metode susut pengeringan atau gravimetri. Serbuk kulit
Persea americana
Mill. yang sudah ditimbang dipanaskan pada suhu 105
o
C selama 15 menit, yang mana diperkirakan dengan suhu dan waktu seperti ini kadar air di dalam
serbuk akan berkurang. Setelah itu serbuk kembali ditimbang. Selisih bobot sebelum dan sesudah pemanasan merupakan kadar air serbuk. Berdasarkan
hasil pengujian, kadar air pada serbuk kulit
Persea americana
Mill. yang digunakan sebesar 7,1 . Hal ini menunjukkan bahwa serbuk kulit
Persea americana
Mill. telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
B. Uji Pendahuluan
1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida
Penetapan dosis hepatotoksik bertujuan untuk mengetahui dosis efektif karbon tetraklorida yang dapat menimbulkan perlemakan hati
steatosis
. Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie 2002 dosis karbon tetraklorida
yang dapat menyebabkan terjadiya
steatosis
sebesar 2 mLkgBB tikus. Dosis ini mampu merusak sel-sel hepar pada tikus jantan galur Wistar yang
ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT-AST namun tidak menimbulkan kematian hewan uji. Menurut penelitian Cao,
et.al
.,
2014 tikus terinduksi karbon tetraklorida yang mengalami perlemakan hati steatosis
aktivitas serum ALT-AST akan meningkat 3 – 4 kali dari nilai normal.
2. Penetapan dosis dan lama pemejanan infusa kulit
Persea americana
Mill.
Penetapan dosis dan lama pemejanan infusa adalah untuk mengetahui penggunaan dosis dan lama pemberian infusa kulit
Persea americana
Mill. yang akan dipejankan ke tikus. Penetapan dosis dan lama pemejanan infusa
mengacu pada penelitian Putri 2013, yang mana dosis tertinggi sebesar 1600 mgkgBB, dosis tengah sebesar 761,9 mgkgBB dan dosis rendah sebesar
362,8 mgkgBB. Hewan uji akan dipejankan infusa kulit
Persea americana
Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh akan diinduksi hepatotoksin karbon tetraklorida 50 dengan dosis 2 mLkgBB.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Putri 2013 yang mana hetatotoksin yang digunakan sama yaitu karbon tetraklorida namun
sediaan infusa yang digunakan berbeda.
3. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji
Penentuan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk melihat efek maksimal hepatotoksik dari senyawa karbon tetraklorida. Senyawa model
hepatotoksin ini diinduksikan pada tikus dengan dosis 2 mLkgBB dengan selang waktu 0, 24 dan 48 jam. Ketoksikan karbon tetrakorida dapat dilihat
dari kenaikan aktivitas ALT-AST pada serum darah tikus. Hasil penetapan pencuplikan darah berdasarkan kenaikan ALT dapat dilihat pada tabel III dan
gambar 4.
Tabel III. Purata ± SE aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida CCl
4
dosis 2 mLkgBB pada waktu pencuplikan darah n=3
Selang Waktu jam Purata aktivitas serum ALT ± SE UL
72,3 ± 5,8 24
217,3 ± 2,7 48
90,3 ± 3,8
Keterangan. SE : Strandar Error
Gambar 4. Diagram batang aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida CCl
4
dosis 2 mLkgBB pada waktu pencuplikan darah
Berdasarkan hasil statistik uji
Kolmogorov-Smirvov
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan variansi data homogen sehingga dapat berlanjut
pada pengukuran satu arah
oneway anova
. Dari hasil analisis data aktivitas ALT menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 p0,05 yang artinya terdapat
perbedaan yang bermakna dari ketiga kelompok waktu ini. Untuk mengetahui
kebermaknaan tiap kelompok waktu pencuplikan darah dilakukan
Uji Schffe
yang mana hasilnya dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil
Uji Schffe
aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida CCl
4
dosis 2 mLkgBB pada waktu pencuplikan darah
Selang Waktu jam 24
48 BB
BTB 24
BB BB
48 BTB
BB
Keterangan. BB : Berbeda Bermakna p0,05, BTB : Berbeda Tidak Bermakna p0,05
Kenaikan signifikan aktivitas ALT terjadi pada jam ke 24 seperti yang terlihat pada tabel III dengan purata kenaikan mencapai 217,3 ± 2,7 UL. Pada
gambar 4 dan tabel IV terlihat perbedaan yang bermakna yang mana terjadi kenaikan yang signifikan pada aktivitas ALT pada jam ke 24 sedangkan pada
jam ke 48 terjadi penurunan. Penurunan aktivitas ALT pada jam ke 48 dinyatakan berbeda tidak bermakna jika dibandingkan dengan jam ke 0, ini
artinya pada jam ke 48 fungsi hati mulai kembali normal. Saat orientasi hanya dilakukan pengukuran enzim ALT karena enzim ini lebih spesifik pada hati
dan dapat dikatakan naik turunnya enzim ALT pada penyakit hati akan berbanding lurus dengan kenaikan dan penurunan enzim AST.
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas karbon tetraklorida yang memberikan efek hepatotoksik terjadi pada jam ke 24 yang ditandai dengan
kenaikan aktivitas ALT serum yang signifikan pada jam tersebut. Untuk itu
penetapan waktu pencuplikan darah dilakukan pada jam ke 24 setelah diinduksi karbon tetraklorida.
C. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif Infusa Kulit