Teori Belajar Konstruktivisme Teori Belajar Piaget

11 b. Strategi kognisi. Ini adalah strategi pembelajaran yang menyebabkan murid terampil mengatur proses internal seperti perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran. Strategi kognisi meliputi strategi menghafal, strategi elaborasi, strategi pengaturan, strategi metakognisi, dan strategi afeksi. c. Informasi verbal. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama, istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan. d. Sikap. Ini adalah keadaan dalam diri murid yang memengaruhinya bertindak sebagai moderatoratas pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen afeksi, kognisi, dan psikomotorik. e. Keterampilan motorik. Ini adalah keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang lebih halus, mulus, teratur, dan tepat waktu.

2.1.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar bermanfaat untuk menjelaskan teori-teori tentang belajar.Teori yang dijelaskan pada bagian ini adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan persepektif psikologi dan filosofis yang memandan bahwa masing- masing individu membangun sebagian besar dari apa yangmereka pelajari dan pahami Bruning, dkk dalam Schunk, 2012: 320.

2.1.1.3 Teori Belajar Piaget

Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap.Tingkat perkembangan kognitif anak menurut Piaget Susanto, 2013: 77yaitu periode berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun. Periode berpikir praoperasional konkret dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7 tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun sampai dewasa. Anak SD 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana anak belajar melalui pengalaman nyata untuk memahmai hal-hal yang abstrak seperti 12 konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkret, siswa sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya Susanto, 2013: 77. Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret. Pada tahap operasional konkret, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan konservasi, kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya, dan mengenai konsep angka.Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa Hergenhahn Matthew, 2008: 320. Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak.

2.1.1.4 Teori Belajar Vygotsky