ketertiban dan kemanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela dimata masyarakat.
B. Kecemasan Menghadapi Perkawinan
1. Kecemasan
Kecemasan disadari atau tidak selalu hadir dalam kehidupan ketika manusia berinteraksi dan berelasi dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia
sekitarnya. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia Hutagalung, 2007. Daradjat 1996, menyatakan kecemasan merupakan
manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seorang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin
maupun konflik. Sementara itu, Hurlock 1990 berpendapat bahwa seseorang yang mengalami kecemasan akan memiliki perasaan khawatir,
gelisah, kurang percaya diri, merasa tidak mampu, rendah diri, tidak sanggup menyelesaikan
masalah serta
perasaan-perasan lain
yang tidak
menyenangkan. Kecemasan sering terjadi pada seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang merasa kawatir dan memiliki
perasaan
gelisah. Menurut Freud dalam Alwisol, 2005:28 mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu
tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan adalah suatu manifestasi emosi
seseorang yang mengalami tekanan perasaan, pertentangan batin maupun konflik.
2. Pengertian kecemasan menghadapi perkawinan
Kecemasan perkawinan berkaitan dengan gambaran seseorang yang akan dialami setelah memutuskan untuk berumah tangga.
Aputra Husni dalam Sihwening, 2003 kecemasan menghadapi perkawinan mengenai
gambaran kehidupan berkeluarga dengan banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari soal kebutuhan rumah tangga, kehamilan, merawat
anak dan merawat rumah sampai menyesuaikan diri dengan pihak suami atau istri. Sihwening 2003, dalam situasi menghadapi perkawinan,
seseorang merasa kurang memahami apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan. Gambaran tentang tugas dan kewajiban yang bertambah atau
mungkin berubah akan diterima setelah berumah tangga.
Kecemasan menghadapi perkawinan berkaitan dengan kesiapan seseorang ketika akan memasuki dunia perkawinan. Dewi 2006,
kesiapan perkawinan adalah kesediaan seseorang untuk mempersiapkan diri membentuk suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga. Seperti yang diungkapkan Hurlock 1990, bahwa persiapan perkawinan
menuju kehidupan berumah tangga adalah tugas penting yang harus dijalani oleh inidvidu.
Kecemasan menghadapi perkawinan adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh seorang pria dan seorang wanita ketika
akan menghadapi perkawinan. Hal ini dikarenakan gambaran perkawinan nanti yang akan dialami belum jelas.
3.
Sumber-sumber kecemasan menghadapi perkawinan
a. Kecemasan menghadapi perkawinan yang dialami seseorang
adalah adanya perubahan yang akan terjadi dari sebelum dan sesudah perkawinan, Pervin, 2011.
b. Kecemasan
menghadapi perkawian
ketika seseorang
mengalami konflik dalam diri sendiri berkaitan dengan kebutuhan kesenangan, kebutuhan berelasi, dan kebutuhan
beraktualisasi diri Pervin, 2011 c.
Kecemasan menghadapi perkawinan dialami seseorang ketika timbul perasaan terikat setelah berumah tangga Fitzgerald,
1999. d.
Kecamasan menghadapi perkawinan berkaitan dengan penafkahan
terhadap keluarganya
setelah perkawinan,
Kertamuda, 2009. Sumber-sumber kecemasan menghadapi perkawinan dialami
seseorang karena muncul perasaan tentang adanya perubahan dari sebelum dan sesudah perkawinan.
4. Hal-hal yang dicemaskan pria dalam menghadapi perkawinan