Kebijakan belanja tidak langsung dengan memperhatikan evaluasi tahun anggaran 2015.

Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah

c. Kebijakan belanja tidak langsung dengan memperhatikan evaluasi tahun anggaran 2015.

1. Kebijakan terkait Belanja Pegawai meliputi sebagai berikut : a Penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU tahun 2015 dan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketigabelas; b Menganggarkan belanja pegawai dalam APBD 2016 untuk mengantisipasi pengangkatan CPNS Kota Dumai sesuai dengan kebutuhan dan formasi pegawai; c Memperhitungkan acress sebesar maksimum 2,5 dari jumlah belanja pegawai untuk mengantisipasi kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, dan mutasi pegawai. d Penganggaran asuransi kesehatan yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang subsidi dan iuran pemerintah. e Penganggaran tambahan penghasilan untuk PNSCPNS baik aspek kebijakan pemberian tambahan penghasilan maupun penentuan kriterianya harus ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah. 2. Penganggaraan penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan Anggota DPRD Kota Dumai serta belanja penunjang kegiatan dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. Belanja Subsidi hanya diberikan kepada perusahaanlembaga tertentu agar harga produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; 4. Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD harus mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dibidang hibah dan bantuan sosial; 5. Bantuan keuangan kepada Partai Politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan.Besaran penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan dibidang bantuan keuangan kepada partai politik. 6. Kebijakan terkait Belanja Hibah pada tahun anggaran2016: a Pemberian Hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan pemerintah atau semi pemerintah, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. b Pemberian hibah disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib. c Penentuan penerima Hibah dilakukan secara selektif dan rasional serta tidak wajib,tidak mengikat serta tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. d Belanja Hibah kepada instansi vertikal menggunakan mekanisme penganggaran dan pemberiannya mengacu pada pengelolaan keuangan daerah, bagi instansi penerima dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya memperhatikan PMK no. 168PMK.072008 tentang hibah daerah. 7. Kebijakan terkait Bantuan Sosial pada tahun anggaran 2016: a Pemberian bantuan sosial diberikan berupa uang barang kepada individu, keluarga, kelompok danatau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi. b Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya diperuntukkan membantu korban kebakaran, banjir dan kejadian Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah bencana tak terduga lainnya yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. c Untuk optimalisasi fungsi APBD sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 16 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pengalokasian bantuan sosial tahun demi tahun diupayakan semakin berkurang agar APBD berfungsi sebagai instrument pemerataan dan keadilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial bertujuan agar Dana APBD dapat dialokasikan mendanai program dan kegiatan pemerintah daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapngan kerja mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminisasi pengalokasianAPBD yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja. 8. Kebijakan terkait Belanja Tidak Terduga pada tahun 2016: Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun sebelumnya dan kemungkinan adanya kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah.Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak tertampung dalam program dan kegiatan termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya SILPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah. Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal investasi daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman. Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal. Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format tabel 3.8.berikut sebagai berikut: Tabel 3.8. Realisasi dan Proyeksi Target Pembiayaan Daerah Kota Dumai Tahun 2012 - 2016 NO Uraian Jumlah Realisasi Tahun 2012 Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Target Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016 1 2 3 4 5 6 7 3.1 Penerimaan Pembiayaan 239.749.106.677,66 368.043.867.171,23 243.545.210.403,41 78,650,188,170.50 3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya SILPA 239.749.106.677,66 368.043.867.171,23 243.545.210.403,41 78,650,188,170.50 3.1.2 Pencairan dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 3.1.3 Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 0,00 0,00 0,00 0,00 3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman 0,00 0,00 0,00 0,00 3.1.6 Penerimaan Piutang daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 239.749.106.677,66 368.043.867.171,23 243.545.210.403,41 78,650,188,170.50 3.2 Pengeluaran pembiayaan 0,00 0,00 38,320,520,000.00 0,00 3.2.1 Pembentukan dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 3.2.2 Penyertaan modal Investasi daerah 0,00 0,00 38,320,520,000.00 0,00 Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi dan Kebijakan Keuangan Daerah 3.2.3 Pembayaran Pokok Hutang 0,00 0,00 0,00 0,00 3.2.4 Pemberian pinjaman daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 UEKSP 0,00 0,00 0,00 0,00 Penguatan modal usaha peternakan 0,00 0,00 0,00 0,00 Penguatan modal usaha koperasi 0,00 0,00 0,00 0,00 Pembayaran hutang kepada rekanan Pihak ke -III TA. 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 Pembayaran ganti rugi Perkara 0,00 0,00 0,00 0,00 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 0,00 0,00 38,320,520,000.00 0,00 JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 239.749.106.677,66 368.043.867.171,23 205,224,690,403.41 78,650,188,170.50

a. Pembiayaan Daerah