6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Belajar dan Menyelesaikan Soal Fisika
“I understand the concepts, I just can’t solve the problems’. Ken Heller, seorang pengajar di Universitas Minnesota mengatakan bahwa pernyataan seperti
ini sering ditemukan pada siswa dalam pembelajaran fisika dikelas. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal menjadi pokok persoalan dalam
setiap kegiatan pembelajaran. Banyak siswa yang mampu menjelaskan konsep- konsep fisika secara teoritis, akan tetapi ketika diperhadapkan dengan persoalan
yang sebenarnya mereka tidak dapat menyelesaikannya dengan menggunakan teori yang telah diajarkan.
Belajar yang sebenarnya adalah tidak hanya sekedar untuk menghafal sesuatu tetapi untuk menangkap makna dan dapat mengaplikasikannya untuk
menjelaskan fenomena-fenomena fisika yang ada. Untuk memecahkan masalah yang kompleks diperlukan kemampuan menghubungkan konsep, prinsip, dan
hukum yang satu dengan yang lain. Menurut Winkel 1989, belajar merupakan suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Berdasarkan uraian tersebut maka
siswa yang rajin belajar akan lebih mudah dalam membaca, menganalisa, dan
mengevaluasi suatu masalah sehingga akan lebih mudah memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam
kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan.
Menurut Moh. Uzer Usman 1990, Metode keilmuan merupakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme. Sebagai perpaduan dari
rasionalisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pikiran dan empirisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman. Metode keilmuan memiliki kerangka dasar prosedur yang dijabarkan dalam enam langkah, yaitu:
a. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
b. Penyusunan dan klasifikasi data
c. Perumusan hipotesis
d. Deduksi dan hipotesis
e. Tes dan pengujian kebenaran hipotesis
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat cepat, sehingga tidak mungkin siswa hanya belajar disekolah dengan mengharapkan informasi dari guru saja.
Akan tetapi masih banyak guru yang hanya mengejar waktu agar materi pelajaran dapat tersampaikan semua sehingga siswa hanya memiliki pengetahuan tetapi
tidak terlatih untuk menemukan pengetahuan, konsep dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pendekatan keterampilan melalui pelatihan sangat
penting dalam pembelajaran.
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan hal yang sangat
penting dalam pembelajaran fisika. Problem dapat diartikan sebagai keadaan yang dialami oleh individu atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan. Dalam
pembelajaran fisika, problem adalah soal-soal yang biasanya terdapat didalam buku-buku teks fisika. Kemampuan menyelesaikan soal dapat mencerminkan
keberhasilan kegiatan pembelajaran. William J Leonard 1996 dalam artikelnya mengemukakan perbedaan antara para ahli dan para pemula yang mempelajari
fisika. Para pemula memahami problem solving sebagai proses mengingat, menuangkan kembali dan memanipulasi persamaan untuk dapat menjawab suatu
soal. Sedangkan para ahli memahami problem solving sebagai penerapan sejumlah ide-ide utama untuk menjelajahi konteks penyelesaian soal dalam
tingkat yang lebih luas. Para ahli cenderung menyelesaikan soal secara kualitatif dimana pemahaman konsep lebih penting daripada sekedar menerapkan rumus
dan menghitung secara kuantitatif. Pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika tidak berbeda dengan
pemecahan masalah pada umumnya yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari- hari. Apabila siswa pernah menemui masalah sebelumnya dan telah mengetahui
solusinya, maka siswa dapat memecahkan masalah itu dengan mengingat kembali pemecahannya.
Menurut Sriyono 1992 metode pemecahan masalah adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan dan
diselesaikan. Metode pemecahan masalah menempatkan siswa sebagai subyek utama yang secara aktif ikut ambil bagian dalam proses pembelajaran, khususnya
untuk memecahkan masalah yang diberikan guru kepada siswa. Keberadaan guru hanya sebagai fasilitator proses belajar siswa untuk membantu menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik. Metode pemecahan masalah mendorong dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk berinisiatif dan berpikir secara sistematis dalam menghadapi suatu masalah.
2. Langkah-Langkah Menyelesaikan Soal fisika