27
Pandangan atas klasifikasi verba berdasarkan perilaku semantis tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengkaji konstituen pascaverba
pasif yang bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dari berbagai segi, yaitu terutama segi peran semantis.
2.2.4 Verba dalam Konstruksi Aktif- Pasif
Berbicara tentang verba dalam konstruksi aktif-pasif dalam bahasa I ndonesia berkaitan dengan verba yang mengisi fungsi predikat dalam
konstruksi aktif-pasif. Verba yang dimaksud ialah verba aktif dan verba pasif.
2.2.4.1 Verba Aktif
Kridalaksana 1994: 53 membatasi verba aktif adalah verba yang terdapat dalam konstruksi aktif, yaitu subjeknya berperan sebagai pelaku
atau penanggap. Verba demikian biasanya berprefiks meN-, beR-, dan tanpa prefiks.
Misanya: 13 I a mengapur dinding.
14 Rakyat mencintai pemimpinnya yang jujur. 15 Petani bertanam padi.
16 Saya makan nasi.
28
Apabila ditandai sufiks –kan, verba itu dapat bermakna benefaktif atau kausatif.
Misalnya: 17 I a membuatkan saya baju.
18 I bu memasakkan kami nasi. 19 Ayah mengecilkan celana adik.
Apabila ditandai sufiks –i, verba itu dapat bermakna lokatif. 20 Pak tani menanami sawah.
21 Adik memasuki ruangan itu. 22 Pemberontak menduduki pusat kota.
Badudu 1987: 104 mengemukakan bahwa verba aktif adalah verba yang menjabat predikat dalam konstruksi aktif yang memiliki ciri
prefiks meN-, beR-, atau tanpa prefiks. Ada dua macam verba aktif, yaitu verba aktif transitif dan verba aktif taktransitif. Verba aktif transitif
ialah verba verba aktif yang dilengkapi objek, sedangkan verba aktif taktransitif ialah verba aktif yang tidak dilengkapi objek.
Dari batasan-batasan mengenai verba aktif t ersebut, dapat
disimpulkan bahwa verba aktif adalah verba yang menduduki fungsi predikat yang subjeknya berperan sebagai pelaku dan verba itu ditandai
oleh prefiks meN-, beR-, atau tanpa prefiks.
29
2.2.4.2 Verba Pasif
Verba pasif adalah verba yang subjeknya be rperan sebagai
penderita, sasaran, atau hasil. Verba demikian biasanya diawali dengan prefiks di- atau t eR-, dan beberapa konfiks ke-an Kridalaksana, 1994:
53. Khusus verba pasif prefiks teR-, yaitu ter-D, Tadjuddin 2005:
138 menyatakan bahwa makna yang diemban verba pasif itu perfekt if yang mengambarkan situasi gejala luar bahasa yang diungkapkan verba
sebagai satu
kesatuan tunggal,
memiliki batas
internal, dan
keberlangsungan secara tuntas. Contoh:
23 Adik dipukuli ayah. 24 Buku itu terinjak olehku.
25 Daerah itu sering kebanjiran. Badudu 1987: 107 berpendapat bahwa verba pasif adalah verba
yang menjadi predikat dalam konstruksi pasif dan memiliki ciri prefiks teR-, di-, atau tanpa prefiks teR- dan di-.
26 Pintu itu tertutup oleh angin. 27 Adik didudukkan ibu di tikar.
28 Anjing itu dipukulnya dengan kayu. 29 Luka itu kuobati dengan salep.
30 Sampah itu kami buang pada tempatnya.
30
31 Masalah itu kita diskusikan besok. Dari batasan-batasan mengenai verba pasif tersebut, dapat
disimpulkan bahwa verba pasif adalah verba yang menduduki fungsi predikat dalam konstruksi pasif yang subjeknya berperan seba
gai penderita atau sasaran dan memiliki ciri prefiks di-, teR-, atau tanpa
prefiks di- dan teR-. Pandangan atas verba aktif-pasif, khususnya verba pasif yang
bermorfem terikat di-+ { -kan -i} dijadikan dasar untuk mengisi fungsi sintaksis predikat dalam mengkaj i konstituen-konstituen pascaverba pasif
tersebut.
2.3 Konstruksi Pasif
Chung dalam Tadjuddin 2005: 105—108 mengemukakan bahwa dalam bahasa I ndonesia terdapat dua macam konstruksi pasif berikut.
a. Pasif kanonis adalah konstruksi pasif yang pelakunya bersifat opsional
dan terletak di sebelah kanan verba. 32 Makalah itu dibahas oleh Ani.
33 Bola ini dibeli oleh Ali. 34 Saya dikunjungi oleh mereka.
b. Pasif pengedapan objek adalah konstruksi pasif yang predikatnya tidak menggunakan morfem khusus sebagai penanda pasif, tetapi pelakunya
bersifat obligatif dan ditempatkan di sebelah kiri verba.