3. Consistency menjamin kekonsistenan pengukuran. A. Zainur Razikh, 2008
2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain
Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan, apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai
tujuannya atau justru mengalami kemunduran. Pengukuran supply chain dan analisisnya dapat digunakan untuk :
1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai macam variasi metode, proses,
teknik dan sistem yang dapat digunakan untuk me-manage supply chain dan mempelajari entiti–entiti supply chain untuk mengidentifikasi area yang
berpotensi untuk dikembangkan. 2.
Melakukan implementasi metode, proses, teknik dan sistem secara keseluruhan untuk menunjang performa supply chain.
3. Untuk kontrol biaya.
4. Untuk kontrol kualitas.
5. Untuk menentukan level of customer service dan cara mengontrolnya.
Ita Yustianingwati, 2005 Pengukuran kinerja supply chain mencakup pengukuran kinerja perusahaan
pada proses internal dan proses eksternal perusahaan. Proses internal perusahaan merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari proses
perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer. Sedangkan proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan perusahaan dengan
stage yang berada diluar perusahaan, yaitu supplier dan Customer.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.4
Supply Chain Operations Reference SCOR Model
Model Supply Chain Operations Reference SCOR dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council SCC. Supply Chain Council
SCC diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd McGrath PRTM dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang
digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang
terlibat untuk memenuhi permintaan customer. Pudjawan,Supply Chain Council, 2004
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model adalah :
Gambar 2.2. sumber :
Supply Chain Council,2005
Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam SCOR adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Plan
Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan
pengiriman yang terbaik. 2.
Source Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan
hubungan perusahaan dengan supplier. 3.
Make Proses untuk merubah transformasi material menjadi produk jadi untuk
memenuhi permintaan customer. 4.
Delivery Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.
5. Return
Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.
I Nyoman Pujawan, 2002 Model SCOR Supply Chain Operations Reference diorganisasikan dalam 5
lima proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level
untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness,
flexibility, costs, dan assets.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,
digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di
mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan
penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. I nyoman Pujawan, 2005
Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut :
A. Aspek reliability 1.
Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang ada di gudang dengan catatan dokumentasi yag ada.
2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke
supplier. 3.
Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan.
B. Aspek Responsiveness 1.
Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi.
2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
C. Aspek Flexibility 1.
Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
oleh produksi dalam kurun waktu tertentu. D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk cacat.
2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan mesin produksi.
E. Aspek Assets 1.
Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen. Ita Yustianingwati, ST, 2005
Contoh atribut-atribut penelitian sesuai Key Performance Indikator di PT.Petronika-Gresik sebagai berikut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator
Key Performansi Indikator Keterangan
Number of production schedule revision
Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan
Percentage of adjusted production quatity
Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi
awal Forecast Accuracy
Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan
permintaan hasil peramalan Inventory accuracy of
material Keakuratan persediaan dalam
material Inventory accuracy of
packaging Keakuratan persediaan dalam
pengemasan Inventory accuracy of
finished product Keakuratan persediaan dalam
produk akhir Internal Relationship
Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan
Reliability
Planning employee reliability
Keandalan tenaga kerja bagian PPC Time to identity new
product specification Waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian dan pengembangan produk baru
Time to revise production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi
PLAN
Responsiveness
Time to produce a production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi
Supplier Delivery Performance
Kinerja pengiriman supplier Source Employee
Reliability Keandalan tenaga kerja bagian
pengadaan bahan baku Percentage of suppliers
with long term contracts Prosentase supplier jangka panjang
Reliability Supplier reliability
Keandalan dari supplier Supplier delivery lead
time Rata-rata rentang pengiriman
Source Volume responsiveness of material
Tingkat ketanggapan volume bahan baku
Source volume responsiveness of
packaging Tingkat ketanggapan volume
pengemasan Responsiveness
Time to identify a new supplier
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengidentifikasi supplaier
baru Source item flexibility of
packaging Banyaknya perubahan jenis
material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu
tertentu SOURCE
Flexibility Minimum order quality of
packaging Jumlah minimum kuantitas untuk
setiap kali order yang bias dipenuhi oleh supplier
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order
material Cost
Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun
Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan
mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima
uang dari konsumen Assets
Payment term Rata-rata selisih waktu antara
penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran
ke supplier
Percentage of product out of weight specification
Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat
Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara
backoerder salam suatu permintaan Repair time percentage
Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak
Breakdown time percentage
Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti
Time between machine failure
Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses
terhenti Reliability
Manufacturing employee reliability
Keandalan tenaga kerja Production lead time
Lead time produksi Make volume
responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi
peningkatan permintaan sebesar 20
Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan
untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan
jenis produk Responsiveness
Changeover time Waktu persiapan mesin yang
diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan
diproduksi
Make volume flexibility Prosentase peningkatan permintaan
yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
Flexibility Production item flexibility
Flexibiltas item produk Overhead cost
Biaya overhead Defect cost
Biaya-biaya penggantian produk cacat
Cost Machine maintenance cost
Biaya perawatan mesin MAKE
Assets Asset turn
Total penerimaan kotor dibagi total asset bersih
Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan yang
bias dipenuhi dari total permintaan DELIVER Reliability
Percentage of orders delivered complete
Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap
Key Performance Indicator Keterangan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan
persediaan Responsiveness
Delivery lead time Waktu sejak distributor industri
memesan barang sampai barang diambil
Flexibility Minimum delivery
quantity Jumlah minimum pengiriman
Cost Holding cost
Biaya penyimpanan per unit Product reject rate
Tingkat pengembalian produk Reliability
Number of customer complaint
Jumlah complain dari konsumen Time to solve a complain
Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain konsumen
RETURN Responsiveness
Packaging supplier repair time
Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang
diklaim setiap kali terjadi klaim
sumber : Ilma Shofyana.Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference di PT.Petronika-Gresik
2.5. Analytical Hierarchy Process AHP