Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada
pada dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Apabila siswa memiliki motivasi belajar, itu nampak dalam kesungguhannya untuk terlibat di dalam proses belajar.
Misalnya siswa aktif bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran yang diterima pada hari yang bersangkutan, mencatat, mengerjakan tugas dan
evaluasi sesuai dengan tuntutan pelajaran. Bila siswa tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang
sungguh-sungguh dalam menyimak isi pelajaran, dan lain sebagainya. Oleh karena itu rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar karena dapat memberi
dampak bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
5. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar
para siswa. Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua siswa
memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar. Di sekolah-sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Untuk membantu siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru agar siswa yang bersangukutan dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru menurut Winkel 1996: 150-160 hendaklah selalu memperhatikan hal-hal:
1 Mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar. Guru pada prinsipnya harus memandang bahwa kehadiran siswa di kelas merupakan suatu motivasi
belajar yang datang dari siswa, sehingga guru akan menganggap siswa sebagai seorang yang harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan semacam ini,
siswa akan mampu memberi makna terhadap pelajaran yang dihadapinya. 2 Mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Dalam
proses belajar, seorang siswa terkadang dapat terhambat oleh berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun
mental siswa. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan seorang guru yaitu: a Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar
yang dialaminya, b Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar,
c Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, d Menggunakan waktu secara tertib, dan suasana gembira terpusat pada perilaku
belajar, e Merangsang siswa dengan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
3 Mampu mengoptimalisasikan pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. Pengalaman yang diberikan guru terhadap siswa dalam meningkatkan motivasi
belajar menurut Dimyati 2009: 83 adalah: a Siswa ditugasi untuk membaca bahan belajar sebelumnya, dan mencatat hal-hal yang penting, b Guru
mengajarkan dan mendidik siswa agar berani mengatasi kesulitan atau kesukaran, c Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah dan mungkin dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan, d
Guru memberi apresiasi kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan, e Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara
mandiri. Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru diharapkan siswa mampu
membangkitkan motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi belajar tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan motivasi atau
dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
C. Pendidikan Agama Katolik
Agama amat penting dalam kehidupan manusia. Menyadari bahwa pentingnya agama dalam kehidupan umat manusia, maka internalisasi agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia serta peningkatan
potensi spiritual. Akhlak mulia itu mencakup etika, budi pekerti dan moral hal ini sebagai perwujudan dari pendidikan agama yang diimplementasikan dalam
kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, bangsa, dan negara Komisi Kateketik KWI, 2001: 6.