24
E k o n o m i SMA - Kelas X
Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu: 1
Nilai pakai subjektif Adalah nilaiarti yang diberikan oleh seseorang pada suatu barang,
sehubungan dengan kemampuan barang untuk memenuhimemuaskan kebutuhan. Misalnya Buku pelajaran ekonomi bagi siswa, buku tulis bagi
siswa, tas sekolah bagi siswa, nasi bagi orang yang lapar.
2 Nilai pakai objektif
Adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan manusia pada umumnya. Misalnya sandang, makanan, perumahan sangat
bernilai bagi suatu keluarga, buku pelajaran sangat bernilai bagi siswa SMA.
b. Nilai Tukar
value in exchange
Nilai tukar ialah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain di pasar. Misalnya : Buku pelajaran ekonomi, tas
sekolah, buku tulis, beras, tekstil, tembakau, cengkeh, obat-obatan memiliki nilai tukar. Tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu barang
ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut. Contoh beras memiliki nilai pakai yang lebih besar daripada pasir, sehingga nilai tukar beras lebih
tinggi daripada nilai tukar pasir. Bila suatu barang semakin tinggi nilai pakainya, maka nilai tukarnya juga akan semakin tinggi. Faktor lain yang
juga ikut menentukan tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu barang adalah faktor persediaan. Makin sedikit persediaan makin tinggi nilai tukarnya.
Misalnya : beras, gula pasir, semen, besi baja, dan lain sebagainya. Nilai tukar terdiri dari dua macam, yaitu:
1 Nilai tukar subjektif
Adalah nilaiarti yang diberikan seseorang pada suatu barang, sehubungan kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan
barang lain. Seorang petani memberikan penilaian pada padi yang dihasilkannya menurut ukurannnya sendiri
2 Nilai tukar objektif
Adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Hampir semua barang yang ada di dalam masyrakat
mempunyai nilai tukar objektif, karena setiap manusia tidak membuat sendiri barang-barang yang ia butuhkan. Semakin maju pembagian kerja
dalam masyrakat, makin mudah kita memperoleh barang-barang dengan jalan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut
mempunyai nilai tukar objektif. misalnya: mengganti penggunaan bus menjadi taxi. Hal ini terjadi karena bus memiliki nilai tukar objektif dengan
taxi.
4. Teori Nilai
Teori nilai memberikan jawaban atas pertanyaan Apakah sebabnya barang- barang mempunyai nilai? Dan faktor-faktor mana yang mempengaruhi tinggi
rendahnya nilai suatu barang. Beberapa ahli ekonomi membahas teori nilai
25
Bab 2 - Perilaku Konsumen dan Produsen
menurut pandangannya masing-masing. Dalam garis besarnya, teori nilai dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : teori nilai objektif, dan teori nilai
subjektif.
a. Teori Nilai Objektif
Mazhab Klasiklah yang pertama kali mempelajari soal nilai, terutama nilai tukar. Teori nilai objektif menyelidiki nilai suatu barang dengan barang
itu sendiri sebagai objek penelitian. Bagaimana terjadinya barang itu? apakah barang itu mempunyai guna pakai dan guna tukar? Dalam hal menilai,
produsen mempunyai peranan penting, karena produsenlah yang menghasilkan barang serta mengetahui seluk-beluk proses produksi barang
itu sampai dapat dijual di pasar. Sebagai dasar dalam penyelidikan teori nilai objektif ialah:
1
barang yang akan diselidiki. 2
penilaian dari pihak produsen. 3
apakah barang itu memiliki guna pakai dan guna tukar? Beberapa pelopor teori nilai objektif yaitu: Adam Smith dengan teori
nilai biaya produksi, David Ricardo: teori nilai biaya produksi tenaga kerja, Karl Marx: teori nilai tenaga rata-rata masyarakat dan teori nilai lebih,
Carey: teori nilai biaya reproduksi, dan David Humme dan John Locke : teori nilai pasar.
1 Ajaran Nilai Bia a Produksi Adam Smith
Untuk membuat suatu benda telah dipergunakan modal dan tenaga. Orang harus memberikan pengorbanan berupa modal dan tenaga.
Pengorbanan berupa modal dan tenaga inilah yang menjadi nilai dari benda tersebut. Nilai suatu benda menurut teori ini adalah sama dengan nilai
yang dipergunakan berupa modal dan tenaga biaya produksi. Teori Adam Smith dikenal dengan nama Teori Nilai Biaya produksi Cost Value
Theory. Sering pula terjadi bahwa perbaikan dalam cara produksi menyebabkan
biaya produksi sangat berkurang. Hal ini dapat diperhatikan dalam ajaran nilai biaya reproduksi dari Carey.
2 Ajaran Nilai Bia a Produksi Tenaga Kerja Da id Ricardo
Nilai barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang itu. Tenaga kerja yang dimaksud oleh Ricardo
adalah meliputi tenaga kerja manusia dan perkakas dan mesin-mesin, karena perkakas dan mesin-mesin kalau dianalisis ternyata tidak lain adalah
hasil dari tenaga kerja. Ricardo membedakan barang menjadi dua golongan a
barang yang tidak mungkin diganti atau diperbanyak, seperti : lukisan. Nilai barang ini ditentukan oleh penggemar.
b Barang yang mudah diperbanyak, nilainya ditentukan oleh jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Berkaitan dengan itu, tenaga kerja merupakan alat penunjuk nilai
dalam tukar-menukar.
26
E k o n o m i SMA - Kelas X
3 Ajaran Nilai Tenaga rata-rata Mas arakat dan Teori Nilai
Lebih Karl Mar Pendapat Karl Marx ini merupakan kelanjutan hasil pemikiran
Ricardo. Tenaga kerja adalah sumber nilai, dan nilai tukar suatu benda ditentukan oleh jumlah tenaga kerja rerata masyarakat. Yang dimaksud
dengan masyarakat adalah tenaga manusia termasuk perkakas dan mesin yang dipakai dalam produksi sebenarnya juga tenaga kerja, yaitu tenaga
kerja yang sudah mengkristal. Teori tenaga kerja Karl Marx dipakai sebagai dasar untuk menyusun “teori pemerasan”, yang mengkritik terjadinya
kepincangan-kepincangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Teori pemerasan ini sangat membantu dalam menguraikan teori nilai lebih value
added.
4 Ajaran Teori Nilai Bia a Reproduksi Carey
Menurut Carey, nilai barang harus didasarkan atas biaya reproduksi, yaitu biaya untuk memproduksi kembali suatu barang. Contohnya : untuk
membuat meja belajar diperlukan biaya Rp 150.000,00. Setelah satu bulan kemudian karena harga kayu naik, maka diperlukan biaya Rp 200.000,00.
Sehingga jumlah uang Rp 200.000,00 merupakan biaya reproduksi.
5 Ajaran Teori Nilai Pasar David Humme dan John Locke
Ajaran nilai David Humme dan John Locke ini juga disebut market value theory. Menurut teori ini, nilai suatu barang bergantung pada
permintaan dan penawaran barang di pasar. Jika penawaran lebih besar daripada permintaan maka nilai barang akan turun. Sebaliknya jika
permintaan lebih besar daripada penawaran, maka nilai barang akan naik.
6 Ajaran Nilai Batas Carl Menger, Stanley Jevons, Leon Walras
Teori Menger, Jevons, dan Walras tidak saling berhubungan dalam membuat teori guna batas. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Von
Bohm Bawerk, Von Weiser, dan Joseph Schumpeter.
b. Teori Nilai Subjektif
Para pelopor teori nilai subjektif adalah Herman Heinrich Gossen, Karl Menger, dan Von Bohm Bawerk. Dalam teori nilai objektif
dikemukakan bahwa suatu barang yang memiliki guna pakai umum akan bernilai tinggi. Akan tetapi teori ini terbentur pada suatu paradoks bahwa
air yang mempunyai guna pakai tinggi, tetapi bernilai rendah, sedangkan berlianintan yang mempunyai guna pakai umum kecil, tetapi justru bernilai
tinggi. Paradox antinomi nilai ini tidak dianalisis lebih lanjut oleh ajaran klasik.
Analisis nilai suatu barang harus berpangkal pada subjek pemakai berhubung dengan pemuasan kebutuhannya. Gambaran yang lebih jelas
dapat kalian ikuti analisis pemuasan kebutuhan menurut Hukum Gossen. Teori nilai menurut Gossen terkenal dengan nama hukum Gossen I dan
hukum Gossen II.