Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap bahasa memiliki sistem yang terdiri atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dua di antara komponen sistem tersebut ialah morfologi dan sintaksis yang disebut tata bahasa atau gramatika. Dalam morfologi dibicarakan kata yang terbentuk dari penggabungan dan pengulangan suatu morfem untuk membentuk kata. Berdasarkan bentuknya, kata dapat diklasifikasikan menjadi kata dasar makan, kata berimbuhan dimakan, kata ulang makan-makan, dan kata majemuk meja makan. Selain dari bentuknya, kata pun dapat diklasifikasikan berdasarkan kategorinya, di antaranya, verba, nomina, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, dan konjungsi. Verba merupakan unsur yang terpenting dalam kalimat karena dalam banyak hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang boleh ada atau harus ada dalam kalimat itu. Verba dapat ditentukan berdasarkan tiga kriteria. Ketiga kriteria itu adalah ciri morfologis, perilaku sintaktis, dan perilaku semantis. 2 Secara morfologis kategori verba bentuk turunan dapat dilekati morfem terikat, di antaranya, me-, di-, -i, -kan, ber-, dan ter-, misalnya, merasa, dibaca, cintai, mantapkan, berdiskusi, dan terpesona. Secara sintaktis kategori verba dapat didampingi partikel tidak, sedang, atau segera, misalnya, t idak mandi, sedang mandi, dan segera mandi. Selanjutnya, kategori verba secara semantis memiliki makna inheren a perbuatan atau aksi, lari berlari, proses menguning, dan keadaan yang bukan sifat atau kualitas, misalnya, suka atau benci Alwi dkk., 1998: 87. Di samping makna inheren, makna yang diemban dalam kategori verba dapat pula gramatikal, misalnya, karena adanya afiksasi. Bentukan tulisi adalah verba perbuatan yang berulang; dibuatkan adalah verba perbuatan untuk orang lain. Selanjutnya, kategori verba dapat diamati pula dari kaitan antara verba dan nomina, yaitu menj adi dua hal. Yang pertama adalah verba aktif yang ditandai oleh morfem terikat, di antaranya, meN-, meN-kan, meN-i, dan beR-, misalnya, menulis, mendengarkan, menghadiahi, dan berdoa. Yang kedua adalah verba pasif yang ditandai morfem terikat di-, di-kan, di-i, teR-, teR-kan, teR-i, dan beberapa ke-an , misalnya, dibaca, diandalkan, dianugerahi, terjatuh, terhapuskan, terjalani, dan kehausan Kridalaksana, 1994: 53—54. 3 Sudah banyak para ahli bahasa yang megamati verba turunan dikaitkan dengan prefiks ter-, di antaranya, Alisjahbana 1982, Fokker 1983, Keraf 1984, Ramlan 1987, Kridalaksana 1989, Alieva, et al. 1991, Tadjuddin 1993, dan Alwi, dkk. 1998. Penelitian para ahli bahasa tersebut lebih difokuskan pada verba itu sendiri terutama dari segi makna. Dalam penelitian ini, verba tidak menjadi perhatian khusus, teta pi verba sebagai media untuk menghadirkan konstituen-konstituen pascaverba pasif. Dalam sintaksis dibicarakan satuan bahasa, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Berbicara tentang sintaksis tidak dapat dihindarkan dari satuan terbesarnya, yaitu kalimat. Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu, misalnya, dari inti kategori predikatnya. Berdasarkan inti kategori predikatnya, kalimat dapat dibagi atas kalimat verbal, nominal, pronominal, numeralia, adverbial, dan kalimat berfrasa preposisional Badudu, 2002: 19. Kalimat verbal adalah kalimat yang fungsi predikatnya diisi oleh kategori verba atau frasa verbal. Kalimat verbal dalam frekuensi pemakaiannya lebih produktif dibandingkan dengan kalimat nonverbal. Dalam kalimat verbal, fungsi predikatnya dapat diisi oleh verba aktif atau verba pasif. a Polisi itu menangkap para perampok. 4 b Adik bermain bola. c Kelulusan SPMB diumumkan pada 6 Agustus 2005. d Zaenal Arief terjatuh di kotak fenalti. Verba yang tampak pada kalimat a dan b, yaitu menangkap dan bermain tergolong pada verba aktif, sedangkan yang tampak pada kalimat c dan d tergolong pada verba pasif, yaitu diumumkan dan terjatuh. Penelitian ini hanya difokuskan pada kalimat verbal. Kalimat verbalnya pun adalah kalimat yang berpredikat verba pasif khususnya yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} . Verba yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} membentuk verba pasif dengan bentuk verba taktransitif. Verba taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat difungsikan sebagai subjek dalam kalimat pasif Alwi dkk., 1998: 93 sepert i yang tampak pada kalimat b. Penelitian yang berkaitan dengan verba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dapat dilakukan dari berbagai segi, misalnya, segi fungsi, konstruksi, kategori, distribusi, dan makna. Selanjutnya, kelima segi itu fungsi, konstruksi, kategori, distribusi, dan makna diterapkan pada konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dalam bahasa I ndonesia. Konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat 5 di-+ { -kan -i} , berdasarkan fungsi sintaksisnya, dapat diisi oleh subjek, pelengkap, dan keterangan. 1 Dalam sidang kabinet itu dibahas kenaikan harga BBM. K 13 2 1-5-2005 2 Megawati Soekarno Putri akan dicalonkan PDI P untuk ketua umum. K 7 3 3-2-2005 3 Hal itu telah disadari oleh warga setempat. Pada kalimat 1 tampak bahwa konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ {-kan -i} ialah kenaikan harga BBM yang berfungsi sebagai subjek. Kehadiran konstituen itu bersifat wajib. 1a Dalam sidang kabinet itu dibahas. Kalimat 2 memiliki konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} , yaitu PDI P yang berfungsi sebagai pelengkap. Kehadiran konstituen itu bersifat manasuka. 2a Megawati Soekarno Putri dicalonkan untuk ketua umum. Selain itu, konstituen dengan fungsi pelengkap dapat pula bersifat wajib seperti yang tampak pada kalimat berikut. 4 Kue tar itu dibagi lima. Kalimat 3 memiliki fungsi si ntaktis keterangan yang diisi konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} , yaitu oleh warga setempat. Kehadiran konstituen it u bersifat manasuka. 6 3a Hal itu telah disadari. Konstruksi konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dalam kalimat beragam, yaitu ada yang berupa kata, frasa, dan klausa. 5 Dosa seseorang dapat diampuni Tuhan bila bertobat sungguh- sungguh. 6 Akhirnya diganjal kandidat besar dari PAN. PR 8 11-3-2004 7 Pelatih asing akan didatangkan bila pihak manajer betul-betul memerlukan . Konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dapat berupa kata, frasa, dan klausa. Hal it u secara berturut-turut ialah Tuhan 5, kandidat besar dari PAN 6, bila pihak manajer betul-betul memerlukan 7. Konstruksi konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dapat pula dianalisis berdasarkan inti kategorinya. 8 Pesawat itu dihantam badai salju. 9 Sektor ekonomi diharapkan berperan lagi dalam menciptakan lapangan kerja. PR 20 3 15-10-2005 10 Macan Kemayoran digunduli oleh pasukan M. Khaidir. K 30 5 11-10-2005 Kategori konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat 7 di-+ { -kan -i} yang tampak pada kalimat 8 sampai dengan 10 ialah frasa nominal badai salju, frasa verbal berperan lagi, dan frasa preposisional oleh pasukan M. Khaidir. Selanjutnya, secara berturut-turut berdasarkan distribusi frasa, konstituen itu dapat berupa frasa endosentrik yang koordinatif badai salju, endosentrik yang atributif berperan lagi, dan frasa eksosentrik yang direktif oleh pasukan M. Khaidir. Konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ {-kan -i} selain dapat dikaji dari fungsi, konstruksi, kategori, distribusi, juga dari makna. Makna-makna yang dapat dihadirkan konstituen itu, antara lain, berikut. 10 Makalah itu dibahas oleh Arini. 11 Dalam upacara itu dihadiahi Ani beasiswa. 12 Pertandingan itu dihentikan ketika wasit meniup peluit panjang. 13 Mereka disandera di rumah tua. 14 Pencuri itu dipukuli dengan bambu kuning. 15 Para atlet dipulangkan agar dapat bertemu dengan keluarga. Peran sintaksis makna konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} yang tampak pada kalimat 11 sampai dengan 16 secara berturut-turut adalah pelaku oleh Arini, pemeroleh 8 Ani, Waktu ketika wasit meniup peluit panj ang, tempat di rumah tua, alat dengan bambu kuning, dan tujuan agar dapat bertemu dengan keluarga. Dengan memperhatikan masalah-masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti fungsi, konstruksi, kategori, distribusi, dan peran konstituen pascaverba pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dalam bahasa I ndonesia.

1.2 Rumusan Masalah