Perusahaan Jasa Bidang Konstruksi Pada Umumnya

a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasehat kepada Direksi b. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggotanya tidak dapat bertindak sendiri-sendiri melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris c. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya d. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada perseroan tersebut dan Perseroan lain e. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS. Sedangkan untuk pertanggungjawaban Dewan Direksi apabila lalai, pengaturannya sama dengan Direksi.

f. Perusahaan Jasa Bidang Konstruksi Pada Umumnya

Dengan adanya perjanjian kerja konstruksi maka tentu ada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian konstruksi ini disebut dengan peserta dalam perjanjian konstruksi ini. Adapun perserta inti atau peserta yang terikat secara langsung dalam perjanjian konstruksi ini adalah Universitas Sumatera Utara prinsipal pemberi tugas pemimpin proyekaanbestederbouwheer dan penyedia jasa rekanancontractor. Pemberi tugas atau bouwheer dapat berupa badan usaha yang tidak berbadan hukum maupun badan usaha yang berbadan hukum, instansi Pemerintah, atau swasta. Sedangkan kontraktor dalam Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara adalah konsultan perorangan, perusahaan atau cabangnya yang didirikan mendapat izin usaha di kabupatenkotamadya tempat lokasi proyek dan yang pimpinan perusahaan serta karyawannya sebagian besar adalah penduduk daerah yang bersangkutan. Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan yaitu usaha kecil selaku pelaksana konstruksi hanya dapat melakukan pekerjaan konstruksi yang beresiko kecil, yang berteknologi sederhana dan yang berbiaya kecil. Pekerjaan konstruksi yang beresiko besar danatau yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas. Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, penyedia jasa konstruksi adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Kemudian di dalam Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut menjelaskan bahwa untuk mendirikan suatu perusahaan jasa konstruksi maka terlebih dahulu membentuk suatu badan usaha baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, sehingga proses pendirian perusahaan konstruksi ini juga sama dengan proses pendirian suatu badan usaha seperti CV, Firma, maupun PT. Universitas Sumatera Utara Kemudian setelah itu agar perusahaan konstruksi tersebut dapat beraktifitas dalam artian mengerjakan proyek konstruksi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi maka diperlukan juga mengikuti proses sertifikasi dan kualifikasi usahanya. Sertifikasi ini dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi LPJK atau oleh asosiasi yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional seperti yang tercantum dalam Pasal 6 Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 11 Tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Dalam proses sertifikasi ini dilakukan klasifikasi dan kualifikasi keahlian badan usaha yang akan menjadi perusahaan konstruksi tersebut yang kemudian tertuang dalam bentuk Sertifikat Badan Usaha SBU. Ketentuan mengenai SBU diatur dalam Undang-undang Nomor18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan perundang-undangan di bawahnya, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 28 dan 29 Tahun 2000 beserta peraturan perubahannya. Menurut undang- undang tersebut ada tiga hal yang minimal harus dimiliki oleh sebuah BUJK Badan Usaha Jasa Konstruksi untuk dapat mengikuti proses pengadaan jasa konstruksi adalah : 1. Sertifikat Badan Usaha 2. Izin Usaha Jasa Konstruksi 3. Sertifikat Keterampilan atau Keahlian bagi usaha orang perseorangan Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian mengingat UU tersebut diinisiasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum maka penjelasan lebih lanjut tentang Sertifikat Badan Usaha sudah habis, maka tidak dapat dipergunakan lagi untuk mengikuti pengadaan barang dan jasa Pemerintah, karena hal tersebut akan diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai jasa konstruksi. Namun mengacu kepada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16SEM2010, Sertifikat Badan Usaha, Sertifikat Keahlian Kerja dan Sertifikat Keterampilan Kerja yang belum diperpanjang, tetap dapat digunakan sebagai pemenuhan persyaratan khusus untuk pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk tahun anggaran 2011 yang dilaksanakan mulai akhir tahun 2010. Menurut ketentuan Menteri Pekerjaan Umum yang baru yaitu Peraturan Menteri Nomor 8 Tahun 2011, Sertifikat Badan Usaha yang diterbitkan sebelum aturan ini diterbitkan hanya dapat digunakan sampai dengan 1 Agustus 2012, karena harus disesuaikan dengan kualifikasi dan klasifikasi usaha baru yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut. Untuk pekerjaan konstruksi, di samping persyaratan kekayaan bersih dan omset juga disyaratkan ketersediaan tenaga ahli dan peralatan. Setelah mendapatkan Sertifikat Badan Usaha SBU tersebut maka perusahaan konstruksi tersebut harus juga mendapatkan Izin Usaha Jasa Konstruksi IUJK yang diterbitkan oleh Pemerintah KabupatenKota tempat perusahaan konstruksi itu berdomisili, hal ini tercantum dalam Bab II Pasal 1 Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor Universitas Sumatera Utara 369KPTSM2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional. Untuk pekerjaan konstruksi ini sendiri apabila Pemerintah yang menjadi pemberi tugas maka biasanya Pemerintah akan menunjuk ataupun mengadakan tender pada perusahaan yang berada dalam satu kabupatenkota yang sama dengan lokasi tempat proyek akan dilakukan. Namun bilamana di kabupatenkotamadya tersebut tidak terdapat perusahaan setempat yang memenuhi persyaratan maka pengertian setempat secara berurutan sebagai berikut: 1. Beberapa kabupatenkotamadya yang terdekat dalam satu propinsi; atau 2. Beberapa kabupatenkotyamadya lainnya dalam, satu propinsi; atau 3. Beberapa kabupatenkotamadya propinsi terdekat; atau 4. Beberapa kabupatenkotamadya dari propinsi lainnya. Demikianlah bagaimana sebuah Badan Usaha Jasa Konstruksi ataupun perusahaan konstruksi melakukan kegiatan usahanya mulai dari pendirian sampai kepada penerimaan atau pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Universitas Sumatera Utara BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI AKIBAT TERJADINYA FORCE MAJEURE

A. Pengertian Wanprestasi