PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
f. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data dari Kantor BPS Kota Tebing Tinggi tahun 2010 bahwa sebagian besar wilayah Kota Tebing Tinggi digunakan untuk permukiman
1.387,63 Ha 63,10 , Sarana Sosial Budaya 241,20 Ha 6,28 , Pertanian sawah, tegalankebun 1.956,12 Ha 50,89 , Industri 22,85 Ha 0,59 ,
Semak Belukar 134,45 Ha 3,50 . Dan Lain-Lain termasuk rawa-rawa 101,55 Ha 2,64 .
2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Pengembangan potensi Kota Tebing Tinggi kedepan adalah : •
Tersedianya peraturan perundang – undangan yang mengatur pembangunan daerah berdasarkan asas desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah. Dimana UU ini memberikan diskreasi kepada daerah untuk mengelola pembangunan daerah, pemerintahan, dan keuangan daerahnya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
• Adanya komitmen Pemerintah Kota untuk melaksanakan kepemerintahan
yang baik good governance, cukup tingginya kepedulian dan partisipasi pemangku kepentingan dalam pembangunan kota, serta keberadaan sistem
pelayanan perizinan terpadu yang memberikan kemudahan pelayanan untuk berusaha investasi.
• Letak Kota Tebing Tinggi yang berada pada jaringan jalan lintas Sumatera
dan merupakan titik pertemuan jaringan lintas tengah dan lintas timur Sumatera serta jaringan jalan utama arteri yang menghubungkan Kota
Medan dengan Kota Turis Parapat DanauToba serta jaringan kereta api Medan – R. Prapat dan Medan - Siantar. Kemudian posisi strategis kota
Tebing Tinggi yang berbatasan langsung dengan kabupaten baru serta statusnya sebagai kota sekunder yang memberikan pelayanan pendidikan,
kesehatan, dan jasa perdagangan terhadap hinterlandnya daerah pinggirannya.
• Pendidikan formal SDM masyarakat Kota Tebing Tinggi cukup memadai
yaitu dengan rata-rata lama belajar sebesar 9,89 tahun. •
Tersedianya infrastruktur dan utilitas perkotaan yang memadai serta ketersediaan sumber daya air yang melimpah karena dilalui oleh lima
sungai yaitu sungai Padang, Bahilang, Kalembah, Sibarau, dan Sigiling.
• Laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun yang rendah 0,71.
• Kerukunan umat beragama, suku dan budaya masyarakat heterogen yang
bersifat terbuka serta dapat hidup berdampingan secara damai. •
Batas Wilayah Kota Tebing Tinggi dikelilingi oleh perkebunan misalnya : PTPN III, PTPN IV maupun Socfindo merupakan peluang penyerapan
tenaga kerja dengan mempersiapkan tenaga kerja siap pakai sesuai dengan standar kualifikasi kebutuhan pekerjaan untuk sektor perkebunan. Dan
diharapkan nantinya, Pemerintah Kota Tebing merumuskan strategi pendidikan vocational kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan industri
perkebunan.
• Pembangunan Bandara Kuala Namu yang merupakan bandara internasional
dan domestik yang masuk dan keluar Sumatera Utara serta ketersediaan jalan akses tol bandara Tebing Tinggi – Tanjung Morawa – Kuala Namu
BAB- II 2
PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
akan berdampak pada pembangunan dan pengembangan Kota Tebing Tinggi, khususnya permukiman, jajanan kuliner, dan usaha kecil berbasis
rumah tangga. Kemudian rencana pembangunan Pelabuhan internasional Kuala Tanjung dan kawasan industri Sei Mangke akan memberikan peluang
dalam pembangunan kota dan perekonomian daerah di Tebing Tinggi.
• Adanya rencana pemerintah untuk menyerahkan pengelolaan dan penerimaan
seluruh pajak bumi dan bangunan PBB ke pemerintah daerah.
2.1.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Secara geografis sebagian wilayah Kota Tebing Tinggi merupakan wilayah yang rawan banjir. Permasalahan yang sering terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah
Bencana Banjir Bandang yang rata-rata terjadi 3-4 kali dalam satu tahun dengan ketinggian air 0,5 sd 1,5 meter di Kelurahan Mandailing Kampung Rao, Kelurahan
Bandar Sakti, Kelurahan Persiakan, Kelurahan Badak Bejuang, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Bulian dan Kelurahan Pasar Gambir. Adapun penyebab banjir
Bandang tersebut berasal dari meluapnya sungai Bahilang dan sungai Padang yang disebabkan oleh curah hujan tinggi di hulu sungai. Dan upaya yang dilakukan oleh
Tim Penanggulangan Bencana seperti Badan Kesbanglinmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,
Satpol PP, Camat se-Kota Tebing Tinggi, Unit Pemadam Kebakaran, dan Tagana Taruna Siaga Bencana adalah Pemantauan cuaca yang bias secara tiba-tiba dan atau
berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; Memonitoring ketinggian air sungai Padang dan sungai Bahilang untuk pendeteksian potensi banjir; Membentuk
posko-posko kesiapsiagaan yang diketuai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta Camat se-Kota Tebing Tinggi dan Lurah se-Kecamatan Kota Tebing
Tinggi yang daerah rawan bencana. Sedangkan Pernyataan status keadaan darurat bencana dipegang oleh Badan Penanggulangan Bencana selaku Komandan Posko
Penanggulangan Bencana. Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang berpotensi rawan bencana alam di wilayah Kota Tebing
Tinggi, seperti banjir adalah :
1. Kecamatan Rambutan
Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Tanjung Marulak, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir.
2. Kecamatan Padang Hilir
Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Tambangan Hulu.
3. Kecamatan Bajenis
Kelurahan Bulian, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Pinang Mancung , Kelurahan Berohol.
4. Kecamatan Padang Hulu
Kelurahan Lubuk Raya, Kelurahan Bandar Sono
5. Kecamatan Tebing Tinggi Kota
Kelurahan Mandailing, Kelurahan Badak Bejuang.
BAB- II 3
PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
Bencana lain yang kadang terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah kebakaran. Data statistik untuk peristiwa kebakaran, baik kebakaran tunggal maupun kebakaran
massal di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010 di daerah permukiman di pusat kota cukup tinggi.
Secara umum faktor utama penyebab terjadinya bencana kebakaran adalah listrik, kompor, lampu, rokok, obat nyamuk dan lain-lain sebagai
kelalaian ataupun hal-hal yang tidak dapat diperkirakan. Tantangan penanggulangan kejadian kebakaran adalah prasarana dan sarana pemadam kebakaran yang relatif
masih terbatas, dan struktur bangunan dan jaringan jalan yang padat sehingga mempersulit jangkauan ke lokasi kebakaran secara tepat waktu.
2.1.1.4. Demografi
a. Jumlah Penduduk