3. Daftar Pertanyaan Angketkuesioner
Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh
peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :
Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak
sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.
Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan yang memadai dan kemampuan yang cukup.
2.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.
2.7 Penentuan Jumlah Sampel
Penentuan jumlah sample kuesioner ini menurut Suharsini Arikunto 2002, apabila Subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya
sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10-15, maka
menggunakan rumus:
n = 15 x N
keterangan: n = besar sampel
N = besar populasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.8 Pengujian Data
Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas M.T.Safirin, 2002 : 33.
2.8.1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur untuk mengukur apa yang ingin di ukur Mastri
singarimbundan safian efendi,1995 : 124. Semakin tinggi kualitas suatu validitas tersebut semakin mengenai sasarannya san semakin menunjukkan apa yang
ditunjukkan. Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
- XY
N r
Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari
N = jumlah responden X = skor tiap-tiap variabel
Y = skor total tiap responden Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.Sudjana,1992
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.8.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut
sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya.
Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.
Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha. Runus alpha dugunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian. Rumus alpha :
2 1
2 11
1 1
- k
k r
b
Dimana : r
11
= reliabilitas instrument k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σσ
b 2
= jumlah varians butir σ
1 2
= varians total Program komputer SPSS 10.0 Statistical Package for The Social Science
dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.Sudjana,1992
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.9. Scoring System
Scoring System dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Sebelum dilakukan
pengukuran dilakukan penentuan jenis skor terlebih dahulu. Adapun 3 macam skor yang ditekankan pada KPI adalah sbb :
1. Lower Is Better
Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin rendah nilainya mendekati nol, maka kualitasnya akan lebih baik.
2. Larger Is Better
Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin besar nilainya maka kualitasnya akan lebih baik.
3. Nominal Is Better
Pada karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu, dan semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.
2.10. Metode Pengukuran Performansi Supply Chain
Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang
dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif performansi yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality,
speed, reliability, flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan bobot. Tingkat pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
indikator performansi tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku hubungan sebagai berikut :
P
i
=
n
i j
j ij
W S
…………………2.8 Dimana :
P
i
= Total performansi supply chain varian i n = Jumlah obyektif performansi
S
ij
= Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j W
j
= Bobot dari obyektif performansi
Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process AHP, dimana
setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi
dan melakukan pengukuran. Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran
yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Proses normalisasi dilakukan
demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi Normalisasi Snorm De Boer ada 2 macam yaitu Large is better semakin besar nilai semakin baik dan
Lower is better semakin kecil nilai semakin baik Proses normalisasi dilakukan yaitu dengan rumus :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Untuk Larger is Better Snorm =
min max
min S
S S
Si
x 100 ............................................................2.1
Untuk Lower is Better Snorm =
min max
max S
S Si
S
x 100 ............................................................2.2
Keterangan : Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator kinerja Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator kinerja
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol 0 diartikan paling jelek dan
seratus 100 diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.
Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem
monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja 40 maka pencapaian performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah poor
sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali excellent
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.5. Sistem Monitoring Indikator Performansi Sistem Monitoring
Indikator Performansi 90
Exellent 71 – 90
Good 51 – 70
Average 40 – 50
Marginal 40
Poor Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000
2.11. Peneliti Terdahulu