginannya pada anak. Penemuan klinis juga menunjukkan bahwa seringkali orangtua memberikan ancaman perpisahan untuk mengontrol tingkah laku anak. 3. Avoidant attachment Anak dengan pola ini sama sekali merasa tidak yakin dan percaya bahwa ia akan mendapat respon atau bantuan dari ibu jika ia mencari perhatian atau bantuan dari ibunya. Anak sering mempunyai prasangka ibunya akan menolak membantunya. Hal ini akan membuat anak memutuskan untuk hidup tanpa kasih sayang dan dukungan orang lain serta cenderung untuk mencukupi kebutuhan psikologisnya sendiri dengan cara menghibur dirinya sendiri yang didiagnosis sebagai narsistik. Anak cenderung tumbuh menjadi individu yang lebih mementingkan diri sendiri. Pola ini diperoleh berdasarkan perlakuan ibu yang sering menolak anak secara konsisten serta sering tidak responsif terhadap isyarat dan komunikasi anak. Kasus yang ekstrim dihasilkan dari penolakan ibu yang secara konsisten brulang dan terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan.

2.2.4 Pengukuran Kualitas Attachment