terlihat pada seorang wanita yang memiliki gambaran bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang menyakitkan.
c. Kecemasan akan kebingungan antara karir dan keluaraga
Pendidikan dan perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju membuat wanita mempunyai kesempatan yang sama dengan pria
untuk mengembangkan karirnya. Murtiko dalam Marini, 2007, semakin banyak wanita yang mempunyai pendidikan tinggi maka
semakin banyak wanita yang bekerja. Banyaknya wanita yang berambisi untuk mengejar karir mengakibatkan penundaan terhadap
perkawinan Betz, 1993; Spain Bianchi, 1996 dalam dewi, 2006. Bridges dalam Dewi 2006, mengatakan bahwa meskipun banyak
wanita bekerja yang menunda untuk berumah tangga, mereka tetap memiliki keinginan untuk membuat suatu komitmen perkawinan
dalam hidup. Beberapa hal yang dicemaskan wanita dalam menghadapi
perkawinan berdasarkan uraian diatas yaitu adanya kecemasan akan kehilangan kebebasan, kehamilan dan persalinan, dan kecemasan pada
karir terhambat oleh tanggungjawab keluarga
6. Kecemasan menghadapi perkawinan pada pria dan wanita
Berdasarkan beberapa aspek yang menjadi kecemasan pria dalam mengadapi perkawinan dan kecemasan wanita dalam menghadapi
perkawinan, penulis mencoba mengabungkan menjadi 4 aspek, antara lain:
a. Kecemasan akan kehilangan kebebasan
Perkawinan yang sekali dalam seumur hidup menjadi dambaan setiap seseorang. Disisi lain, tidak semua gambaran perkawinan
dihadapi dengan bahagia, melainkan ada yang mengalami kecemasan mengahadapi perkawinan. Seseorang memiliki gambaran bahwa
kebebasannya dengan teman-temannya, kebebasan untuk bersenang- senang, kebebasan dalam berelasi dengan lawan jenis, dan kebebasan
untuk mengambil keputusan menjadi dibatasi. 1
Kecemasan kehilangan waktu bersama teman-teman Seseorang yang terbiasa hidup bebas akan mengalami
kecemasan kehilangan kebebasan karena disatu sisi harus memikirkan pasangannya. Seperti contohnya, kebebasan untuk
berkumpul dengan teman-teman atau sekedar hangeout. Kehidupan
keluarga yang
terkontrol oleh
pasangan menyebabkan seseorang merasa ruang lingkup dalam pergaulan
menjadi sangat terbatas. 2
Kecemasan kehilangan waktu untuk bersenang-senang Seseorang yang memiliki jiwa petualang tinggi akan
mengalami kecemasan menghadapi perkawinan. Seseorang tidak dapat lagi melakukan aktivitas yang tujuannya hanya
untuk kesenangan dirinya sendiri.
3 Kecemasan tidak dapat lagi berelasi dengan lawan jenis
Seseorang yang sudah berumah tangga tidak lagi dapat menggoda atau berkenalan secara lebih mendalam dengan
lawan jenis. Kehidupan perkawinan menuntut seseorang untuk tidak secara bebas menjalin relasi dengan lawan jenis.
4 Kecemasan dalam mengambil keputusan menjadi dibatasi
Di dalam perkawinan terdapat dua karakter yang berbeda yang akan hidup bersama. Salah satu memiliki
keinginan maka hendaknya harus dibicarakan dengan pasangan terlebih dahulu.
b. Kecemasan akan perubahan peran
Gambaran peranan baru yang akan diterima setelah berumah tangga itu juga dapat menimbulkan kecemasan pada pria dan wanita.
1 Kecemasan perubahan peran sebagai suamiistri
Perkawinan membawa perubahan peran bagi seorang pria menjadi suami dan seorang wanita menjadi istri.
2 Kecemasan perubahan peran sebagai orang tua
Memasuki dunia perkawinan, pasangan suami istri yang memiliki anak berubah peran menjadi orang tua.
Menemani, mendidik dan membimbing anak-anaknya menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri.
3 Kecemasan perubahan peran sebagai anggota masyarakat
Pada mulanya seseorang tidak terlibat langsung didalam masyarakat, namun setelah berumah tangga harus
berhubungan langsung dengan masyarakat. Keluarga yang dibina hidup dalam masyarakat, sehingga inidvidu
menerima tugas perubahan peran menjadi bagian dari masyarakat.
c. Kecemasan akan karir yang terhambat oleh tanggungjawab keluarga
1 Kecemasan jenjang karir yang terhambat
Seseorang yang telah bekerja pasti mempertimbangkan perjalanan karirnya sebelum memutuskan untuk berumah
tangga. Hal ini disebabkan karena beberapa perusahaan tidak ada peningkatan jenjang karir setelah berumah tangga.
Sementara itu, di dalam mengejar jenjang karir yang diinginkan akan terhambat oleh kehidupan rumahtangganya.
2 Kecemasan waktu untuk keluarga
Seseorang yang telah memutuskan untuk berumah tangga harus menyadari bahwa ia memiliki keluarga.
Seseorang harus dapat menyisihkan waktu untuk pasangan dan anak-anaknya. Terkadang ketika seseorang sibuk bekerja maka
waktu untuk keluarga menjadi tidak ada.
3 Kecemasan kesulitan membagi waktu
Seseorang yang pada awalnya bekerja untuk dirinya sendiri dan tidak memikirkan waktu untuk keluarga. Pada saat
setelah berumah tangga mau tidak mau seseorang dituntut untuk dapat membagi waktu dengan adil antara karir dan
keluarga. d.
Kecemasan akan tanggungjawab keluarga 1
Kecemasan memenuhi biaya pendidikan anak Pada jaman yang semakin modern ini pendidikan dirasa
sangat penting, bahkan dari anak usia dini sudah dipersiapkan untuk masuk dalam dunia pendidikan. Membiayai pendidikan
ini tentu tidaklah murah seiring dengan meningkatnya biaya hidup yang semakin mahal. Orang tua dituntut untuk
menyediakan biaya pendidikan sampai anak tamat sekolah atau sampai selesai di perguruan tinggi.
2 Kecemasan menafkahi keluarga
Seseorang yang sudah memutuskan untuk berumah tangga, seseorang harus siap dengan tanggungjawab menafkahi
keluarganya. Nafkah berkaitan dengan kelangsungan hidup anggota keluarga.
3 Kecemasan menyediakan tempat tinggal
Seseorang harus keluar dari rumah orangtuanya ketika memutuskan untuk berumah tangga. Seseorang dituntut untuk
mempersiapkan tempat tinggal yang akan ditempati setelah melangsungkan perkawinan. Seorang wanita harus siap untuk
hidup bersama dengan suaminya di rumah sendiri. 4
Kecemasan biaya kesehatan keluarga Keluarga terbentuk dari beberapa inidvidu yang hidup
bersama dalam satu rumah yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Dalam kelangsungan hidup seseorang tidak lepas sari
kesehatan, keluarga dituntut untuk menyediakan biaya kesehatan bagi anggota keluarganya.
C. Perbedaan kecemasan menghadapi perkawinan pada pria dan wanita