Bidang Infrastruktur Bidang Pemerintahan

Bab II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Permasalahan dan tantangan yang dihadapi Kota Dumai meliputi permasalahan dan tantangan yang terkait dengan daya dukung lingkungan dan sumber daya alam, sumberdaya manusia, ekonomi daerah, infrastruktur wilayah, serta pemerintahan. Sebagaimana yag telah diamanatkan dalam Peraturan Presiden nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional tahun 2015-2019, Kota Dumai diarahkan sebagai pusat kegiatan nasional dengan fokus sebagai pusat administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran wilayah Riau bagian timur serta berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti perkebunan, industri, perdagangan, pertambangan dan perikanan. Sebagai kawasan perbatasan, kota Dumai diarahkan pada pengembangan sebagai pusat kegiatan strategis nasional PKSN wilayah sumatera, dimana pengembangannya diarahkan pada: 1 Pengembangan pelayanan transportasi udara internasional dan nasional 2 Penyusunan rencana tata ruang wilayah-rencana detail tata ruang kawasan perbatasan Ditetapkannya kota Dumai sebagai pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan strategis nasional tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengoptimalkan peluang pembanngunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat ini. Oleh sebab itu untuk memperkecil hilangnya peluang pembangunan dan untuk memaksimalkan agar hasil penyusunan rencana kerja pembangunan daerah ini mampu secara komprehensif mengakomodir kebutuhan pembangunan ditahun 2016, maka beberapa isu pembangunan yang telah diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur

Infrastruktur Kota memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan wilayah perkotaan karena memiliki fungsi strategis dalam mempengaruhi fungsi dan pelayanan kota kepada masyarakat baik dari segi fisik- lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, politik, ataupun aspek lainnya. Bab II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Permasalahan infrastruktur di Kota Dumai sehubungan dengan kualitas dan jumlah pelayanan infrastruktur yang tersedia dijabarkan sebagai berikut: 1 Peningkatan panjang jalan dalam kondisi baik di kota Dumai untuk memberikan akses kepada masyarakat dan mendukung arus barangjasa dan struktur ruang kota 2 Peningkatan panjang dan kualitas drainase perkotaan dan lingkungan untuk mengurangi dampak banjir akibat hujan dan pasang laut. 3 Penyediaan air bersih guna memnuhi kebutuhan masyarakat kota Dumai terhadap air bersih 4 Rendahnya peran serta masyarakat dalam mengelola sampah 5 Rendahnya kualitas pengolahan limbah tinja masyarakat 6 Tingginya ancamankerawanan kebakaran hutan. 7 Tingginya ancaman polusi udara, air dan tanah 8 Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang peraturan penataan ruang 9 Masih adanya kawasan pemukiman kumuh masyarakat

b. Bidang Pemerintahan

Tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih merupakan isu yang berkembang secara internasional pada dasawarsa terakhir ini. Demikian pula di Indonesia dengan proses demokratisasi yang berjalan pesat, tuntutan untuk mewujudkan good governance menjadi komoditas penilaian masyarakat dalam pelaksanaan fungsi pelayanan pemerintahan . Untuk menuju pemerintahan Kota Dumai yang memenuhi sistim nilai yang berkembang tersebut sudah dilakukan berbagai upaya yang relevan, misalnya pembentukan LPSE, penyusunan berbagai dokumen akuntabilitas LPPD, ILPPD, LAKIP, dsb, serta peningkatan SDM dan penyelenggaraan berbagai forum demokratisasi. Namun hal tersebut perlu ditingkatkan lagi dalam artian belum mencukupi untuk mencapai tataran kepemerintahan yang diharapkan masyarakat terutama yang secara paripurna berlandaskan ciri kepemerintahan yang baik. Bab II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Adapun beberapa hal yang menjadi permasalah dalam peningkatan kinerja pemerintahan di Kota Dumai adalah sebagai berikut:  Belum optimalnya pemanfaatan dan penerapan teknologi informatika dalam aplikasi sistem pelayanan yang diselenggarakan oleh pemeritah daerah seperti informasi manajemen kepegawaian dan Perencanaan Pembangunan daerah meskipun infrastruktur teknologi informasi sudah mampu disediakan oleh pemerintah daerah  Kapasitas perencanaan belum memadai disemua tingkatan terutama yang terkait dengan identifikasi dan prioritas masalah, akar penyebab masalah, penentuan tujuan, penyusunan dan pengembangan rencana program, pelaksanaan program, dan evaluasi program. Identifikasi masalah belum dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik dan indikator yang tepat. Padahal, kegiatan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan program pembangunan secara keseluruhan karena sangat menentukan derajat urgensi kebutuhan, akseptabilitas usulan opsi serta efisiensi dan efektivitas implementasi program yang dilaksanakan.  Ego sektoral yang masih muncul pada Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan yang menghambat sinergitas dan efektivitas pembangunan daerah.  Dalam UU 23 Tahun 2014 dinyatakan bahwa penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintahan daerah dan DPRD, kemudian ditegaskan bahwa DPRD berkedudukan sebagai unsur Pemerintah Daerah yang bersama-sama dengan Kepala Daerah membentuk dan membahas APBD. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa hubungan antara Pemerintah Dearah dan DPRD merupakan mitra sejajar yang sama-sama melakukan tugas sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. Hubungan tercermin dalam pembuatan kebijakan daerah yang berupa Peraturan Daerah. Dengan demikian antara kedua lembaga tersebut harus membanguan hubungan yang saling mendukung bukan merupakan lawan atau pesaing dalam melaksanakan fungsi masing-masing. Bab II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD  struktur organisasi pada Pemerintah Daerah yang belum proporsional, sistem manajemen kepegawaian yang belum mampu mendorong peningkatan profesionalitas dan kompetensi yang adil dan layak sesuai dengan tanggungjawab dan beban kerja.  Sistem dan prosedur kerja di lingkungan aparatur pemerintah daerah belum efektif dan efisien.  Pelaksanaan pelayanan publik yang belum sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.  Belum maksimalnya penerapan nilai-nilai etika dan budaya kerja dalam birokrasi juga melemahkan disiplin kerja, etos kerja, dan produktivitas kerja.  Belum maksimalnya manajemen asset oleh pemerinah daerah.

c. Bidang Tenaga Kerja