Uraian Singkat Mengenai PT Gapeksindo Hutama Kontrindo Terjadinya Force Majeure Terhadap Perjanjian Konstruksi pada PT

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG FORCE MAJEURE TERHADAP WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PADA PT GAPEKSINDO HUTAMA KONTRINDO

A. Uraian Singkat Mengenai PT Gapeksindo Hutama Kontrindo

PT Gapeksindo Hutama Kontrindo merupakan perusahaan konstruksi dengan struktur perusahaan yaitu: 1. Direktur Utama : Simson Bangun 2. Direktur : Henry Yudika Tua Purba 3. Komisaris : Eduscha Lumban Tobing PT Gapeksindo Hutama Kontrindo ini, berdomisili di Jalan Air Bersih Komplek Dirjen Anggaran Nomor 12, Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan Kota dan didirikan pada tanggal 31 Agustus 2009 dimana didaftarkan melalui akta yang di buat oleh Notaris sekaligus Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bernama Binsar Simanjuntak, SH, yang berkantor di Jalan Saudara Nomor 12 Medan. Perusahaan ini bergerak dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan konstruksi beserta fasilitas-fasilitasnya termasuk perencanaan pembangunan, mengerjakan pembebasan pembukaan, pengurungan, pemerataan, penjualan dan pembelian bangunan-bangunan rumah, gedung pertokoan, unit-unit apartment, ruangan kantor, kemudian juga menjual bahan-bahan bangunan dan materialnya. Perusahaan ini bermodal dasar Rp. 1.500.000.000,- satu milyard lima ratus juta rupiah, terbagi atas 1.500 seribu lima ratus saham, masing-masing saham Universitas Sumatera Utara bernilai nominal Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah, dimana telah ditempatkan dan disetor penuh oleh para pendiri yang telah mengambil bagian saham dengan rincian serta nominal saham. PT Gapeksindo ini mempunyai beberapa pengalaman yaitu pembangunan gedung milik dana pensiun untuk kantor PLN cabang Lubuk Pakam, Pekerjaan Pemasangan Dinding Luar Gedung dengan Aluminium Composite Gatung Keuangan Negara Medan Tahap II, kemudian proyek peningkatan jalan propinsi jurusan Pulau Rakyat-Bandar Pulau-Batas Tobasa di kabupaten Asahan , ada juga proyek pembangunan Jembatan Aek Simmonggo di PLTA Parlilitan dan juga masih banyak lagi sehingga pengalaman perusahaan ini dalam bidang konstruksi tentunya sudah cukup banyak. 49

B. Terjadinya Force Majeure Terhadap Perjanjian Konstruksi pada PT

Gapeksindo Hutama Kontrindo Pemerintah pernah mengeluarkan beberapa ketentuan yang merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan pemborongan terhadap proyek-proyek Pemerintah. Sebelum ditentukan pemborong mana yang dipilih untuk mengerjakan proyek- proyek Pemerintah, terlebih dahulu haruslah dilakukan prakualifikasi dan kualifikasi terhadap calon-calon pemborong yang ada. Perbuatan prakualifikasi pemborong ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar perusahaan, baik yang berbentuk badan hukum, maupun yang tidak berbadan hukum dimana . 49 Akta Pendirian PT Gapeksindo Hutama Kontrindo Universitas Sumatera Utara mereka mempunyai usaha pokok berupa pelaksanaan pekerjaan pemborongan, konsultasi, dan pengadaan barangjasa lainnya. Prakualifikasi diselenggarakan oleh suatu panitia yang ada di daerah dikepalai oleh Gubernur sebagai Kepala Daerah yang bersangkutan. 50 Terhadap badan usaha yang telah melalui proses prakualifikasi dan kualifikasi untuk melakukan pekerjaan jasa pemborongan, konsultasi atau pengadaan barangjasa tersebut disebut “rekanan”. Para rekanan tersebut selanjutnya ditempatkan dalam suatu daftar yang disebut “Daftar Rekanan Mampu,” sering disingkat dengan RDM. Sertifikat tanda lulus yang diberikan kepada mereka yang telah lulus prakualifikasi disebut dengan “Tanda Daftar Rekanan” sering disingkat dengan TDR. 51 Selain Daftar Rekanan Mampu tersebut, terdapat pula apa yang disebut dengan “Daftar Rekanan Terseleksi” yang sering disingkat dengan DRT. Yang dimaksud dengan DRT adalah daftar rekanan bidang pemborong yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu yang masih memiliki Sisa Kemampuan Nyata atau SKN dan perusahaan yang memiliki kualifikasi. Dewasa ini, Daftar Rekanan Terseleksi terdiri dari 3 golongan sebagai berikut: 1. DRT golongan A, yang disusun dan disahkan oleh Menteri teknis yang bersangkutan dan dipergunakan secara nasional dan dikeluarkan setiap enam bulan sekali. 50 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998, Hal.170 51 Ibid., Universitas Sumatera Utara 2. DRT golongan B, yang disusun dan disahkan oleh Kepala Kantor wilayah departemen teknis vertikal daerah bersama-sama dengan dinas terkait berdasarkan petunjuk dari Menteri yang bersangkutan dan dikeluarkan setiap enam bulan sekali. 3. DRT golongan C, yang disusun oleh Panitia Pelelangan berdasarkan perhitungan Sisa Kemampuan Nyata SKN yang dibuat sendiri oleh rekanan yang disahkan oleh pemimpin proyekkepala kantorSatuan KerjaPemimpin ProyekPemimpin Bagian Proyek. 52 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses prakualifikasi pemborong adalah sebagai berikut : 1. Registrasi Registrasi merupakan suatu proses pencatatan sekaligus pendaftaran data perusahaan yang meliputi data administrasi, keuangan, personalia, peralatan, perlengkapan, dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan. Kegiatan pencatatan dan pendaftaran dalam proses registrasi ini dilakukan terhadap data-data mengenai : a. Data administrasi b. Data keuangan c. Data personalia d. Data peralatan e. Data perlengkapan f. Data pengalaman dalam melakukan pekerjaan 2. Klasifikasi 52 Ibid., hal.171 Universitas Sumatera Utara Kegiatan yang disebut “klasifikasi” ini merupakan penggolongan perusahaan menurut bidang, subbidang, dan lingkup pekerjaannya. 3. Kualifikasi Sementera itu, yang dimaksud dengan kegiatan “kualifikasi” adalah suatu proses penilaian dan penggolongan perusahaan menurut tingkat kemampuan dasarnya pada masing-masing bidang, subbidang, dan lingkup pekerjaannya. Sedangkan prosedur pelaksanaan prakualifikasi dilaksanakan sebagai berikut. 1. Penetapan panitia prakualifikasi, yang diketuai oleh Gubernur, dengan sekretaris adalah asisten II Sekda propinsi Bidang Pembangunan, dengan beberapa ketua bidang dan anggota Panitia Prakualifikasi ini mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : a. Mengumumkan seluas-luasnya tentang akan diadakannya prakualifikasi melalui antara lain radio, media cetak, papan pengumuman resmi, Kadin setempat, serta Asosiasi Profesi terkait b. Menetapkan calon rekanan yang akan masuk dalam DRM c. Menyebarluaskan DRM yang ditetapkan d. Menerima, meneliti, dan melakukan tindak lanjut atas sanggahan terhadap DRM e. Mengeluarkan dari DRM rekanan yang tidak memenuhi persyaratan lagi sebagai rekanan atau yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan mencantumkannya dalam daftar hitam. f. Mengeluarkan DRM yang disempurnakan setiap tahun. 2. Pengumuman Prakualifikasi 3. Penyiapan Dokumen Prakualifikasi 4. Pengambilan Dokumen Prakualifikasi 5. Pengembalian Dokumen 6. Pemeriksaan Dokumen 7. Penilaian Dokumen 8. Pengesahan Penilaian Dokumen 9. Penetapan hasil prakualifikasi 10. Pemberian kode rekanan 11. Pemberian tanda daftar rekanan TDR Universitas Sumatera Utara 12. Perubahan Klasifikasi dan Kualifikasi Rekanan oleh Rekanan 53 Dalam pembangunan suatu proyek, cara memilih pihak kontraktor dapat dilakukan dengan cara-cara yaitu penunjukkanpemilihan secara langsung, pengadaan secara langsung, pelelangan tender umum , pelelangan tender terbatas. Untuk itu, akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut. 1. Penunjukan secara langsung. Yang dimaksud dengan penunjukkan secara langsung adalah pemilihan kontraktor tanpa melalui suatu pelelangan umum ataupun pelelangan terbatas, akan tetapi dilakukan dengan memperbandingkan diantara beberapa kontraktor sekurang-kurangnya 3 kontraktor penawar dan langsung melakukan negosisasi teknis ataupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan, yang menurut Keppres tersebut dipilih dari rekanan yang tercatat dalam DRM sesuai bidang usaha, ruang lingkup atau kualifikasi kemampuannya. 2. Pengadaan secara langsung Untuk memilih kontraktor, di samping dilakukan penunjukan langsung, dilakukan juga dengan cara yang disebut “pengadaan langsung”. Yang dimaksud dengan pengadaan secara langsung adalah pemilihan kontraktor yang dilakukan di antara pihak kontraktor tertentu saja, misalnya di antara kontraktor golongan ekonomi lemah, tanpa melalui suatu pelelangan umum, pelelangan terbatas, dan juga tanpa pemilihan langsung. 3. Pemilihan kontraktor dengan tender terbatas Yang dimaksud dengan pelelangan tender terbatas adalah pelelangan untuk proyek-proyek tertentu yang diikuti sejumlah minimal kontraktor tertentu, dimana diantara rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu DRM sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya, dengan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha dapat mengetahuinya. 4. Pemilihan kontraktor dengan tender umum Pemilihan kontraktor dengan tender umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa, media cetak dan pada papan pengumuman resmi untuk diberitahukan kepada masyarakat luas jika ada di kalangan dunia usaha yang berminat untuk mengikuti tender tersebut dan memenuhi syarat prakualifikasi. 54 Pelelangan umum ini dilakukan dengan menempuh prosedur sebagai berikut : 1. Pembentukan panitia pelelangan 53 Ibid., hal.171-173 54 Ibid., hal.173-175 Universitas Sumatera Utara 2. Pengumuman dan pemberian penjelasan 3. Pengajuan penawaran dan dokumen-dokumennya 4. Pembukaan dokumen penawaran 5. Penetapan calon pemenang 6. Penetapan pemenang 7. Pengumuman pemenang 8. Penunjukan pemenang 9. Pelelangan ulang, jika pelelangan pertama gagal. Sedangkan penyaringan Pemborong untuk proyek-proyek swasta memiliki prosedur sebagai berikut : 1. Prosedur pemilihan pemborong untuk proyek swasta Pada prinsipnya, untuk proyek swasta dikenal dua prosedur pemilihan pemborong, yaitu prosedur negosiasi dan prosedur tender, untuk lebih jelasnya akan ditinjau satu persatu sebagai berikut. a. Pemilihan kontraktor secara negosiasi Pada prinsipnya, bouwheer swasta bebas menentukan sendiri cara pemilihan kontraktor, apakah melalui suatu tender ataupun melalui negosiasi atau bahkan suatu bentuk kombinasi antara keduanya. Melalui sistem negosiasi, pemilihan kontraktor tidak dilakukan dengan suatu tender tertentu, akan tetapi pihak bouwheer bernegosiasi langsung dengan pihak kontraktor untuk memastikan apakah kontraktor tersebut dapat dipilih untuk mengerjakan proyek yang bersangkutan. Sehingga prosedur negosiasi ini praktis lebih bersifat informal. Dalam hal ini, pihak bouwheer mengkontak satu atau lebih kontraktor yang menurut penilaiannya mampu mengerjakan pekerjaan yang dimaksud, sambil menginformasikan persyaratan-persyaratan untuk itu. Biasanya, pihak bouwheer memintakan pihak kontraktor untuk memasukkan penawarannya kepada pihak bouwheer. Sungguhpun tidak bersifat informal, prosedur negosiasi dalam memilih pihak kontraktor seringkali memerlukan dasar-dasar tertentu yang merupakan framework tertentu untuk memperlancar negosiasi yang dimaksud. Misalnya harus disepakati terlebih dahulu tentang adanya beberapa informasi tertentu yang tidak boleh Universitas Sumatera Utara didisclose oleh salah satu pihak kepada pihak luar. Ataupun disepakati terlebih dahulu bahwa sebelum ditandatangani suatu kontrak tertulis maka diantara para pihak tidak menimbulkan kewajiban-kewajiban tertentu yang mengikat secara kontraktual. Jika dilakukan negosiasi hanya kepada satu calon kontraktor, maka salah satu persoalan yang perlu dipikirkan oleh para pihak, terutama oleh pihak bouwheer adalah tidak adanya kesempatan bagi pihak bouwheer tersebut untuk membanding-bandingkan harga kontrak maupun harga bagian-bagian dari kontrakmaterial. Akan tetapi hal ini dapat diterobos jika pihak bouwheer juga mensyaratkan agar dalam penawaran oleh pihak kontraktor juga disertakan harga untuk masing-masing item atau bagian dari pekerjaan tersebut. Sehingga pihak bouwheer dapat membanding-bandingkannya dengan harga yang sebelumnya mungkin telah pernah dialaminya. Sehingga bagi pihak bouwheer ada gambaran mengenai layak atau tidaknya harga kontrak yang ditawarkan oleh pihak kontrak tersebut. Pihak bouwheer juga seringkali menyediakan dokumen tertentu yang berisikan ruang lingkup pekerjaan dan beberapa hal teknis yang pokok dari pekerjaan tesebut dimana nantinya negosiasi pada prinsipnya berpatokan pada dokumen tersebut. Akan tetapi dalam praktik pemilihan kontraktor ini, sering juga dikombinasikan antara sistem negosiasi dengan sistem tender. Misalnya dengan jalan mengundang pihak-pihak kontraktor untuk memasukkan bidnya, akan tetapi kemudian pihak bouwheer melakukan negosiasi dengan beberapa pelaku tender yang tendernya lebih menguntungkan pihak bouwheer. 55 b. Pemilihan kontraktor secara tender Dalam hal pemilihan pihak kontraktor secara tender, prosedurnya jauh lebih panjang dan lebih formal, tetapi lebih bernuansa “fair play.” Melalui proses tender ini dilakukanlah semacam beauty contest. Ada dua macam tender yang lazim dijumpai dalam praktek, yaitu sistem tender terbuka dan sistem tender terbatas. Dengan sistem tender terbuka dimaksudkan adalah suatu tender yang mengundang semua perusahaan yang berkepentingan untuk berpartisipasi dalam tender yang hanya beberapa perusahaan tertentu saja untuk berpartisipasi dalam tender tersebut, dalam hal ini dapat diundang dengan cara pemasangan iklan media massa. Sementara itu, dengan sistem tender terbatas, maka yang dimaksudkan adalah tender tersebut. Akan tetapi beberapa perusahaan pembiayaan internasional mempunyai policy untuk 55 Ibid., hal.175-176 Universitas Sumatera Utara tidak membenarkan sistem tender terbatas jika perusahaan pembiayaan tersebut ikut serta dalam pembiayaan proyek yang ditenderkan tersebut. Tentu saja, sungguhpun sistem tender terbuka berkesan jauh lebih formal dengan dokumentasi yang lebih rumit, akan tetapi sistem tender terbuka ini mengandung manfaat yang nyata, antara lain dengan semakin banyaknya pihak yang berpartisipasi dalam tender tersebut, tentu akan ditemukan semakin banyaknya pilihan, yang pada akhirnya akan menemukan pemborong yang terbaik. Hanya saja, dengan sistem tender terbuka ini, kadangkala terdapat peserta tender yang memberikan penawaran yang kelihatannya baik bahkan tidak rasional sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut nantinya akan menemukan hambatan ataupun selalu menggunakan klausula variasi dalam kontrak untuk meminta kenaikan harga kontrak. Perlu diperhatikan bagaimana kedudukan suatu tender dalam sistem hukum Indonesia. Sebab ada juga sistem hukum di Negara lain yang menyatakan bahwa baik invitation to tender dari bouwheer maupun tender itu sendiri dari kontraktor tidak boleh dicabut atau diubah oleh pihak yang mengajukan pernyataan tersebut secara sepihak, kecuali beberapa persyaratan telah dipenuhi. Akan tetapi, tidak ada ketentuan dalam sistem hukum kontrak Indonesia yang menyatakan demikian. Karena itu, selama belum ada kata sepakat Pasal 1320 KUH Perdata, maka suatu invitation to tender atau suatu tender itu sendiri dapat saja dibatalkan setiap saat oleh yang bersangkutan secara sepihak. Lain halnya jika sudah terbentuk kata sepakat, sehingga kontrak sudah dianggap ada. Kata sepakat itu baru terbentuk ketika disetujuinya tender oleh pihak bouwheer. Perlu juga diperhatikan bahwa dalam rangka mengeliminir pihak-pihak peserta tender yang tidak berkualifikasi, maka walaupun untuk proyek-proyek swasta diperlukan juga suatu proses yang disebut dengan proses “prakualifikasi.” Karena itu, prosedur prakualifikasi yang berlaku untuk proyek-proyek Pemerintah yang sudah ada pengaturannya secara terperinci dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku secara mutatis-mutandis sebaiknya diberlakukan juga terhadap prakualifikasi tender untuk proyek- proyek swasta. 56 PT Mega Power Mandiri yang merupakan perusahaan swasta menunjuk secara langsung PT Gapeksindo Hutama Kontrindo untuk melakukan pekerjaan konstruksi. Adapun pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh PT Gapeksindo 56 Ibid, hal.176-178 Universitas Sumatera Utara Hutama Kontrindo adalah membangun Jembatan Aek Simonggo di PLTA Parlilitan yang berlokasi di Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Kemudian juga harga dari pekerjaan proyek konstruksi yang dilakukan oleh PT Gapeksino Hutama Kontrindo ini adalah sebesar Rp. 5.181.000.000,- lima milyar seratus delapan puluh satu juta rupiah. Harga tersebut sudah termasuk pengadaan material, peralatan kerja, tenaga kerja, keuntunganjasa, PPH konstruksi, PPN 10 dan hal-hal lain yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemborong. Adapun jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh PT Gapeksindo Hutama Kontrindo adalah 180 seratus delapan puluh hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja tanggal 12 Juli 2010 dan harus sudah selesai dan diserahkan kepada PT Mega Power Mandiri paling lambat tanggal 07 Januari 2011. Di dalam perjanjian konstruksi itu ditentukan mengenai Force Majeure atau keadaan memaksa dimana yang diakui sebagai keadaan memaksa dalam perjanjian konstruksi ini adalah bencana alam yang berupa gempa bumi, banjir, gunung meletus, longsor, kebakaran, huru-hara, peperangan, pemberontakan, epidemik dan kebijakan pemerintah yang dapat mengakibatkan keterlambatan pelaksanaanpenyelesaian pekerjaan. Dalam ketentuan Force Majeure pada perjanjian Konstruksi tersebut, apabila terjadi Force Majeure, maka pihak kedua yaitu PT Gapeksindo Hutama Kontrindo harus memberitahukan kepada pihak pertama yaitu PT Mega Power Mandiri secara tertulis, selambat-lambatnya dalam waktu 3 Universitas Sumatera Utara tiga hari sejak terjadinya Force Majeure disertai bukti fisik yang sah, demikian juga pada waktu Force Majeure berakhir. 57 Terjadinya Force Majeure pada pelaksanaan pembangunan Jembatan Aek Simonggo ini disebabkan oleh banjir. Pada saat kontraktor membangun pondasi dari jembatan ini terjadilah banjir yang membuat pondasi dari Jembatan Aek Simonggo ini rubuh. Pelaksanaan kerja yang sudah siap dilakukan sebelum rubuh akibat banjir adalah pemasangan tiang cerocok beton untuk pondasi dan pemasangan kerangka besi. Pekerjaan yang sudah dilakukan tersebut di atas sudah berjalan satu minggu lebih, dimana kemudian sungai Simonggo yang berada di Parlilitan meluap akibat hujan yang terus-menerus turun sehingga menyebabkan pondasi dari jembatan Aek Simonggo tersebut rubuh dan terhanyut oleh luapan sungai tadi. 58 Biasanya apabila terjadi keadaan Force Majeure seperti ini, maka pihak PT Gapeksindo akan melaporkan kepada pihak yang memberi pekerjaan bouwheer dalam waktu 3 x 24 jam sejak terjadi Force Majeure tersebut disertai dengan bukti fisik yang akurat. Setelah laporan tersebut diterima oleh pihak bouwheer maka mereka akan mengirim orang pengawas yang memiliki kemampuan dalam bidang konstruksi untuk memeriksa apakah kejadian yang terjadi murni karena keadaan memaksa Force Majeure ataukah pihak kontaktor yang lalai. Kemudian apabila pihak pemberi proyek menyetujui atau menganggap kejadian itu adalah murni Force Majeure maka mereka akan melakukan suatu tindakan tertentu dan 57 Surat Perjanjian antara PT Gapeksindo Hutama Kontrindo dengan PT Mega Power Mandiri tentang Pembangunan Jembatan Aek Simonggo 58 Hasil wawancara dari Penanggung Jawab teknik lapangan PT Gapeksindo Hutama Kontrindo Universitas Sumatera Utara kemudian akan dibuat suatu berita acara oleh pihak kontraktor untuk disetujui oleh pihak pemberi proyek. Namun untuk kejadian yang terjadi dalam pembangunan Jembatan Aek Simonggo ini, pihak kontraktor yaitu PT Gapeksindo Hutama Kontrindo tidak melaporkannya kepada pihak pemberi proyek bouwheer. PT Gapeksindo Hutama Kontrindo menanggung sendiri kerusakan pondasi jembatan tersebut dengan pertimbangan bahwa tidak terlalu besar biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan pondasi Jembatan Aek Simonggo yang diakibatkan banjir tersebut. Jadi PT Gapeksindo Hutama Kontrindo tidak melaporkannya kepada PT Mega Power Mandiri dan melakukan perbaikan atas pondasi jembatan tersebut sendiri serta melanjutkan pekerjaan pembangunan Jembatan Aek Simonggo tersebut sampai selesai. PT. 59 Tetapi pada saat tenggat waktu yang ditentukan dalam hal penyelesaian pekerjaan pihak PT Gapeksindo wanprestasi yaitu telat selama tiga hari dari waktu penyelesaian yang telah disepakati dalam perjanjian. Maka pihak PT Mega Power Mandiri meminta agar pihak PT Gapeksindo untuk membayar denda atas keterlambatan penyerahan pekerjaan ini, namun pihak PT Gapeksindo menjelaskan bahwa telah terjadi Force Majeure pada saat pengerjaan proyek tetapi pihak PT Gapeksindo tidak melaporkannya kepada pihak PT Mega Power Mandiri karena memperkirakan akan sanggup menyelesaikan hal tersebut. Pihak PT Gapeksindo juga mengirim bukti fisik kepada PT Mega Power berupa foto tumbangnya pondasi jembata Aek Simonggo. PT Mega Power memaklumi 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara kejadian ini dan membatalkan niatnya untuk meminta denda kepada pihak PT Gapeksindo. Dalam hal ini, seharusnya pihak PT Gapeksindo melaporkannya terlebih dahulu pada saat baru terjadi Force Majeure itu sehingga pihak PT Mega Power Mandiri tidak sempat mengklaim terjadi wanprestasi. Hal baik bahwa pihak PT Mega Power Mandiri memakluminya dan tidak memaksa pihak PT Gapeksindo mengganti kerugian atas keterlambatan penyerahan hasil pekerjaan. Di dalam perjanjian juga sudah tertera dengan jelas apa yang harus dilakukan apabila terjadi hal yang tidak terduga pada saat mengerjakan proyek jembatan tersebut, mulai dari pelaporan, memberikan bukti fisik sampai membuat laporan berita acara. Kalau seandainya pihak PT Mega Power tidak mau menerima alasan yang diberikan oleh pihak PT Gapeksindo maka pihak PT Gapeksindo terpaksa harus memberikan ganti kerugian atas keterlambatan penyerahan hasil pekerjaan pembangunan jembatan tersebut.

C. Pihak yang Menanggung Kerugian Apabila Terjadi Force Majeure dalam