PDRB per kapita Distribusi Pendapatan Indeks Gini

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012 Tabel- 2.5 Perkembangan PDRB ProvinsiKabupatenKota Tahun 2006 s.d 2010 Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Milyar Rupiah No KabupatenKota PDRB 2007 2008 2009 HB HK HB HK HB HK Kabupaten 1. Nias 3 181,871 1 738,560 865,141 441,569 982,253 468,225 2. Mandailing Natal 2 603,792 1 685,696 3 012,042 1 794,258 3 502,980 1 909,226 3. Tapanuli Selatan 2 351,501 1 554,560 2 558,434 1 631,791 2 761,514 1 697,914 4. Tapanuli Tengah 1 616,001 1 000,474 1 796,326 1 062,313 1 987,160 1 122,907 5. Tapanuli Utara 2 729,500 1 377,745 3 126,117 1 456,881 3 392,626 1 529,396 6. Toba Samosir 2 414,620 1 501,684 2 744,392 1 585,967 3 056,049 1 669,356 7. Labuhan Batu 5 257,085 2 792,160 6 077,301 2 957,401 6 658,794 3 101,701 8. Asahan 8 227,045 4 670,899 9 505,603 4 905,418 10 435,935 5 134,419 9. Simalungun 7 647,486 4 823,349 8 412,295 5 049,397 9 221,621 5 285,269 10. Dairi 2 860,205 1 789,802 3 116,742 1 864,538 3 392,997 1 952,586 11. Karo 4 483,324 2 869,737 5 058,679 30 19,388 5 646,544 3 175,599 12. Deli Serdang 26 041,988 12 264,029 30 116,831 12 994,129 34 172,480 13 698,059 13. Langkat 11 455,319 6 178,019 13 243,635 6 491,755 14 786,580 6 817,320 14. Nias Selatan 1 692,400 1 090,666 1 854,542 1 136,549 2 031,682 1 182,898 15. Humbang Hasundutan 1 727,279 856,381 1 983,027 906,356 2 189,647 954,552 16. Pakpak Barat 231,069 137,831 258,923 145,915 290,299 154,419 17. Samosir 1 287,458 908,458 1 392,282 9 532,851 1 519,319 1 002,459 18. Serdang Bedagai 6 429,010 3 814,434 7 472,749 4 047,771 8 490,357 4 287,253 19. Batu Bara 11 463,160 6 486,778 13 191,958 6 774,665 14 517,227 7 063,219 20. Padang Lawas Utara 1 154,426 659,752 1 271,658 692,685 1 424,469 732,284 21. Padang Lawas 1 105,758 645,094 1 214,722 675,997 1 349,482 710,757 22. Labuhan Batu Selatan 4 246,643 2 409,247 4 953,963 2 558,627 5 472,191 2 685,094 23. Labuhan Batu Utara 4 816,746 2 678,222 5 625,529 2 842,977 6 284,978 2 993,328 24. Nias Utara - - 862,341 430,775 998,844 459,590 25. Nias Barat - - 444,010 225,888 506,339 239,259 Kota 26. Sibolga 1 075,261 623,780 1 235,093 660,274 1 361,122 697,916 27. Tanjung Balai 229,502 1 229,074 2 480,130 1 278,149 2 754,807 1 331,005 28. Pematang Siantar 3 094,890 1 729,336 3 464,686 1 828,230 3 746,216 1 926,299 29. Tebing Tinggi 1 610,172 978,411 1 823,672 1 037,465 2 032,877 1 099,239 30. Medan 55 455,585 29 352,924 65 316,256 31 373,951 72 666,893 33 430,687 31. Binjai 3 311,301 1705,073 3 815,248 1 799,485 4 312,459 1 902,998 32. Padang Sidempuan 1 511,816 787,904 1 744,259 835,919 1 899,012 884,255 33. Gunung Sitoli - - 1 495,456 756,845 1 775,104 813,260 Provinsi Sumatera Utara 183 312,211 100 340,079 211 534,156 106 217,188 235 620,869 112 112,756 Sumber : Tebing Tinggi Dalam Angka 2010 Untuk perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan tingkat KabupatenKota dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 terlihat bahwa Kota Medan masih merupakan daerah yang memiliki angka PDRB tertinggi di Sumatera Utara dimana tahun 2009 Kota Medan memberikan sumbangan terhadap PDRB Sumatera Utara ADHB terbesar dibandingkan Kota Tebing Tinggi yang hanya memberikan sumbangan PDRB sebesar Rp. 1.099.239.- dan yang paling terkecil memberikan sumbangan PDRB Sumatera Utara di tingkat Kota adalah Kota Sibolga.

b. PDRB per kapita

Bab II- 9

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012 PDRB Perkapita merupakan gambaran ratuk sebagai hasa-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Pada periode 2006- 2010, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi sebesar Rp. 10.20 juta per tahun Rp. 0.85 juta per orang per bulan. Pada tahun 2010, angka tersebut naik menjadi Rp. 15.80 juta Rp. 1.32 juta per orang per bulan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 tersebut meningkat 11.74 persen dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp. 14.14 juta Rp. 1.18 juta per orang per bulan. Secara riil, dengan mengeluarkan faktor inflasi, PDRB per kapita yang dilihat atas dasar harga konstan Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.03 juta Rp. 0.68 juta per orang per bulan. PDRB per kapita tersebut naik sebesar 4.97 persen bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp. 7.65 juta Rp. 0,64 juta per orang per bulan. Tabel : 2.6 PDRB Per Kapita Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 Juta Rupiah PDRB Per Kapita 2006 2007ingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp. 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 Atas Dasar Harga Berlaku 10,27 11,55 12,93 14,24 15,80 Atas Dasar Harga Konstan 6,69 7,02 7,35 7,70 8,03 Catatan : Angka Sementara Sumber : Data BPS Kota Tebing Tinggi dalam PDRB Kota Tebing Tinggi menurut Lapangan Usaha 2010 Dengan demikian, menurut PDRB per kapta atas dasar harga konstan 2000 sudah ada perbaikan dalam taraf hidup riil masyarakat di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010, dari yang sebelumnya tahun 2006 hanya memperoleh Rp. 554.249.- per orang per bulan menjadi Rp. 668.932 per orang per bulan pada tahun 2010.

c. Distribusi Pendapatan Indeks Gini

Pemerataan pendapatan berdasarkan Indeks GiniLorenz Curve menyimpulkan bahwa distribusi pendapatan di Kota Tebing Tinggi memiliki kategori ketimpangan rendah. Hal ini dibuktikan dengan ikatakan makin nilai Gini Rasio sebesar 0.3154 atau kecil dari 0.4. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol 0. Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu

Bab II- 10

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012 Sumber Data : Bappeda Kota Tebing Tinggi dalam Kajian Interaksi antara Kinerja Ekonomi dan kemiskinan di Kota Tebing Tinggi. Kemudian berdasarkan kurva Lorenz juga menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran rumah tangga di Tebing Tinggi relatif rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya. d. Penduduk diatas garis kemiskinan Kemiskinan adalah sebuah permasalahan yang bersifat komprehensif mencakup kondisi perekonomian, kependudukan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan yang layak, baik kebutuhan dasar makanan maupun kebutuhan dasar bukan makanan. Sedangkan Garis Kemiskinan dapat dinyatakan dalam nilai rupiah dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan, dengan kata lain Penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan disebut sebagai penduduk miskin. Adapun kategori Indikator miskin menurut BPS adalah : Untuk pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin maka diperlukan indikator yang lebih merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya di masyarakat. Indikator untuk menentukan fakir miskin tersebut ialah : 1. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten kota. 2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat beras untuk miskin santunan sosial. 3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap perorang pertahun. 4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit. 5. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit. 6. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya. 7. Tidak memiliki harta asset yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin. 8. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal. 9. Ada anggota keluarga usia 15 tahun keatas yang buta huruf. 10. Tinggal dirumah yang tidak layak huni. 11. Luas rumah kurang dari 4 meter persegi. 12. Kesulitan air bersih. 13. Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara. 14. Sanitasi lingkungan yang kumuh tidak sehat. Berdasarkan data dalam dokumen Sumatera Utara Dalam Angka 2010 menunjukkan bahwa KK miskin di Tebing Tinggi sejak tahun 2007-2009 berfluktuatif dengan trend meningkat. Pada tahun 2007 jumlah KK miskin di Kota Tebing Tinggi sebanyak 13.400 KK atau 9.67 persen dari jumlah KK. Kemudian meningkat menjadi 23.070 KK pada tahun 2008 16.5 persen dan selanjutnya turun menjadi 20.530 KK pada tahun 2009

Bab II- 11

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012 14.58 persen. Jika dibandingkan dengan persentase rata-rata penduduk miskin di Sumatera Utara, angka-angka tersebut relative tinggi. Untuk kota di Sumatera Utara, Tebing Tinggi merupakan kota yang persentase KK miskinnya nomor tiga terbesar setelah Kota Tanjung Balai dan Sibolga. e. Laju Inflasi Tabel : 2.7 Nilai inflasi rata-rata Tahun 2006 s.d 2010 Kota Tebing Tinggi Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Inflasi 7,11 7,27 6,81 5,21 6,43 Catatan : Angka Sementara Sumber : Data BPS Kota Tebing Tinggi dalam PDRB Kota Tebing Tinggi menurut Lapangan Usaha 2010

2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 1