3.
Sumber-sumber kecemasan menghadapi perkawinan
a. Kecemasan menghadapi perkawinan yang dialami seseorang
adalah adanya perubahan yang akan terjadi dari sebelum dan sesudah perkawinan, Pervin, 2011.
b. Kecemasan
menghadapi perkawian
ketika seseorang
mengalami konflik dalam diri sendiri berkaitan dengan kebutuhan kesenangan, kebutuhan berelasi, dan kebutuhan
beraktualisasi diri Pervin, 2011 c.
Kecemasan menghadapi perkawinan dialami seseorang ketika timbul perasaan terikat setelah berumah tangga Fitzgerald,
1999. d.
Kecamasan menghadapi perkawinan berkaitan dengan penafkahan
terhadap keluarganya
setelah perkawinan,
Kertamuda, 2009. Sumber-sumber kecemasan menghadapi perkawinan dialami
seseorang karena muncul perasaan tentang adanya perubahan dari sebelum dan sesudah perkawinan.
4. Hal-hal yang dicemaskan pria dalam menghadapi perkawinan
Fitzgerald 1999, pria memiliki pemahaman tentang perkawinan dalam intuisi sosial yang bersifat fundamental, mereka mengerti akan
kebutuhan keturunan, membesarkan anak, berumah tangga, serta memiliki hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Hurlock 1990, memasuki usia
dewasa awal pria dihadapkan pada peranan baru yaitu mulai mencari pekerjaan yang dirasa dapat menunjang karirnya. Kecemasan pria ketika
sedang mengejar karirnya sampai dengan posisi yang diinginkannya, disatu sisi ia harus mempersiapkan perkawinan dengan pasangannya.
Fitzgerald 1999 dan Barron 2001 beberapa alasan pria mengalami kecemasan menghadapi perkawinan, antara lain :
a. Kecemasan akan kehilangan kebebasan
Kebebasan adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tanpa aturan, tanpa kekangan dan merasa tidak digantung oleh orang
lain. Ketika seseorang memutuskan untuk membentuk komitmen maka akan dihadapkan pada banyak aturan perkawinan. Ada beberapa hal
yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan kehilangan kebebasan ketika akan menghadapi perkawinan. Baron 2001, salah
satunya adalah kecemasan akan kehidupan keluarga yang terkontrol atau terikat oleh pasangan. Seseorang merasa bahwa kebebasan
berkumpul atau sekedar hangout dengan teman-teman menjadi dibatasi. Kehidupan keluarga yang terkontrol oleh pasangan
menyebabkan seseorang merasa ruang lingkup dalam pergaulan menjadi sangat terbatas.
Seseorang memiliki tanggungjawab untuk tetap menjaga komitmen perkawinan yang telah disepakati. Komitmen berkaitan pula
dengan perilaku di dalam masyarakat yang harus memiliki kebebasan namun tetap berpegang teguh pada norma. Perilaku yang berdasarkan
pada sosial budaya adalah bahwa efek globalisasi dan ketidaksesuaian harus disikapi dengan baik. Pada hal inilah seseorang mengalami
kecemasan akan tidak ada flirting. Firlting adalah istilah untuk menggambarkan ketertarikan seksual atau romantisme. Biasanya ada
obrolan, bahasa tubuh atau kontak fisik singkat yang terlibat dalam proses ini. Flirting bisa diartikan sebagai usaha untuk menggoda lawan
jenis. Seseorang yang sudah memasuki dunia perkawinan akan kehilangan kebebasan untuk melirik lawan jenis yang dianggapn lebih
mempesona dibandingkan dengan pasangannya. Seseorang menjadi tidak dapat menggoda atau berkenalan secara lebih mendalam dengan
teman lawan jenis. Seseorang mengalami kecemasan akan privasi dengan
pasangan. Setiap orang tentunya memiliki beberapa hal yang tidak ingin diketahui oleh orang lain termasuk pasangannya. Disaat
seseorang sudah memutuskan untuk membina keluarga maka hal tersebut dapat berpotensi menjadi permasalahan. Seseorang harus siap
membicarakan segala hal yang dialami dengan pasangannya. Kecemasan menghadapi perkawinan berkaitan pula dengan
kesiapan seseorang dalam berbagi kehidupan rumah tangga yang telah dibina. Perkawinan adalah menyatukan dua insan yang berbeda dalam
satu komitmen. Dalam hal ini setiap pasangan harus memahami konsep berbagi ketika sudah memasuki dunia perkawinan. Seperti
contohnya berbagi tempat tidur, kamar mandi, dan masalah yang
sering terjadi adalah berbagi keuangan. Seseorang terkadang tidak merasa siap untuk berbagi dengan pasangan. Seseorang tidak memiliki
kesiapan untuk berbagi dengan pasangan maka muncul kecemasan menghadapi perkawinan.
b. Kecemasan akan kebosanan dengan seksualitas
Seseorang menentukan satu orang yang akan dipilih untuk menjadi pasangan seumur hidupnya. Komitmen yang telah disepakati
harus ditaati dengan sebaik mungkin oleh kedua belah pihak dan tidak terkecuali dalam bidang seksualitas. Seorang pria yang pada saat
sebelum membina rumah tangga sering berganti-ganti pasangan merasakan kecemasan menghadapi perkawinan saat dihadapkan pada
situasi seksualitas yang sama. c.
Kecemasan akan tanggungjawab pada keluarga Fitgerald 1999, kecemasan bertanggungjawab bukan berarti
seorang pria tidak berani bertanggungjawab dengan komitmen keluarga yang akan dilalui. Seseorang yang memiliki penghasilan atau
pencaharian nafkah yang baik akan memiliki kecemasan yang lebih rendah. Sebaliknya, seseorang yang memiliki penghasilan rendah akan
memiliki kecemasan menghadapi kecemasan yang tinggi. Seorang pria memiliki tanggungjawab untuk memberikan
nafkah pada keluarganya yang menyebabkan ia mengalami kecemasan akan memberikan nafkah. Walgito 2000 mengemukakan bahwa
nafkah itu berkaitan dengan faktor ekonomi seseorang dalam
kehidupan berkeluarga. Dalam kehidupan seseorang tidak lepas dari kebutuhan. Seorang pria yang memutuskan untuk membina keluarga
maka harus siap untuk menafkahi pasangannya. Selain itu, seseorang juga harus siap untuk menafkahi kebutuhan anak-anaknya kelak.
Menafkahi adalah bentuk tanggungjawab hidup ketika sudah berani memutuskan untuk membina keluarga. Seseorang mengalami
kecemasan menghadapi perkawinan karena adanya perasaan apakah ia mampu memenuhi nafkah atau tidak.
d. Kecemasan pada karir yang terhambat oleh tanggungjawab keluarga
Fitgerald 1999, kecemasan pada karir terhambat oleh tanggungjawab keluarga. Seorang pria memiliki kecenderungan
bingung memilih antara karir dan membangun keluarga bersama pasangan. Seseorang yang memiliki jam terbang tinggi dalam karir
akan mengalami kesulitan dalam memperhatikan keluarga. Seseorang harus memikirkan dan mempertimbangkan dengan baik dalam
mengambil keputusan antara karir dan berumah tangga. Dari beberapa uraian diatas, beberapa hal yang dicemaskan pria
dalam menghadapi perkawinan yaitu adanya kecemasan akan kehilangan kebebasan, tanggungjawab pada keluarga, kecemasan akan
kebosanan dengan seksualitas, dan kecemasan pada karir yang terhambat oleh tanggungjawab keluarga.
5. Hal-hal yang dicemaskan wanita dalam menghadapi perkawinan