Pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur dalam proses belajar mengajar, sehingga memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur. Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah dalam belajar demi mencapai tujuan belajar. Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kreativitas guru. Kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Kreativitas guru mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa yakni dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kreativitas berdampak pada motivasi, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur Yogyakarta, Ha: terdapat pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Penelitian ini bersifat populatif, artinya seluruh siswa SMA Sang Timur Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 kelas XI dan XII yang berjumlah 98 orang hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa kelas X adalah siswa baru. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 25 pernyataan yang berkaitan dengan kreativitas guru dan 25 pernyataan motivasi belajar siswa. Dari 98 responden, data yang bisa diolah sebanyak 93, sedangkan 5 data tidak ada karena siswanya sakit dan ijin tidak masuk sekolah. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 93 orang dengan nilai kritis 0,205 diperoleh 0,42-0,72 yang menyatakan semua item adalah valid. Sedangkan dari uji reliabilitas diperoleh alpha sebesar 0,595, dengan demikian dinyatakan bahwa butir-butir instrumen dinyatakan reliabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata (mean) kreativitas guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik 79,64 adalah tergolong sering dan rata-rata (mean) motivasi belajar siswa 79,35 tergolong sangat termotivasi. Dari hasil uji regresi linier sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r² sebesar 0,251 (25,1%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari kreativitas guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik (X) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (Y). Persamaan regresinya yaitu Y = 50,680 + 0,360 X. Artinya setiap penambahan nilai kreativitas guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik 1 poin, maka nilai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bertambah 50,680 + 0,360. Nilai signifikansi 0,000 artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Maka, disarankan perlunya meningkatkan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(2)

ABSTRACT

The title of this small writing research is: THE EFFECT OF TEACHER’S CREATIVITY IN LEARNING PROCESS TO MOTIVATE THE STUDENT CLASS XI AND XII TO STUDY THE SUBJECT OF CATHOLIC RELIGION LESSON IN SANG TIMUR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA. The purpose of this writing is to know the creativity of teacher in learning process in order to motivate the students of Sang Timur high school. The motivation of learning is needed. It arises in the life of student which make them enjoy to learn and help them to cope with the problems of learning. The tmotivation of learning is influenced by various aspects. One of them is the creativity of the teacher. Teacher’s creativity is the ability of a teacher to innovate and transfer the knowledge to the student in the school. The creativity of teacher have an effect to the learning motivation of student. It can help the student to have an achievement. The creativity is affected on the motivation of student. It influenced the author to developed the following hypothesis: Ho: There is no effect of teacher’s creativity to the student’s motivation Sang Timur high school Yogyakarta. Ha: There is the impact of teacher’s creativity on student’s motivation Sang Timur high school Yogyakarta.

The type of research is a quantitative form of regression. The research is populatif, meaning that all high school student of Sang Timur in the school year of 2014/2015, class XI and XII, which amount 98 student. It is based on the consideration that the class X is a new student. The tools for research is the attitude scale which developed in 25 statements related to the creativity of teacher and 25 student’s motivation statement. Out of 98 respondent, the data can be processed is 93, mean while 5 data could not be processed for the student were sick and absent. The validity of test is 5% significance level, N 93 student with the critical value of 0,205. It was obtained 0,42 to 0,72 which stated that all items are valid. While the reliability of the test ‘alpha’ is 0,595. Thus the tools are reliable.

The results of research is shown that the everage (mean) of the teacher’s creativity in learning process of the Catholic Religion lesson is about 79,64 and the motivated student is about 79,35. The results of simple linear regression test in the significance level of 5%, the value of r² is 0,251 (25,1%) which means that there is a positive influence of teacher’s creativity in learning process of Catholic Religion lesson (X) to the motivation of student in the subject of Catholic Religion lesson (Y). The equation of regression is Y = 50,680 + 0,360 X. It means that each additional value of their creativity in learning process of the Catholic Religion lesson is 1 point, so the value of student’s motivation in Catholic Religion lesson increased 50,680 + 0,360. The significant value is 0,000 which means that Ho is rejected and Ha accepted. Thus, it is suggested to improve and develop the teacher’s creativity of learning process in the school.


(3)

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN

XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Margaretha Dhone NIM: 101124021

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN

XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Margaretha Dhone NIM: 101124021

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(5)

(6)

(7)

iv

P E R S E M B A H A N

Skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota Kongregasi Suster Sang Timur yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani tugas perutusan studi

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kepada para dosenku yang dengan setia membimbing dan menuntun saya selama studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

PendidikanKekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kepada siapa saja yang telah ikut membantu dan mendukung saya dengan penuh cinta dan perhatian dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

v

MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi, 4: 13)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 November 2014

Penulis,


(10)

vii

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margaretha Dhone

Nomor Mahasiswa : 101124021

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pepustakaan Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR- MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 27 November 2014 Yang menyatakan,


(11)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur dalam proses belajar mengajar, sehingga memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur. Motivasi belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri yang membuat siswa senang belajar, mampu mengatasi masalah dalam belajar demi mencapai tujuan belajar. Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kreativitas guru. Kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Kreativitas guru mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa yakni dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kreativitas berdampak pada motivasi, sehingga dikembangkan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur Yogyakarta, Ha: terdapat pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa SMA Sang Timur Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Penelitian ini bersifat populatif, artinya seluruh siswa SMA Sang Timur Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 khususnya siswa kelas XI dan XII yang berjumlah 98 orang hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa kelas X adalah siswa baru. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 25 pernyataan yang berkaitan dengan kreativitas guru dan 25 pernyataan motivasi belajar siswa. Dari 98 responden, data yang bisa diolah sebanyak 93, sedangkan 5 data tidak ada karena siswanya sakit dan ijin tidak masuk sekolah. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 93 orang dengan nilai kritis 0,205 diperoleh 0,42-0,72 yang menyatakan semua item adalah valid. Sedangkan dari uji reliabilitas diperoleh alpha sebesar 0,595, dengan demikian dinyatakan bahwa butir-butir instrumen dinyatakan reliabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata (mean) kreativitas guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik 79,64 adalah tergolong sering dan rata-rata (mean) motivasi belajar siswa 79,35 tergolong sangat termotivasi. Dari hasil uji regresi linier sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r² sebesar 0,251 (25,1%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari kreativitas guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik (X) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (Y). Persamaan regresinya yaitu Y = 50,680 + 0,360 X. Artinya setiap penambahan nilai kreativitas guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik 1 poin, maka nilai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bertambah 50,680 + 0,360. Nilai signifikansi 0,000 artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Maka, disarankan perlunya meningkatkan kreativitasn guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(12)

ix

ABSTRACT

The title of this small writing research is: THE EFFECT OF TEACHER’S CREATIVITY IN LEARNING PROCESS TO MOTIVATE THE STUDENT CLASS XI AND XII TO STUDY THE SUBJECT OF CATHOLIC RELIGION LESSON IN SANG TIMUR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA. The purpose of this writing is to know the creativity of teacher in learning process in order to motivate the students of Sang Timur high school. The motivation of learning is needed. It arises in the life of student which make them enjoy to learn and help them to cope with the problems of learning. The tmotivation of learning is influenced by various aspects. One of them is the creativity of the teacher. Teacher’s creativity is the ability of a teacher to innovate and transfer the knowledge to the student in the school. The creativity of teacher have an effect to the learning motivation of student. It can help the student to have an achievement. The creativity is affected on the motivation of student. It influenced the author to developed the following hypothesis: Ho: There is no effect of teacher’s creativity to the student’s motivation Sang Timur high school Yogyakarta. Ha: There is the impact of teacher’s creativity on student’s motivation Sang Timur high school Yogyakarta.

The type of research is a quantitative form of regression. The research is populatif, meaning that all high school student of Sang Timur in the school year of 2014/2015, especially class XI and XII, which amount 98 student. It is based on the consideration that the class X is a new student. The tools for research is the attitude scale which developed in 25 statements related to the creativity of teacher and 25 student’s motivation statement. Out of 98 respondent, the data can be processed is 93, mean while 5 data could not be processed for the student were sick and absent. The validity of test is 5% significance level, N 93 student with the critical value of 0,205. It was obtained 0,42 to 0,72 which stated that all items are valid. While the reliability of the test ‘alpha’ is 0,595. Thus the tools are reliable.

The results of research is shown that the everage (mean) of the teacher’s creativity in learning process of the Catholic Religion lesson is about 79,64 and the motivated student is about 79,35. The results of simple linear regression test in the significance level of 5%, the value of r² is 0,251 (25,1%) which means that there is a positive influence of teacher’s creativity in learning process of Catholic Religion lesson (X) to the motivation of student in the subject of Catholic Religion lesson (Y). The equation of regression is Y = 50,680 + 0,360 X. It means that each additional value of their creativity in learning process of the Catholic Religion lesson is 1 point, so the value of student’s motivation in Catholic Religion lesson increased 50,680 + 0,360. The significant value is 0,000 which means that Ho is rejected and Ha accepted. Thus, it is suggested to improve and develop the teacher’s creativity of learning process in the school.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang telah membimbing, mendampingi, menyertai, menerangi, dan menuntun penulis dengan rahmat dan kesetiaan-Nya dan kemurahan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA. Penulis menulis skripsi ini karena penulis menemukan bahwa perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut para guru untuk lebih kreatif dan produktif.

Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan banyak pihak yang dengan setia membimbing, mendampingi dengan penuh kesabaran, rela berbagi ilmu, pengalaman dan kemurahan hati untuk menyumbangkan gagasan dan saran, masukan serta kritikan yang membangun. Selain itu dukungan spiritual dalam bentuk doa dari para suster dan teman-teman yang semakin memotivsi penulis untuk meyelesaikan skripsi ini dengan setia. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:


(14)

xi

1. F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd., selaku dosen utama, yang telah menyediakan diri untuk membimbing, mendampingi, memperhatikan, menuntun, mendengarkan dengan penuh kesabaran, memberi semangat, menyumbangkan ide, masukan, dalam seluruh proses penulisan skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing, memberi masukan dalam proses penulisan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si., selaku dosen penguji III yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Kaprodi IPPAK-USD, Drs. F.X.Heryatno Wono Wulung SJ.,M.Ed., yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dan melakukan penelitian dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.

5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing, dan mendampingi penulis selama belajar hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD khususnya bagian sekretariat pengajaran

yang telah memberikan arahan bagi penulis selama melakukan penyusunan skripsi.

7. Suster Provinsial beserta staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster Sang Timur yang telah memberi kepercayaan dalam perutusan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(15)

xii

8. Para Suster, Bapak dan Ibu segenap organ Yayasan Karya Sang Timur yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma sampai selesai.

9. Sr. Natalia, PIJ sebagai Kepala Sekolah, guru, dan karyawan SMA Sang Timur Yogyakarta yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian dan memberi kelancaran dalam pengumpulan data penelitian.

10.Siswa-siswi kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta angkatan 2013/2014 yang telah bersedia memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dari awal hingga akhir dengan baik.

11.Para Suster Kongregasi Suster Sang Timur yang telah memberikan dukungan dalam mengikuti pendidikan.

12.Teman-teman angkatan 2010/2011 yang telah memberikan perhatian, dukungan, masukan, sumbangan ide, saran, dan kerjasama yang baik selama menjalani studi di Prodi IPPAK ini.

13.Orang tua, segenap anggota keluarga, dan sahabat yang selalu setia memberikan kasih, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung memberi motivasi dan peneguhan kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma program studi IPPAK dan penulisan skripsi ini.


(16)

xiii

Semoga kasih Tuhan senantiasa melimpah kepada setiap orang yang telah berbuat baik dan berkat-Nya mengalir kepada mereka yang telah memberikan diri untuk kemajuan hidup sesamanya. Penulis menyadari keterbatasan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para guru yang menaruh perhatian pada bidang pendidikan di zaman ini.

Yogyakarta, 26 Nopember 2014

Penulis


(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..………...………....i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …...…….………...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...……….…….iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …...………...……..…..iv

MOTO …...………..…………...…………...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …...……….………...……...vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …...………...…vii

ABSTRAK .…...………...……….viii

ABSTRACT ………...…………...ix

KATA PENGANTAR………..x

DAFTAR ISI………...………...………...xiv

DAFTAR SINGKATAN .………...………..….xix

DAFTAR TABEL ….………..xx

BAB I. PENDAHULUAN ...…..………...1

A. Latar Belakang ….……….1

B. Identifikasi Masalah .……….7

C. Pembatasan Masalah ….……….……...8

D. Rumusan Masalah …….………...….9

E. Tujuan Penelitian ……….……….…....9

F. Manfaat Penelitian ……….……….…10


(18)

xv

H. Sistematka Penulisan ………...11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ………..…………....13

A. Kreativitas Guru Pada Umumnya ……..……….…....….13

1. Arti dan Makna Kretivitas …………..……….….….14

a. Pengertian Kreativitas ….…………..……….…………..14

b. Ciri-ciri Kreativitas ……….……..16

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas .……...………..18

2. Hakikat Guru ….………...19

3. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ……….…24

a. Pengertian ……….24

b. Ciri-ciri Guru yang Kreatif ………...25

c. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ….…………....30

B. Motivasi Belajar ……….……….………33

1. Arti dan Makna Belajar .………33

2. Arti dan Makna Motivasi ……….……….36

3. Jenis-Jenis Motivasi ………..……….………...39

a. Motivasi Intrinsik ……...……….…….40

b. Motivasi Ekstrinsik ……….……..41

4. Pengertian Motivasi Belajar ……….……….42

a. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi Belajar ……...46

b. Peranan Motivasi dalam Belajar ………...47

c. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ………..…………50

C. Pendidikan Agama Katolik ……….……….………...52

1. Arti dan Makna Pendidikan Agama Katolik ………...52

2. Guru Pendidikan Agama Katolik ……….……….…53

D. Penelitian Relevan ………...….56

E. Kerangka Pikir ……….……….…..57

F. Hipotesis Penelitian ………....59


(19)

xvi

A. Jenis Penelitian ……….….…..61

B. Desain Penelitian ……….…...61

C. Tempat Penelitian ……….……..62

D. Populasi dan Sampel ………..….62

E. Variabel Penelitian ………..…63

1. Identifikasi Variabel ………….………...63

2. Definisi Konseptual Variabel ………64

a. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ……….……....64

b. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAK ………...64

3. Denifinisi Operasional Variabel …..………...64

a. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar ……….……....65

b. Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAK ……….……..65

4. Teknik Pengumpulan Data ………65

5. Instrumen Penelitian ………...…..66

6. Kisi-kisi Penelitian ………67

F. Pengembangan Instrumen ……….…..71

1. Uji Coba Terpakai ……….71

2. Uji Validitas ………..72

3. Uji Reliabilitas ………..72

4. Deskripsi Data ………...73

a. Variabel Kreativitas Guru ………...……..74

b. Variabel Motivasi Belajar Siswa ………..75

G. Uji Persyaratan Analisis ………..75

1. Uji Normalitas Data ………..76

2. Uji Linearitas Regresi ………76

3. Uji .Homokedastisitas .………..………....…76

H. Uji Hipotesis ……….……..……77

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………...………….78 A. Hasil Penelitian ……….……..78


(20)

xvii

a. Uji Normalitas ………...78

b. Uji Linearitas ………82

c. Uji Homokedastisitas ………84

2. Deskripsi Data ……….………..85

a. Kreativitas Guru dalam PBM ………...85

b. Motivasi Belajar Siswa ……….94

B. Uji Hipotesis ……….106

C. Hasil Wawancara ………..112

1. Hasil wawancara dengan para siswa ………...112

2. Hasil wawancara dengan guru ………...114

D. Pembahasan Hasil Penelitian ………....117

E. Refleksi Kateketis ………...124

1. Pengertian Katekese ………...……….124

2. Tujuan Katekese ……….…….125

3. Isi Katekese ………...………...………...…127

4. Tugas dan Peran Katekese ……….………..128

5. Aspek Kateketis dalam Kreativitas Guru ………...………….128

6. Aspek Kateketis dalam Motivasi Belajar Siswa ………..131

F. Keterbatasan Peneliti ………..………...133

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………..……….…………134

A. Kesimpulan ………..……….134

B. Saran ………...………..137

DAFTAR PUSTAKA ………..…………...………..140

LAMPIRAN ……….………142

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ………(1)

Lampiran 2 : Hasil analisis Variabel Kreativitas Guru ………..…(7)

Lampiran 3 : Hasil analisis Variabel Motivasi Belajar ………....(10)


(21)

xviii

Lampiran 5 : Hasil analisis SPSS ………...….(17) Lampiran 6 : Surat Permohonan Penelitian ……….…(19)


(22)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristen

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

B. Singkatan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia

Yoh : Yohanes

Gal : Galatia

C. Singkatan lain

Bdk : Bandingkan

PBM : Proses Belajar Mengajar


(23)

xx PIJ : Pauperis Infanti Jesus

Art : Artikel

D. Singkatan dalam Penelitian ANOVA : Analysis of Variance

Dev : Deviasi

Ho : Hipotesis nol

Ha : Hipotesis alternatif

r/R : Relations

SPSS : Statistical Product and Service Solution

Std : Standard


(24)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Responden ………..………...……..62

Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y …...…….….……….…….66

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kreativitas Guru ………..………....…….67

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar ……….……..68

Tabel 5 Hasil Uji Reliability Statistics……….73 Tabel 6 Kriteria Kategori Variabel X ………..74

Tabel 7 Kriteria Kategori Variabel Y ………..75

Tabel 8 Test of NormalityKreativitas Guru ………80

Tabel 9 Test of Normality Motivasi Belajar …………...………..82 Tabel 10 Anova ………..…….83

Tabel 11 Rangkuman Statistik Deskripsi Kreativitas Guru ……...………..85

Tabel 12 Statistik Rasa Ingin Tahu Tentang PAK ………..…….87 Tabel 13 Deskripsi Rasa Ingin Tahu Tentang PAK ………...……..88

Tabel 14 Statistik Mengadakan yang Belum Ada ………...……….89

Tabel 15 Deskripsi Mengadakan yang Belum Ada ………..90


(25)

xxii

Tabel 17 Deskripsi Menambah yang Sudah Ada …………...………..92

Tabel 18 Rangkuman Statistik Deskripsi Motivasi Belajar ……….94

Tabel 19 Statistik Semangat dalam Belajar ………...……….95

Tabel 20 Deskripsi Semangat dalam Belajar ………...…………...……96 Tabel 21 Statistik Senang Belajar PAK ………...98

Tabel 22 Deskripsi Senang Belajar PAK ……….…99

Tabel 23 Statistik Perhatian dalam Mengikuti Pelajaran PAK ………..100

Tabel 24 Deskripsi Perhatian dalam Mengikuti Pelajaran PAK ………...…101 Tabel 25 Statistik Menggerakkan ………..102

Tabel 26 Deskripsi Menggerakkan ………..………103

Tabel 27 Statistik Prestasi Belajar ………..………..104

Tabel 28 Deskripsi Prestasi Belajar ………...………105

Tabel 29 Descriptive Statistics……….107

Tabel 30 Model Summaryb………107

Tabel 31 Anovab………108

Tabel 32 Coefficients………...………..110


(26)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kualitas diri seseorang sangat dipengaruhi oleh keberadaannya dalam memperoleh pendidikan. Sesungguhnya pendidikan sangat berperan penting dalam peningkatan dan pertumbuhan diri seseorang. Dengan kata lain, upaya meningkatkan kualitas manusia sesungguhnya dibutuhkan suatu proses pembelajaran melalui pendidikan. Pendidikan merupakan modal bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan global dan menyiapkan masa depannya maupun masa depan bangsa. Untuk itu perlu kita sadari bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menghadapi tantangan global baik itu dalam bersaing, maupun dalam berprestasi. Pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Syah, 2004: 21).

Melalui proses pendidikan, seorang anak manusia akan mengalami suatu perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Bahkan melalui pendidikan pula karakter seorang anak manusia terbentuk menjadi lebih baik. Di zaman sekarang ini, pendidikan menjadi suatu hal yang amat penting yang harus ditata, disiapkan, dan diberi sarana dan prasarana untuk kelangsungan proses pendidikan. Pendidikan


(27)

dikatakan penting karena sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Hal ini diakui oleh semua orang baik sebagai pribadi atau individu maupun kelompok bahkan suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Bangsa Indonesia pun menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam membangun masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Peran guru sangat besar dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan hanya untuk menyampaikan materi pembelajaran, tetapi hendaknya guru dapat menanamkan konsep-konsep yang benar dari materi pembelajaran tersebut, sehingga ilmu yang dipelajari siswa dapat bermanfaat dalam kehidupan siswa, di waktu sekarang dan yang akan datang. Selain persiapan dari guru, yang paling penting adalah bagaimana kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran di sekolah. Jika siswa siap baik fisik maupun mental, maka pelajaran yang diberikan guru dapat masuk dengan baik oleh siswa, serta memperoleh hasil belajar yang bagus.

Tidak hanya dari peserta didik, guru dan lingkungan belajar siswa juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi keberhasilan belajar siswa. Di lingkungan sekolah pastinya siswa akan menemui masalah baik dengan teman-teman ataupun dengan guru. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses belajar siswa, siswa cenderung merasa malas dan tidak berkonsentrasi menerima pelajaran dari guru. Agar peserta didik semangat mengikuti pelajaran dan memperoleh nilai yang baik, perlu adanya suatu motivasi baik dari diri siswa maupun dari luar siswa.


(28)

Menurut Aunurrahman (2009: 114) “Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat”.

Sardiman (2011:73) dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar mengatakan bahwa kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar (Anurrahman, 2010: 180). Siswa perlu memiliki motivasi belajar. Dengan memiliki motivasi belajar siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dalam belajar serta dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh dan berkualitas sehingga mampu menghadapi tantangan zaman di masa yang akan datang.

Guru hendaknya selalu membuat peserta didiknya selalu semangat dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Segala sesuatu yang berada dalam individu yang menjadi tenaga pendorong dalam melakukan suatu kegiatan atau aktivitas merupakan motivasi yang bersifat internal. Kegiatan tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan dari pihak manapun dan


(29)

dilakukan dengan rasa senang. Conny R. (2000: 297) menjelaskan bahwa motivasi yang bersifat internal memiliki peranan yang sangat besar bagi terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif dan mencapai hasil belajar yang memuaskan. Motivasi yang bersifat internal dalam kaitannya dengan kegiatan belajar siswa, misalnya siswa mempelajari Pendidikan Agama Katolik karena siswa tersebut menyukai mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Siswa tersebut merasa senang dan bersungguh-sungguh ketika mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, hal tersebut pasti mempengaruhi hasil belajar siswa.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan menampakkan kesungguhannya untuk terlibat dalam kegiatan belajar seperti aktif bertanya, aktif mengemukakan pendapatnya, rajin membuat catatan dalam setiap guru menjelaskan materi, kesungguhan dalam menyimak isi materi yang dipelajari, mampu mempraktikkan sesuatu yang telah ia terima, mengerjakan tugas-tugas yang diterima dengan semangat dan kesungguhan hati, dan lain sebagainya. Siswa tersebut akan mengalami peningkatan pada hasil belajarnya. Segala sesuatu atas dasar suka, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik. Motivasi belajar yang ada dalam diri siswa, perlu didukung dengan adannya situasi lingkungan sekolah yang kondusif, kondisi tubuh yang sehat, relasi yang harmonis antara guru dan siswa, orang tua, serta faktor-faktor lain yang mendukung motivasi belajar siswa sehingga siswa tetap semangat dalam belajar demi meraih tujuan dan cita-cita yang mereka harapkan. Motivasi erat kaitannya dengan kebutuhan, sehingga guru senantiasa harus meyakinkan siswa bahwa pelajaran yang didapat siswa di sekolah sangat penting


(30)

manfaatnya bagi siswa. Dengan hasil belajar yang memuaskan maka akan tercapai sukses yang dicita-citakan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas XI, XII dan Kepala Sekolah SMA Sang Timur Yogyakarta khususnya pada proses belajar-mengajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik, diperoleh kesan bahwa guru sudah cukup kreatif dalam proses belajar-mengajar yakni dalam merancang dan menyiapkan materi pelajaran, kreatif dalam pengelolaan kelas, kreatif dalam pemanfaatan waktu, kreatif dalam penggunaan metode pembelajaran, kreatif dalam penggunaan media pembelajaran, serta kreatif dalam mengembangkan alat evaluasi sehingga siswa antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Ada juga yang mengatakan: “kurang senang mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik karena merasa sulit untuk merefleksikan pengalaman hidupnya berdasarkan ayat-ayat Kitab Suci yang berkaitan dengan tema/materi yang disampaikan pada hari itu.” Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru, beliau mengatakan bahwa, ”siswa kurang antusias dengan pelajaran Pendidikan Agama Katolik karena siswa kurang berminat untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. ” Hal ini tampak ketika diminta untuk membaca teks Kitab Suci, ada siswa yang sibuk sendiri entah menggambar, menulis, dan lain sebagainya.

Menghadapi realita yang demikian, pendidikan membutuhkan tenaga-tenaga yang kreatif dan profesional dalam dunia pendidikan, maka guru yang kreatif sangatlah dibutuhkan untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir siswa serta memberikan dampak yang positif pula pada para siswa. Dalam dunia pendidikan,


(31)

guru adalah komponen penting dalam membangun kreativitas siswa. Seorang guru harus kreatif agar mampu membangkitkan kreativitas pada diri anak-anak didiknya. Umumnya, guru yang kreatif adalah orang-orang yang terdidik, tentu oleh pendidik-pendidik yang kreatif dan dalam lingkungan yang mendukung pula. Konsep lama yang mengatakan bahwa pendidikan itu suatu sistem, dimana faktor-faktor yang telah terdahulu terkumpul, dipelihara dan disistimatisasikan harus diubah oleh kreativitas (Dadang Suhardan, 2010: 43).

Dalam proses belajar mengajar, kreativitas dalam pembelajaran merupakan bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan terdidik dan pendidik. Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup aspek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara umum kreativitas guru memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien (Hamalik, 2010: 56).

Faktor penting dalam meningkatkan kreativitas di sekolah adalah peran guru. Guru adalah kunci dalam proses belajar mengajar. Betapa pun baiknya prasarana pendidikan, kurikulum, gedung, laboratorium dan lain sebagainya apabila guru tidak menggunakan sebagaimana mestinya, dapat menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Kreativitas itu bukan hanya mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran semata seperti pemberian materi pelajaran, penggunaan metode atau media, tetapi juga perwujudan perilaku guru sendiri yang luwes, komunikatif, menyenangkan, membimbing, dan lain sebagainya.


(32)

Guru mempunyai kewajiban untuk mengembangkan motivasi pada siswa saat pelajaran di kelas maupun di luar kelas. Harapannya lambat laun siswa semakin menyadari akan kebutuhan dirinya untuk terus belajar agar cita-citanya dapat tercapai dengan baik. Maka seorang guru diharapkan mampu membantu siswa untuk berkembang secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan baik dari segi intelektual, sosial, moral, spiritual, dan lain sebagainya (Suparno, 2005: 5).

Berdasarkan uraian atau latar belakang tersebut, maka penulis berupaya untuk mengkaji lebih dalam terhadap permasalahan tersebut dan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA”. Besar harapan kajian ini dapat dipakai bahan pemikiran untuk kegiatan dalam pembelajaran untuk membangun motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan identifikasi masalah tentang pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi siswa belajar sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas XI dan XII di SMA Sang Timur Yogyakarta dalam Pendidikan Agama Katolik?


(33)

2. Apakah siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki semangat, minat, perhatian, ketekunan dalam belajar dalam Pendidikan Agama Katolik?

3. Apakah siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki keinginan untuk berprestasi dalam dalam belajar?

4. Apakah SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki guru Pendidikan Agama Katolik yang kreatif?

5. Bagaimana kreativitas guru di SMA Sang Timur Yogyakarta?

6. Apakah guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta membuat persiapan dalam mengajar?

7. Sejauh mana guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki dan mengembangkan kompetensinya dalam mengajar?

8. Apakah guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki pengaruh pada motivasi belajar siswa kelas XI dan XII?

10 Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta?

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan supaya penelitian lebih mendalam, perlu dipilih masalah yang akan diteliti. Sehubungan dengan pertimbangan tersebut, masalah yang akan diteliti adalah kreativitas guru dan motivasi belajar siswa kelas XI dan XII dalam Pendidikan Agama Katolik.


(34)

1. Kreativitas guru merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga mengembangkan motivasi siswa untuk semangat, berminat, perhatian, ketekunan agar keberhasilan dalam belajar semakin meningkat. Kreativitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru, karena bila seorang guru kreatif maka akan memberikan dampak yang positif pula pada siswa. Seorang guru yang kreatif mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa, sehingga guru memiliki pengaruh besar dalam memotivasi siswa untuk belajar. Dengan demikian hasil belajar siswa pun semakin meningkat.

2. Motivasi belajar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan yang ia harapkan sehingga siswa senang belajar dan memiliki minat dalam belajar, memiliki kemandirian, dan perhatian dalam belajar sehingga mampu membentuk dirinya untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.

D.Rumusan Masalah

Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut oleh penulis yang pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Untuk itu penulis akan memberikan perhatian khusus pada masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik SMA Sang Timur dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di kelas XI dan XII? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur

Yogyakarta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik?

3. Seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta pada mata pelajaran Pendidikan


(35)

Agama Katolik?

E.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Menguraikan pengertian kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik dan motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta.

2. Memaparkan motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta.

3. Memaparkan kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.

4. Mendeskripsikan pengaruh kreativitas guru Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta.

F. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis: 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik melalui kreativitas guru.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta Memberikan sumbangan gagasan dan menambah pemahaman serta informasi


(36)

tentang motivasi belajar bagi para siswa dalam proses pembelajaran pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta yang dipengaruhi oleh kreativitas guru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Katolik SMA Sang Timur Yogyakarta mengetahui pengembangan kreativitasnya, sehingga dapat memotivasi para siswa dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Sekolah

Sekolah dapat mengetahui bahwa kreativitas guru merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan, yang berkaitan dengan masalah pengajaran, agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efisien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.

d. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar siswa melalui berpikir secara kreatif dan kritis, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

G. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini penulis menggunakan bentuk penelitian kuantitatif agar memperoleh gambaran mengenai pengaruh kreativitas guru Pendidikan


(37)

Agama Katolik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan.

1. BAB I memuat pendahuluan

2. BAB II memuat kajian pustaka dan hipotesis

3. BAB III mengenai metodologi penelitian Pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta yang meliputi desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik pengolahan data, hasil analisis validitas, uij reliabilitas, deskripsi data, uji persyaratan dan uji hipotesis.

4. BAB IV memuat hasil penelitian dan pembahasan ”Pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta” berdasarkan hasil analisis pada Bab III.


(38)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini menguraikan tentang kreativitas guru dan motivasi belajar. Kreativitas guru terdiri dari arti dan makna kreativitas, pengertian kreativitas, ciri-ciri kreativitas, faktor yang mempengaruhi kreativitas, hakikat guru, ciri-ciri-ciri-ciri guru kreatif, faktor yang mempengaruhi guru kreatif, kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Motivasi belajar terdiri dari arti dan makna belajar, arti dan makna motivasi, jenis-jenis motivasi, pengertian motivasi belajar, faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi, peranan motivasi dalam belajar, upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

A. Kreativitas Guru pada Umumnya

Perkembangan dunia pendidikan senantiasa menuntut para pendidik untuk lebih kreatif dan produktif. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami setiap peserta didik dengan keunikannya masing-masing dan membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Guru mempunyai peran yang cukup besar di dalam memotivasi, memberikan contoh ide-ide kreatif di dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Guru yang kreatif adalah guru yang tidak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik (Fanany, 2013: 42).


(39)

1. Arti dan Makna Kreativitas a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta atau perihal kreasi (KBBI, 1994: 530). Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti mempunyai kemampuan untuk mencipta dan mengandung daya cipta (Fakhruddin, 2012: 164). Hal senada dipertegas oleh M. Amin bahwa kreatif adalah pola pikir atau ide yang muncul secara spontan dan imajinatif yang mencirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan mekanis (Fakhruddin, 2012: 164). Artinya, kreatif merupakan suatu kondisi di mana seseorang memiliki kemampuan daya cipta atau suatu yang dimiliki seseorang yang memungkinkannya menemukan pendekatan-pendekatan atau terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu yang biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru atau unik yang berbeda dan lebih baik dari sebelumnya. Utami Munandar pun menegaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kreativitas merupakan upaya membangun berbagai terobosan yang memungkinkan pemberdayaan dan penguatan bagi pengembangan bakat (Fakhruddin, 2012: 164).

Bill Fritzpatrick dalam (Naim, 2011: 244) mengartikan kreativitas sebagai suatu dorongan untuk mencoba bermacam-macam cara dalam melakukan sesuatu. Kreativitas merupakan ketrampilan, artinya siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan menjadi


(40)

kreatif. Kreativitas sebagai suatu kemampuan seseorang untuk mewujudkan hal baru, struktur kognitif baru dan produk baru, yang bersifat fisikal misalnya teknologi (Naim, 2011: 245). Sedangkan Maslow (Mulyasa, 2011: 175) menerangkan bahwa kreativitas merupakan salah satu kreasi manusia dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan dirinya itu termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Sama halnya dengan Romer bahwa kreativitas adalah suatu ekspresi dari pikiran yaitu kemampuan untuk memproduksi ide-ide baru seperti penciptaan dan inovasi (Ananda, 2014: 5).

Hakikat kreativitas sesungguhnya diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dengan demikian, dalam bidang pendidikan, kreativitas menjadi salah satu aspek prioritas dalam mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Kreativitas dalam pembelajaran lebih diprioritaskan pada pendidik atau guru yang mengajar dan memfasilitasi proses pembelajaran. Karena itu, kreativitas adalah kemampuan guru dalam meninggalkan gagasan/ide dan perilaku yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan/ide dan perilaku baru itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang di nilai kreatif dan adaptif terhadap perubahan (Agung, 2010: 12).

Hal yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.


(41)

b. Ciri-ciri Kreativitas

Naim (2011: 138-139) menguraikan aspek berpikir kreatif yaitu:

1) Berpikir fleksibel, yakni (a) menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

2) Berpikir divergen/menyebar, yakni (a) mencetuskan lebih dari satu kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah, (b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Berpikir orisinal, yakni (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Keterampilan menilai (mengevaluasi), yakni (a) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

5) Sikap rasa ingin tahu yakni: (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti.


(42)

6) Bersedia mengambil resiko yakni: (a) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

7) Merasa tertantang oleh kemajemukan yakni: (a) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

8) Imajinatif yakni: (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.

Sedangkan Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar, (2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, (3) Panjang akal, (4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti, (5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, (6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, (7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas, (8) Berpikir fleksibel, (9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak, (10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis, (11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti, (12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik, (13) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas (Daryanto, 2010: 116).

Demikian halnya dengan ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat dikemukakan


(43)

oleh Munandar (1999: 36) sebagai berikut: (1) Berani dalam pendirian/keyakinan, (2) Ingin tahu, (3) Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, (4) Menyibukkan diri terus-menerus dengan kerjanya, (5) Intuitif, (6) Ulet, (7) Tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja. Berbagai macam karakteristik di atas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut.

Berbagai macam karakteristik di atas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri yakni punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, fleksibel/luwes, elaborasi, dinamis, respek, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, mampu mengembangkan strategi pembelajaran, disiplin, mudah bergaul, sikap terbuka.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Setiap orang pada dasarnya mempunyai potensi kreatif, tetapi dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu eksternal (dari lingkungan) maupun kondisi internal (pribadi) agar dapat muncul, tumbuh dan terwujud menjadi karya-karya kreatif yang bermakna untuk individu dan masyarakatnya. Kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya yakni faktor internal (pribadi) maupun faktor eksternal (lingkungan), serta adanya berbagai kemampuan yang dimiliki yakni sikap dan


(44)

minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas.

Renanda (2014: 19-21) menguraikan cara menjadi orang yang kreatif yaitu (1) Menggunakan semua panca indera dan mencari komunitas yang suportif, (2) Mempunyai integritas serta selalu berpikir untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, (3) Selalu bergaul dengan orang yang kita anggap kreatif dan jangan pernah berhenti belajar dan eksplorasi diri, (4) Belajar dan memperluas wawasan, open-minded, dan berkarya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berperilaku dan berbuat sesuatu yang kreatif bukanlah hal yang asing bagi semua orang, meskipun pada kenyataannya banyak tantangan yang tidak mudah dijawab oleh cara yang biasa dilakukan orang pada umumnya.

2. Hakikat Guru

Guru berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Gu yang berarti gelap dan Ru yang berarti menghilangkan. Jadi, “guru” berarti menghilangkan kegelapan (Naim, 2011: 1). Artinya, guru merupakan sosok yang sangat dibutuhkan dalam situasi dan kondisi “gelap”. Ia hadir untuk menghilangkan “kegelapan” yang dialami oleh masyarakat secara umum dan pelajar secara khusus. Kegelapan yang dimaksud adalah keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh para pelajar, kemudian dilengkapi dan disempurnakan oleh sosok guru. Hal ini bukan berarti guru adalah figur maha tahu, tetapi lebih sebagai fasilitator, inisiator, dan lain sebagainya sebagaimana julukan yang diberikan kepada sosok guru. Berbagai julukan yang diberikan kepada sosok guru hingga yang paling populer adalah “Pahlawan Tanpa


(45)

Tanda Jasa”. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan oleh seorang guru. Guru layaknya menerangi bongkahan emas dalam kegelapan malam, dapat diibaratkan sebagai pelita. Pelita yang berfungsi mencerahkan dan menerangi kegelapan. Orang-orang yang ada dalam kegelapan, tentu saja para siswa.

Supriyadi (2011: 11) mengemukakan bahwa secara definisi, sebutan guru tidak termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas), tetapi kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesungguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata educator (bahasa Inggris). Kata educator berarti educationist atau educationalist yang padanannya dalam bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis dibidang pendidikan, atau ahli pendidikan. Sedangkan, kata guru (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata teacher (bahasa Inggris). Kata teacher bermakna sebagai the person who teach, specially in school atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah. Tentunya, muncul pertanyaan apakah sosok guru hanya sebagai pengajar di sekolah atau sekadar pahlawan tanpa tanda jasa?

Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar-mengajar memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki


(46)

pengetahuan dan keterampilan tekhnis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa-siswi (Hamalik, 2001: 34). Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan yang dilakukan oleh guru semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya (Sardiman, 2011: 125).

Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup, (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas (Isnawati, 2011: 12). Hal ini menyatakan bahwa istilah guru juga mencakup individu-individu yang melakukan tugas bimbingan dan konseling, supervisi pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah-sekolah negeri dan swasta, teknisi sekolah, administrator sekolah, dan tenaga layanan bantu sekolah (supporting staff) untuk urusan-urusan administratif. Guru juga bermakna lulusan pendidikan yang telah lulus ujian negara (government examination) untuk menjadi guru, meskipun belum secara aktual bekerja sebagai guru. Bahkan, Marno dan Idris menyatakan bahwa dalam wacana yang lebih luas, istilah guru bukan hanya sebatas pada lembaga persekolahan atau lembaga keguruan semata. Istilah guru sering dikaitkan dengan istilah bangsa sehingga menjadi guru bangsa. Istilah ini muncul ketika sebuah bangsa mengalami kegoncangan struktural dan kultural sehingga hampir-hampir terjerumus dalam kehancuran. Guru bangsa adalah orang yang dengan keluasan pengetahuan, keteguhan komitmen, kebebasan jiwa dan pengaruh, serta keteladanannya dapat mencerahkan bangsa dari kegelapan. Guru bangsa dapat


(47)

lahir dari ulama atau agamawan, intelektual, pengusaha pejuang, birokrat, dan lain-lain. Dengan demikian, istilah guru mengandung nilai, kedudukan, dan peran mulia. Karena itu, di dunia ini banyak orang yang bekerja sebagai guru, akan tetapi mungkin hanya sedikit yang bisa menjadi guru, yaitu yang bisa digugu dan ditiru. Kedudukan guru dipertegas dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 bahwa guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu (Sanjaya, 2008: 19). Hal ini berarti bahwa guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu, kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya.

Mulyasa (2011: 48-50) menguraikan bahwa guru merupakan representasi orang yang ucapan dan tindakannya perlu digugu dan ditiru. Guru sebagai orang yang siap dicaci-maki dan dibenci, namun tidak pernah membalasnya. Guru adalah orang yang rela berkorban untuk anak didik dan masyarakat di sekitarnya. Guru adalah pelopor perubahan masyarakat dengan tanpa membawa implikasi negatif. Guru merupakan sosok orang yang ingin tahu pada semua hal untuk disampaikan pada anak didiknya. Guru adalah bentuk manusia yang tidak bangga ketika disanjung dan tidak sedih ketika dicaci maki. Guru adalah insan moderat, tidak ambisius, tanpa pamrih, tidak cepat tersinggung, tidak suka marah, tidak membenci,


(48)

tidak pernah putus asa, dan tidak sulit memaafkan anak didiknya. Guru adalah manusia cinta, pengembang, dan pengamal pengetahuan. Guru adalah sosok orang yang mempunyai ilmu pengetahuan lebih bila dibanding orang lain.

Lebih dari itu, Mulyasa menjelaskan bahwa guru adalah orang yang selalu memberi pengaruh secara abadi, tetapi tidak tahu kapan pengaruh itu berhenti. Guru merupakan sosok manusia pewaris dan penerus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru adalah mitra belajar siswa tanpa syarat. Guru merupakan pribadi yang utuh untuk merubah perilaku dan kepribadian siswa. Guru adalah manusia yang memikul beban penderitaan siswa dalam belajar. Guru adalah seseorang yang mampu memprediksi sesuatu yang akan terjadi. Guru adalah bentuk manusia yang berpegang pada prinsip, jika melakukan ia paham. Dan guru adalah figur manusia yang mampu melihat realitas alam untuk anak didiknya.

Hal senada dipertegas oleh Fanany (2013: 49) bahwa guru adalah sosok manusia yang harus digugu dan ditiru. Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Guru juga merupakan ujung tombak pendidikan. Karena itu, baik buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan guru adalah seorang pendidik yang memiliki aneka kemampuan dalam bidang pendidikan, baik secara pedagogis, sosial, kepribadian, profesional, dan akademis. Artinya, kelima kompetensi tersebut harus dimiliki oleh guru agar ia mampu berkreativitas dalam pengajaran, mampu mempersiapkan pengajaran, mampu melaksanakan pengajaran secara jelas, riang, gembira, humoris, disiplin, bersahabat, perhatian, tegas, menguasai kelas, sabar,


(49)

menyenangkan, tidak membeda-bedakan siswa, dan mampu membangkitkan semangat belajar pada siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang bisa memperoleh ilmu, prestasi, pangkat, kedudukan/jabatan dan lain sebagainya adalah berkat seorang guru. Orang bisa bekerja dan bisa menguasai pekerjaannya itu juga berkat seorang guru. Seseorang bekerja, berbisnis, berdagang, semuanya itu perlu guru walaupun tidak harus guru yang ada di sekolah.

3. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

a. Pengertian

Kreativitas sangat dibutuhkan bagi seorang guru, karena bila seorang guru kreatif maka akan memberikan dampak yang positif pula pada para murid. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa (Agung, 2010: 23).

Widiasworo (2014: 58) menguraikan bahwa guru kreatif adalah guru yang selalu menggunakan ide-ide/gagasan-gagasan baru dalam menyajikan pembelajaran di kelas sehingga lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan.

Guru harus kreatif dalam merancang dan menyiapkan materi pelajaran, kreatif dalam pengelolaan kelas, kreatif dalam pemanfaatan waktu, kreatif dalam penggunaan metode pembelajaran, kreatif dalam penggunaan media pembelajaran, serta kreatif dalam mengembangkan alat evaluasi. Jika seorang guru dapat kreatif


(50)

atas hal-hal tersebut pasti siswa akan semangat dalam belajar, dengan demikian apa yang diharapkan akan tercapai.

Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup,gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

b.Ciri-ciri Guru Kreatif

Widiasworo (2014: 69-70) menguraikan ciri-ciri guru kreatif, antara lain: 1. Fleksibel. Guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak

didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak. 2. Optimistik. Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan keyakinan

akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.


(51)

3. Respek. Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.

4. Cekatan, dinamis, aktif, eksploratif dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu diimbangi oleh anda sebagai pengajarnya sehingga anda mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.

5. Humoris. Meskipun tidak semua orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat mengaktifkan kreativitas otak kanan mereka.

6. Inspiratif. Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan semua peserta didik mengikutinya, guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum. Ia dapat membuat anak didik terinspirasi untuk menemukan hal hal yang baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.

7. Lembut. Di mana pun guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasih sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.


(52)

8. Disiplin. Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup berbagai hal lain, sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisiplinan. Contoh disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar, dan sebagainya. Dengan demikian akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin.

9. Responsif. Ciri guru yang professional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi dan lain-lain.

10.Empatik. Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses penerimaan serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda. Oleh karena itu seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga biasa lebih memahami kebutuhan-kebutahan belajar mereka.

11.Menjadi teman. Jangan membuat jarak dengan anak didik hanya karena posisi anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan guru-murid. Sehingga anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan.

Selain itu, seorang guru yang kreatif mestilah bersifat ikhlas, cinta, kasih sayang, selektif, inovatif, objektif, persuasif, sabar, visioner dan missioner, rendah hati, menghargai proses, menyenangi kegiatan mengajar, konsisten dan komitmen dalam bertindak, memiliki pengetahuan yang luas, haus akan pengetahuan, memiliki semangat pantang menyerah dan lain-lain.


(53)

Guru yang kreatif dapat dicirikan dari kemampuannya dalam melaksanakan tugas secara profesional. Menurut Naim (2011: 138-139) ada sembilan ciri guru kreatif, yaitu: (1) Mampu mengekspos siswa pada hal-hal yang bisa membantu mereka dalam belajar, (2) Mampu melibatkan siswa dalam segala aktivitas pembelajaran, (3) Mampu memberikan motivasi buat siswa baik secara verbal maupun non verbal, (4) Mampu mengembangkan strategi pembelajaran (penerapan pendekatan metode, model dan tekhnik) dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakter materi, (5) Mampu menciptakan pembelajaran yang joyful, (6) Mampu berimprovisasi dalam proses pembelajaran, (7) Mampu membuat dan mengembangkan media pembelajaran yang menarik, (8) Mampu membuat dan mengembangkan bahan ajar yang variatif, (9) Mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.

Menurut Agung (2010: 69-79) menguraikan ciri-ciri guru kreatif yaitu: (1) Mampu menciptakan ide baru. Guru bisa menemukan sebuah ide baru yang dapat bermanfaat bagi siswa, (2) Tampil beda. Sesuatu yang baru di mana belum pernah dipikirkan atau dilakukan oleh guru-guru yang lain, (3) Fleksibel. Guru yang tidak kaku tetapi mempunyai prinsip dan memahami karakter siswa, memahami gaya belajar siswa dan memahami apa yang diharapkan oleh siswa, (4) Mudah bergaul. Guru tidak boleh terlalu menjaga gengsi karena hal ini akan membuat siswa enggan dan takut mendekati. Hendaklah menempatkan siswa di hati kita sebagai teman dan sahabat, dengan begitu siswa akan lebih dekat dan merasa bahwa kita itu lebih, bersahabat, (5) Menyenangkan. Siswa pasti suka dengan guru yang menyenangkan dan memiliki selera humor tapi tidak berlebihan dan tidak kurang, sehingga


(54)

pembelajaran tidak terlalu tegang, (6) Suka melakukan eksperimen. Guru suka melakukan eksperimen atau uji coba metode pembelajaran atau hal yang lain, untuk meningkatkan kemampuannya menjadi seorang guru.

Soebachman (2014: 111-112) menguraikan cara mengembangkan kreatif mengajar yaitu: (1) Rajin mengumpulkan ide-ide yang muncul dan akan dilaksanakan pada saat yang tepat atau membutuhkan, (2) Rutin mencari referensi yang menyangkut dengan cara mengajar yang baik dan benar dari berbagai sumber, (3) Mengikuti seminar atau workshop pendidikan sehingga menambah ilmu dan bisa belajar dari pengalaman rekan sesama guru, sehingga dapat saling sharing. Dengan demikian, seorang guru harus menyadari pentingnya mengembangkan kreativitas, sebab kreativitas amat diperlukan dalam mengajar supaya cara mengajar tidak monoton, tidak membuat anak didik merasa cepat bosan dan lain sebagainya. Oleh karena itu guru yang kreatif akan sukses dalam mengajar dan disukai oleh anak didik, sebab guru yang penuh dengan kreativitas akan menciptakan suasana belajar yang dinamis dan menyenangkan.

c. Kreativitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkain perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Daryanto, 2010: 199).

Proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangan guru tidak hanya memberikan informasi terhadap siswa agar dapat belajar secara efektif dan


(55)

mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar-mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai pendidik, pembimbing, motivator, organisator, evaluator dan lain sebagainya (Mulyasa, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan kreatif serta memiliki kemampuan yaitu kemampuan membantu siswa belajar efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal.

Menurut Agung (2010: 38-63) dalam proses-belajar mengajar meliputi beberapa aspek yaitu:

1) Bahan/materi pelajaran

Dalam hal ini guru merencanakan dan mempersiapkan bahan/materi pelajaran yang relevan dengan tujuan, sehingga memungkinkan siswa dapat memahami isi materi yang disampaikannya; memilih materi pelajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan siswa dan mudah diterima oleh para siswa; materi pelajaran yang dapat membangkitkan perhatian dan motivasi belajar melalui contoh, ilustrasi, gaya bahasa yang digunakan dan lain sebagainya sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan efektif.

2) Media pembelajaran

Apabila bahan/materi pelajaran membutuhkan bantuan media, guru harus mengkaji hal-hal yang terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan motivasi siswa, melibatkan keaktifan siswa. Penggunaan alat


(56)

peraga atau media akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media/alat peraga yang menarik dan yang belum pernah dipakai, hal ini akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Diusahakan seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih sederhana.

3) Metode pembelajaran

Guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang variatif (diskusi kelompok, simulasi, menonton film, ceramah, dan lain sebagainya) dan sesuai kebutuhan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan kaku, searah dan membosankan siswa. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut keaktifan siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Metode di atas dapat menjadi alternatif pilihan guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

4) Model pembelajaran

Dalam proses pembelajaran selain menggunakan metode pembelajaran, guru dapat juga menggunakan model-model pembelajaran misalnya model “Role Playing” yang langkah-langkahnya adalah: (a) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, (b) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar, (c) Guru


(57)

membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang, (d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, (e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan, (f) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya sambil memerhatikan/mengamati skenario yang sedang diperagakan, (g) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas, (h) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya, (i) Guru memberikan kesimpulan secara umum, (j) Evaluasi, (k) Penutup. Dengan menerapkan model pembelajaran yang variasi ini diharapkan kegiatan proses pembelajaran tidak monoton dan membosankan bagi siswa.

5) Pengelolaan kelas

Guru hendaknya merancang pula pengelolaan kelas sesuai dengan materi, tujuan dan kebutuhan yang dihadapi siswa, serta mengkaji bentuk pengelolaan kelas dan menentukan sesuai dengan bahan/materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk klasikal/kelas, berkelompok, berpasangan, perseorangan dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan ini, guru dituntut untuk mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif, baik dalam merencanakan atau menyiapkan materi dan metode mengajar, media pelajaran, pengelolaan kelas dan lain sebagainya dalam proses belajar-mengajar. Guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan.


(58)

Dengan demikian guru yang memiliki kreativitas dalam proses belajar- mengajar akan kreatif dan variatif dalam menggunakan metode dan media pembelajaran, mampu mengajar dengan baik, penuh semangat sehingga berdampak pada siswa yakni siswa akan termotivasi untuk tekun dan semangat dalam belajar, minat belajar, setia dan senang bekerja mandiri, perhatian dalam pelajaran, memperoleh prestasi belajar yang baik untuk mencapai cita-cita hidupnya.

B. Motivasi Belajar

1. Arti Makna Belajar dan Makna Motivasi

a. Makna Belajar

Suatu kegiatan yang terus-menerus dilakukan dalam kehidupan kita adalah belajar. Belajar bukan hanya terjadi pada kalangan anak-anak sekolah tetapi pada orang dewasa. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia untuk menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Siapa pun dia tanpa belajar dia tidak akan mengerti apa-apa, dunianya menjadi sempit karena dia tidak memiliki pengetahuan sedikit pun. Oleh karena itu, belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita dimanapun kita berada.

Pengertian umum bahwa belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2010: 2). Aunurrahman (2012: 38) menguraikan bahwa


(59)

belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. Perubahan yang terjadi itu harus relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak, tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi pada perilaku pada masa mendatang. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Pengalaman tersebut dapat menimbulkan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Dari uraian ini, maka yang menjadi tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku (Hamalik, 2001: 27-28). Pendapat tersebut dipertegas lagi oleh Winkel yang menguraikan tentang definisi belajar. Menurut Winkel (1996: 53) bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai berikut: ”suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Namun pada kenyataannya tidak semua perubahan yang terjadi pada seseorang merupakan hasil dari suatu proses belajar.

Perubahan yang termasuk dalam pengertian belajar menurut Daryanto antara lain perubahan yan terjadi secara sadar (Daryanto, 2010: 2-3). Contoh seseorang yang belajar akan menyadari dan merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut menjadikan seseorang akan bertambah pengetahuannya, kecakapan dan kebiasaannya juga bertambah. Perubahan yang merupakan hasil belajar dari seseorang berlangsung secara berkesinambungan serta


(60)

dapat menyebabkan perubahan pada orang lain (Daryanto: 2010: 3). Contoh seorang anak belajar membaca, akan membawa perubahan dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca. Perubahan semacam ini berlangsung terus-menerus hingga kecakapan membacanya menjadi lebih baik dan sempurna. Hal ini dipertegas oleh Sardiman (2014: 21) bahwa belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang meliputi unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum bisa menulis, membaca, menjadi bisa menulis, membaca, yang dialami seseorang baik melalui interaksi dengan sesama, lingkungan maupun melalui pengalaman yang dialaminya dalam hidup sehari-hari. Hal ini dapat dilihat melalui sikap dan kebiasaan rajin membaca, menulis, berani mencoba hal yang baru, aktif dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan demi perkembangan dirinya secara utuh.

b. Makna Motivasi

Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa Latin yakni: movere, yang berarti “menggerakkan” (Schunk Dale H, dkk 2012: 6). Berbicara motivasi tidak terlepas dari kata motif. Secara morfologi, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut: Motif adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata kerja yang artinya mendorong.


(1)

(14)

27 83 78

28 75 71

29 70 77

30 65 80

31 77 75

32 80 70

33 71 78

34 70 73

35 71 82

36 81 82

37 77 78

38 63 73

39 86 94

40 71 81

41 67 72

42 80 98

43 77 79

44 90 81

45 93 81

46 63 75

47 79 84

48 81 79

49 56 66

50 78 72

51 70 81

52 88 87

53 78 81

54 82 82

55 80 76


(2)

(15)

57 74 72

58 68 77

59 67 65

60 85 84

61 80 77

62 76 79

63 89 86

64 88 88

65 76 78

66 82 86

67 78 75

68 87 74

69 94 90

70 87 85

71 81 87

72 75 72

73 76 83

74 77 76

75 88 88

76 86 88

77 83 80

78 87 75

79 92 74

80 91 74

81 91 90

82 95 73

83 88 73

84 86 82

85 94 97


(3)

(16)

87 88 88

88 88 81

89 88 81

90 78 80

91 89 73

92 85 81


(4)

(17) Lampiran 5 : Hasil analisis SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation

N

Motivasi Belajar 79.35 6.494 93 Kreativitas Guru 79.65 9.038 93

Model Summaryb

Mo del

R R Squa

re

Adjuste d R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square

Chang e

F Chang

e

df1 df 2

Sig. F Chang e

1 .50 1a

.251 .243 5.650 .251 30.513 1 9 1

.000

a. Predictors: (Constant), Kreativitas Guru b. Dependent Variable: Motivasi Belajar


(5)

(18) ANOVAb

Model Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

1 Regressi on

974.129 1 974.129 30.513 .000a

Residual 2905.161 91 31.925 Total 3879.290 92

a. Predictors: (Constant), Kreativitas Guru b. Dependent Variable: Motivasi Belajar

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 50.680 5.224 9.702 .000 Kreativitas

Guru

.360 .065 .501 5.524 .000

a. Dependent Variable: Motivasi Belajar

Correlations Motivasi Belajar Kreativitas Guru Pearson Correlation Motivasi Belajar

1.000 .501

Kreativitas Guru

.501 1.000

Sig. (1-tailed) Motivasi Belajar

. .000

Kreativitas Guru

.000 .

N Motivasi Belajar

93 93

Kreativitas Guru


(6)

(19) Lampiaran 6 : Surat Permohonan Peneliian


Dokumen yang terkait

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP PRETSTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IS SMA KATOLIK BUDI MURNI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 4 24

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Seko

0 2 11

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Seko

0 2 16

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA Pengaruh Kedisiplinan Belajar Dan Kreativitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 S

0 1 17

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA Pengaruh Kedisiplinan Belajar Dan Kreativitas Guru Dalam Mengajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Neger

0 1 11

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TERHADAP Pengaruh Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajar

0 1 18

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS SMA ANGKASA BANDUNG.

0 0 47

Pengaruh kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 36 205

Pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta

0 21 182

ANALISIS KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA

0 0 11