dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas?
dengan ceramah, diskusi, game dan role play, nonton film, simulasi.
Proses pembelajaran dilakukan di kelas, ruang audio visual, halaman
sekolah, lapangan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dari kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta. Pada tabel model summary diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,251. Ini menunjukkan
bahwa pengaruh variabel kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik sebesar 25,1, sedangkan 74,9 dipengaruhi variabel
lain selain kreativitas guru seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain sebagainya.
Dari hasil penelitian, secara teoritis kreativitas guru dalam proses belajar- mengajar Pendidikan Agama Katolik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bila dibandingkan dengan variabel lainnya yang ditunjukkan dengan nilai
sebesar 25,1. Oleh karena itu, kajian secara ilmiah menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki kekuatan dari segi variabel bebas atau independen yaitu kreativitas
guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik yang memiliki pengaruh yang cukup besar dan signifikan terhadap variabel terikat dependen yaitu
motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.
Dari hasil deskripsi data menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik dengan jumlah mean sebesar 33,30,
median sebesar 33,00, standar deviasi sebesar 3,956, range sebesar 16, serta mode sebesar 30, skor minimum 24, skor maksimum 40, dan sum sebesar 3097, memberi
pengaruh untuk motivasi belajar siswa. Semakin guru kreatif dalam proses belajar- mengajar, maka akan semakin semangat pula motivasi belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan pada tabel coefficients yang menghasilkan persamaan regresi Y = 50,680 + 0,360 X yang menunjukkan hubungan yang positif antara kreativitas guru
dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Hal ini karena di dalam kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terdapat unsur rasa ingin tahu tentang Pendidikan
Agama Katolik, mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, menambah sesuatu yang sudah ada. Salah satu tujuan dari
kreativitas guru adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil mean dari deskripsi data per sub
variabel pada rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik dengan mean sebesar 33,30. Dari 93 siswa, 53 orang siswa 57 menyatakan guru selalu ingin
tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, 39 orang siswa 42 menyatakan guru
sering ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, 1 orang siswa 1 menyatakan guru jarang ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, dan tidak
ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru selalu ingin tahu
tentang Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil wawancara dengan guru, yakni untuk mendukung aspek ini bila ada kesempatan seperti studi banding, seminarsosialisasi
tentang kurikulum ataupun pelatihan apapun yang mendukung profesi sebagai guru Pendidikan Agama Katolik maka guru selalu menyediakan waktu untuk ikut.
Pada sub variabel mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada dengan mean 30,06. Dari 24 orang siswa 26
menyatakan guru selalu mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, 59 orang siswa 63 yang menyatakan guru sering
mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, 10 orang siswa 11 menyatakan guru jarang mengadakan media, metode, dan
model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, dan tidak ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah mengadakan media, metode, dan model pembelajaran
yang belum ada menjadi ada. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru sering mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa mereka membandingkan dengan guru yang sebelumnya dengan yang sekarang, dimana guru yang dulu selalu monoton,
ceramah dan tidak pernah menggunakan media. Hal ini bisa dimaklumi karena guru lama itu tidak bisa menggunakan alat-alat elektronik seperti yang sekarang ini.
Pada sub variabel menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi dengan mean sebesar 16,27. Dari 43 orang siswa 46 menyatakan guru selalu
menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi, 43 orang siswa 46 menyatakan guru sering menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi, 7
orang siswa 8 menyatakan guru jarang menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi, dan tidak ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah menambah
sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, mereka mengatakan bahwa guru selalu menambah sesuatu yang sudah ada
atau memodifikasi baik media, metode, maupun model pembelajaran karena apa yang mereka terima selalu baru sehingga membuat mereka semangat dan senang
dan tidak membosankan. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru tergolong
selalu dan sering. Hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru dalam proses
belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta perlu dipertahankan agar motivasi belajar siswa kelas XI dan XII juga meningkat
sehingga pencapaian hasil belajar semakin meningkat pula. Dalam analisis deskriptif mengenai variabel terikat yaitu motivasi belajar
siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat diukur dari 5 sub variabel yaitu semangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik, senang
belajar Pendidikan Agama Katolik, perhatian dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, menggerakan untuk melakukan sesuatu atau inisiatif, prestasi belajar. Dari
sub variabel semangat dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean sebesar 17,33. Dari 93 siswa diperoleh 64 orang siswa 69 menyatakan
sangat bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik, 29 orang siswa 31 menyatakan cukup bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik,
dan tidak ada yang menyatakan bahwa kurang bersemangat atau tidak bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para
siswa sangat bersemangat dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sub variabel senang belajar Pendidikan Agama Katolik dengan mean 16,03.
Dari 93 siswa diperoleh 36 orang siswa 39 menyatakan sangat senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 59 orang siswa 60 menyatakan cukup senang
belajar Pendidikan Agama Katolik, 1 orang siswa 1 menyatakan kurang senang belajar Pendidikan Agama Katolik dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak
senang belajar Pendidikan Agama Katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa sangat bersemangat dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ini
menunjukkan bahwa siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta cukup belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa pandangan para siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mata pelajaran yang lain semuanya penting dan berguna, karena
pada umumnya semua siswa cukup belajar dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Sub variabel perhatian dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean 16,44. Dari 93 siswa diperoleh 43 orang siswa 46 menyatakan sangat
perhatian dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 47 orang siswa 51 menyatakan cukup perhatian dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama
Katolik, 3 orang siswa 3 menyatakan kurang perhatian dalam mengikuti
pelajaran Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak perhatian dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan
bahwa perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik tergolong cukup perhatian. Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran ini dapat
memudahkan mereka untuk memahami informasi dari guru serta memudahkan untuk menyimpan informasi dalam sistem memorinya, sehingga saat dibutuhkan, ia
pun dengan mudah mampu mengeluarkan gagasan atau pendapatnya. Sub variabel menggerakan dengan mean 15,08. Dari 93 siswa diperoleh 20
orang siswa 21 menyatakan sangat tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, 62 orang siswa 67 menyatakan cukup tergerak
untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, 11 orang siswa 12 menyatakan kurang tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan
Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan bahwa
para siswa cukup tergerak hatinya untuk membaca buku-buku, tekun mengerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, dan lain sebagainya.
Sub variabel prestasi belajar dengan mean 14,38. Dari 93 siswa diperoleh 14 orang siswa 15 menyatakan sangat berprestasi, 60 orang siswa 65
menyatakan cukup berprestasi, 19 orang siswa 20 menyatakan kurang berprestasi, dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak berprestasi. Maka perlu
dari guru untuk meningkatkan prestasi belajar dari para siswa. Data ini memperlihatkan bahwa siswa yang berprestasi dengan yang kurang berprestasi
secara akademik masih lebih banyak yang berprestasi. Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa para siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki motivasi belajar yang tergolong cukup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kreativitas guru dengan motivasi belajar siswa yang dihitung dengan korelasi cukuplah besar yakni
0,051 atau 50,1. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara kreativitas guru dan motivasi belajar. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil
signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05. Maka korelasi antara kreativitas guru dengan motivasi belajar sangatlah jelas. Dengan kata lain semakin tinggi kreativitas guru
semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Untuk mengetahui seberapa besar presentase pengaruh variabel kreativitas
guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
maka digunakan R Square. Dari tabel 27 model summary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,251, yang menunjukkan bahwa pengaruh variabel
bebas X: kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap variabel terikat Y: motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah 25,1 0,251 x 100. Sedangkan 74,9 100 - 25,1 dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel
bebas : kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik. Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
antara variabel kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik dengan variabel motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik menunjukkan adanya pengaruh yang positif
dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini ditunjukkan pula dengan persamaan regresi yang diperoleh yaitu: Y = 50,680 + 0,360 X. Persamaan ini
menunjukkan hubungan yang positif antara kreativitas guru dalam proses belajar- mengajar Pendidikan Agama Katolik X terhadap motivasi belajar siswa kelas XI
dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Y. Oleh karena itu, semakin baik kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama
Katolik di kelas maka motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik juga semakin baik.
E. Refleksi Kateketis 1. Pengertian Katekese