Pengertian Wanprestasi Analisis Yuridis Tentang Force Majeure terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian pada Perusahaan Konstruksi pada PT Gapeksindo Hutama Kontrindo

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI AKIBAT TERJADINYA FORCE MAJEURE

A. Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut. Wanprestasi dapat berupa : 1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi; 2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna; 3. Terlambat untuk memenuhi prestasi 4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan 25 Tindakan wanprestasi membawa kerugian bagi pihak lawannya sehingga pihak lawan tersebut dapat melakukan tuntutan ganti rugi kepada pihak yang melakukan wanprestasi tersebut. Akan tetapi berbeda dengan Hukum Pidana atau hukum tentang perbuatan melawan hukum, Hukum Kontrak tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak tidak dilaksanakan karena ada unsur kelalaiannya atau tidak. Akibat umumnya tetap sama, yakni pemberian ganti rugi dengan perhitungan-perhitungan tertentu. Kecuali tidak dilaksanakan kontrak 25 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hal.74 Universitas Sumatera Utara tersebut karena alasan Force Majeure, yang umumnya memang membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi untuk sementara atau selama-lamanya. Disamping itu, apabila seseorang telah tidak melaksanakan prestasinya sesuai ketentuan dalam kontrak, maka pada umumnya dengan beberapa pengecualian tidak dengan sendirinya dia telah melakukan wanprestasi. Menurut Pasal 1238 KUH Perdata apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak atau dalam undang- undang, maka wanprestasi yang dilakukan oleh si debitur akan diakui ada setelah debitur dinyatakan lalai oleh kreditur ingerbrekestelling yakni dengan di keluarkannya “akta lalai” oleh pihak kreditur . 26 Dalam hal wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi, dalam ilmu Hukum Perjanjian dikenal dengan suatu doktrin yaitu “Doktrin Pemenuhan Prestasi Substansial” Substantial Performance. Yang dimaksud dengan “Doktrin Pemenuhan Prestasi Substansial” adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa sungguhpun satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara sempurna, tetapi jika dia telah melaksanakan prestasinya tersebut secara substansial yaitu secara garis besar atau bagian-bagian yang terpenting dalam perjanjian itu sudah dilaksanakan, maka pihak lain harus juga melaksanakan prestasinya secara sempurna. Artinya pihak yang memenuhi secara substansial itu sudah beritikad baik dan berusaha sebisa mungkin untuk melaksanakan apa yang menjadi prestasinya. Apabila satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara substansial, maka dia disebut telah tidak melaksanakan perjanjian secara “material” material breach. Misalnya, jika seorang kontraktor mengikatkan diri dalam suatu 26 Munir Fuady, Op.Cit, hal.88 Universitas Sumatera Utara perjanjian dengan pihak bouwheer untuk mendirikan sebuah bangunan, misalnya dia hanya tinggal memasang kunci bagi bangunan tersebut sementara pekerjaan- pekerjaan lainnya telah selesai dilakukannya, maka dapat dikatakan dia telah melaksanakan perjanjian secara substansial. Sementara kunci yang tidak dipasang pada bangunan tersebut bukan berarti dia telah tidak melaksanakan kontrak secara “material” material breach. Dalam wanprestasi ini tentulah pihak yang dirugikan mendapatkan perlindungan. Dalam hukum perjanjian terdapat suatu prinsip perlindungan terhadap pihak yang dirugikan, apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian maka kepada pihak yang dirugikan diberikan berbagai hak, yaitu: 1. Exception non adimpleti contractus Berdasarkan prinsip ini, maka pihak yang dirugikan akibat adanya suatu wanprestasi dapat menolak melakukan prestasinya atau menolak melakukan prestasi selanjutnya manakala pihak lainnya telah melakukan wanprestasi. 2. Penolakan prestasi selanjutnya dari pihak lawan Apabila pihak lawan telah melakukan wanprestasi, misalnya mulai mengirim barang yang rusak dalam suatu perjanjian jual-beli maka pihak yang dirugikan berhak untuk menolak pelaksanaan prestasi selanjutnya dari pihak lawan tersebut, misalnya menolak menerima barang selanjutnya yang akan dikirim oleh pihak lawan dalam contoh kontrak jual beli tersebut. 3. Menuntut restitusi Ada kemungkinan sewaktu pihak lawan melakukan wanprestasi, pihak lainnya telah selesai atau telah mulai melakukan prestasinya seperti yang diperjanjikannya dalam kontrak yang bersangkutan. Dalam hal tersebut, maka pihak yang telah melakukan prestasi tersebut berhak untuk menuntut restitusi dari pihak lawan, yakni menuntut agar kepadanya diberikan kembali atau dibayar setiap prestasi yang telah dilakukannya. 27 27 Ibid., hal. 96-97 Universitas Sumatera Utara Sedangkan pihak yang dituduh wanprestasi dapat melakukan pembelaan ataupun tangkisan-tangkisan untuk membebaskan diri dari akibat buruk wanprestasi, yaitu: 1. Tidak dipenuhinya perjanjian wanprestasi terjadi karena keadaan terpaksa overmacht; 2. Tidak dipenuhinya kontrak wanprestasi terjadi karena pihak lain juga wanprestasi exception non adimpleti contractus; 3. Tidak dipenuhinya kontrak wanprestasi terjadi karena pihak lawan telah melepaskan haknya atas pemenuhan prestasi. 28 Ketiga pembelaan ini membuat pihak yang dituduh melakukan wanprestasi dapat mengindar untuk dimintai ganti kerugian secara utuh maupun sebagian.

B. Perjanjian Pada Perusahaan Konstruksi