Bab II (2)R-RKPD
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
Gambaran umum kondisi daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan mencakup aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah, dapat diuraikan sebagai berikut :
2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1.1. Karakteristik lokasi dan wilayah: a. Luas dan batas wilayah administrasi
Luas Wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 3.843,8 hektar atau 38,438 km2. Kota
Tebing Tinggi yang berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan (ibukota Propinsi Sumatera Utara) serta terletak pada jalur lintas utama Sumatera, yaitu yang menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera Utara melalui Lintas Diagonal pada ruas jalan Tebing Tinggi-Pematangsiantar-Parapat-Balige-Siborong-borong.
b. Letak dan kondisi geografis
Kota Tebing Tinggi terletak diantara 30 19’-30 21’ Lintang Utara dan 980 9’-980
11’ Bujur Timur dengan batas – batas :
• Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai.
• Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai.
• Sebelah Timur dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai.
• Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai.
c. Topografi
Kota Tebing Tinggi memiliki ketinggian rata – rata 26 – 34 meter di atas permukaan laut (dpl),
d. Hidrologi
Kota Tebing Tinggi dilintasi oleh 4 (empat) aliran sungai besar dan kecil, yaitu Sungai Padang, Bahilang, Kalembah dan Sibarau.
e. Klimatologi
Kota Tebing Tinggi beriklim tropis maka temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 250 – 270 C. Sebagaimana Kota-kota lain di Sumatera
(2)
f. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data dari Kantor BPS Kota Tebing Tinggi tahun 2010 bahwa sebagian besar wilayah Kota Tebing Tinggi digunakan untuk permukiman 1.387,63 Ha (63,10 %), Sarana Sosial Budaya 241,20 Ha (6,28 %), Pertanian (sawah, tegalan/kebun) 1.956,12 Ha (50,89 %), Industri 22,85 Ha (0,59 %), Semak Belukar 134,45 Ha (3,50 %). Dan Lain-Lain (termasuk rawa-rawa) 101,55 Ha (2,64 %).
2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Pengembangan potensi Kota Tebing Tinggi kedepan adalah :
• Tersedianya peraturan perundang – undangan yang mengatur pembangunan daerah berdasarkan asas desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dimana UU ini memberikan diskreasi kepada daerah untuk mengelola pembangunan daerah, pemerintahan, dan keuangan daerahnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
• Adanya komitmen Pemerintah Kota untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik (good governance), cukup tingginya kepedulian dan partisipasi pemangku kepentingan dalam pembangunan kota, serta keberadaan sistem pelayanan perizinan terpadu yang memberikan kemudahan pelayanan untuk berusaha (investasi).
• Letak Kota Tebing Tinggi yang berada pada jaringan jalan lintas Sumatera dan merupakan titik pertemuan jaringan lintas tengah dan lintas timur Sumatera serta jaringan jalan utama (arteri) yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Turis Parapat (DanauToba) serta jaringan kereta api Medan – R. Prapat dan Medan - Siantar. Kemudian posisi strategis kota Tebing Tinggi yang berbatasan langsung dengan kabupaten baru serta statusnya sebagai kota sekunder yang memberikan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan jasa perdagangan terhadap hinterlandnya (daerah pinggirannya).
• Pendidikan formal SDM masyarakat Kota Tebing Tinggi cukup memadai yaitu dengan rata-rata lama belajar sebesar 9,89 tahun.
• Tersedianya infrastruktur dan utilitas perkotaan yang memadai serta ketersediaan sumber daya air yang melimpah karena dilalui oleh lima sungai yaitu sungai Padang, Bahilang, Kalembah, Sibarau, dan Sigiling. • Laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun yang rendah (0,71%). • Kerukunan umat beragama, suku dan budaya masyarakat heterogen yang
bersifat terbuka serta dapat hidup berdampingan secara damai.
• Batas Wilayah Kota Tebing Tinggi dikelilingi oleh perkebunan (misalnya : PTPN III, PTPN IV maupun Socfindo) merupakan peluang penyerapan tenaga kerja dengan mempersiapkan tenaga kerja siap pakai sesuai dengan standar kualifikasi kebutuhan pekerjaan untuk sektor perkebunan. Dan diharapkan nantinya, Pemerintah Kota Tebing merumuskan strategi pendidikan vocational (kejuruan) yang sesuai dengan kebutuhan industri perkebunan.
• Pembangunan Bandara Kuala Namu yang merupakan bandara internasional dan domestik yang masuk dan keluar Sumatera Utara serta ketersediaan jalan akses tol bandara Tebing Tinggi – Tanjung Morawa – Kuala Namu
(3)
akan berdampak pada pembangunan dan pengembangan Kota Tebing Tinggi, khususnya permukiman, jajanan (kuliner), dan usaha kecil berbasis rumah tangga. Kemudian rencana pembangunan Pelabuhan internasional Kuala Tanjung dan kawasan industri Sei Mangke akan memberikan peluang dalam pembangunan kota dan perekonomian daerah di Tebing Tinggi. • Adanya rencana pemerintah untuk menyerahkan pengelolaan dan penerimaan
seluruh pajak bumi dan bangunan (PBB) ke pemerintah daerah. 2.1.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Secara geografis sebagian wilayah Kota Tebing Tinggi merupakan wilayah yang rawan banjir. Permasalahan yang sering terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah Bencana Banjir Bandang yang rata-rata terjadi 3-4 kali dalam satu tahun dengan ketinggian air 0,5 s/d 1,5 meter di Kelurahan Mandailing (Kampung Rao), Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Persiakan, Kelurahan Badak Bejuang, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Bulian dan Kelurahan Pasar Gambir. Adapun penyebab banjir Bandang tersebut berasal dari meluapnya sungai Bahilang dan sungai Padang yang disebabkan oleh curah hujan tinggi di hulu sungai. Dan upaya yang dilakukan oleh Tim Penanggulangan Bencana seperti Badan Kesbanglinmas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Satpol PP, Camat se-Kota Tebing Tinggi, Unit Pemadam Kebakaran, dan Tagana (Taruna Siaga Bencana) adalah Pemantauan cuaca yang bias secara tiba-tiba dan atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; Memonitoring ketinggian air sungai Padang dan sungai Bahilang untuk pendeteksian potensi banjir; Membentuk posko-posko kesiapsiagaan yang diketuai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta Camat se-Kota Tebing Tinggi dan Lurah se-Kecamatan Kota Tebing Tinggi yang daerah rawan bencana. Sedangkan Pernyataan status keadaan darurat bencana dipegang oleh Badan Penanggulangan Bencana selaku Komandan Posko Penanggulangan Bencana. Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang berpotensi rawan bencana alam di wilayah Kota Tebing Tinggi, seperti banjir adalah :
1. Kecamatan Rambutan
Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Tanjung Marulak, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir.
2. Kecamatan Padang Hilir
Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Tambangan Hulu.
3. Kecamatan Bajenis
Kelurahan Bulian, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Pinang Mancung , Kelurahan Berohol.
4. Kecamatan Padang Hulu
Kelurahan Lubuk Raya, Kelurahan Bandar Sono
5. Kecamatan Tebing Tinggi Kota
(4)
Bencana lain yang kadang terjadi di Kota Tebing Tinggi adalah kebakaran. Data statistik untuk peristiwa kebakaran, baik kebakaran tunggal maupun kebakaran massal di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010 di daerah permukiman di pusat kota cukup tinggi. Secara umum faktor utama penyebab terjadinya bencana kebakaran adalah listrik, kompor, lampu, rokok, obat nyamuk dan lain-lain sebagai kelalaian ataupun hal-hal yang tidak dapat diperkirakan. Tantangan penanggulangan kejadian kebakaran adalah prasarana dan sarana pemadam kebakaran yang relatif masih terbatas, dan struktur bangunan dan jaringan jalan yang padat sehingga mempersulit jangkauan ke lokasi kebakaran secara tepat waktu.
2.1.1.4. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Data BPS Kota Tebing Tinggi tahun 2010, jumlah penduduk kota Tebing Tinggi adalah 145.248 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 32.807 rumah tangga.
Sedangkan berdasarkan Rasio jenis kelamin penduduk Kota Tebing Tinggi maka jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah perempuan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 71.892 jiwa (49.49 persen) dan perempuan 73.356 (50.51 persen). Dan rasio jenis kelamin (Sex Ratio) penduduk Kota Tebing Tinggi sebesar 98 persen, yang berarti hanya ada 98 orang laki-laki dalam 100 penduduk perempuan. Sebagian besar penduduk Kota Tebing Tinggi berdomisili di Kecamatan Padang Hilir (22,77 persen), Kecamatan Tebing Tinggi Kota 21,60 persen), Kecamatan Rambutan (20,69 persen), Kecamatan Padang Hulu (18,39 persen), dan Kecamatan Bajenis (16,55 persen).
b. Laju Pertumbuhan Penduduk
Dari data BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 dalam Kota Tebing Tinggi Dalam Angka 2011, maka laju pertumbuhan penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2000-2010 sebesar 1,62 persen.
c. Sebaran Penduduk
Menurut Data BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 dengan luas wilayah Kota Tebing Tinggi yang hanya 38.438 km2 maka tingkat kepadatan penduduk Kota Tebing
Tinggi mencapai 3.78 jiwa/ km2.
d. Komposisi Penduduk
Berdasarkan data BPS Kota Tebing Tinggi dalam Indikator Kesehatan Rakyat Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 dimana dari jumlah penduduk menurut umur, persentase penduduk usia produktif ada 65,50 persen.
(5)
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Aspek kesejahteraan masyarakat berdasarkan fokus kesejahteraan antara lain dapat dilihat dari angka pertumbuhan PDRB, Inflasi, PDRB perkapita, disparitas pendapatan masyarakat dan persentase penduduk yang berada diatas garis kemiskinan. Secara umum dapat diungkapkan sebagai berikut :
a. Pertumbuhan PDRB
Hasil analisis pertumbuhan PDRB, dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut:
Tabel – 2.1
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
NO Sektor
2010*) 2011*) 2012*) 2013*)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) % (Rp) %)
1 Pertanian 18.183,77 1.60 19,274 1.56
20
,450 1.56 21.867 1.56
2 Pertambangan dan Penggalian 992,88 0.08 1,053 0.09 1,117 0.09 1.194 0.09
3 Industri Pengolahan 167.818,61 19.67
178,05
7 14.39 188,919 14.39 202.011 14.4
4
Listrik,Gas dan Air
bersih 4.790,99 0.49 5,082 0.41 5,392 0.41 5.765 0.41
5 Bangunan
99.153,85 9.90
105,20
3 8.50 111,620 8.50 119.355 8,5
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 298.899,57 22.55
317,13
6 25.64 336,481 25.64 359.799 25.6
7 Pengangkutan dan Komunikasi 205.82,46 14.43
218,37
8 17.65
23 1,699
17.6 5
247.75
5 17.7
8
Keuangan, sewa, dan Jasa Perusahaan
111.654,18 12.01
118,46
6 9.58
12
5,693 9.58
134.40
3 9.58
9 Jasa-jasa
258.609,58 19.28
274,38
7 22.18
29 1,125
22.1 8
311.29
9 22.2
PDRB
1.165.932,88 100,00
1, 237,05
4 100.10 1,312,514 100.19 1.403.471 100.00
Catatan : *) Angka Sementara
Sumber Data : Data BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 dan Data Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan dimana struktur ekonominya tetap didominasi oleh sektor
Perdagangan, Hotel, & Restoran; Jasa-jasa ; Pengangkutan & Komunikasi ; Industri Pengolahan; Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan; Bangunan; Pertanian; Listrik,Gas, & Air bersih serta Pertambangan & Penggalian.
(6)
Dari tabel 2.5 diatas diperoleh gambaran bahwa secara umum struktur ekonomi pembentuk PDRB Kota Tebing Tinggi atas dasar harga konstan didominasi oleh sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran; Jasa-jasa; Pengangkutan dan Komunikasi; Industri Pengolahan; Keuangan, sewa dan Jasa. Perusahaan; Bangunan ; Pertanian; Listrik,Gas dan Air bersih; dan Pertambangan dan Penggalian.
Tabel : 2.2
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s.d 2010 Atas Dasar Harga Berlaku
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
NO Sektor
2010*) 2011*) 2012*) 2013*)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) % (Rp) %)
1 Pertanian 36.753.34 1.56
41,347 1.60 46,309.18 1.59 49.518 1.59 2 Pertambangan danPenggalian 1.732.82 0.09 1,941 0.08 2,173.65 0.07 2.324 0.07 3
Industri
Pengolahan 451.399.16 14.39
5
07,824 19.67
568,762.
63 19.76 608.177 19.76 4 Listrik,Gas dan Air bersih 11.307.43 0.41
12,721 0.49 14,247.35 0.49 15.234 0.49 5 Bangunan 227.141.64 8.50
2
55,534 9.90 286,198.31 9.94 306.031 9.94 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
517.438.37 25.64 5
82,118 22.55
651,971.
99 22.65 697.153 22.65 7 Pengangkutan danKomunikasi 331.245.15 17.65
3
72,651 14.43 417,368.66 14.50 446.292 14.50 8
Keuangan, sewa, dan Jasa
Perusahaan 275.551.58 9.58
3
09,995 12.01 347,194.80 12.06 371.255 12.06 9 Jasa-jasa 442.397.97 22.18
4
97,697 19.28 557,421.14 19.36 596.050 19.36 PDRB 2.294.967.45 100.00 2,581,837.00 100.45 2,904,567.00 100.89 3.105.853 100.89 Catatan : *) Angka Sementara
Sumber Data : Data BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 dan Data Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dimana struktur ekonominya tetap didominasi oleh sektor
Perdagangan, Hotel, & Restoran; Industri Pengolahan; Jasa-jasa ; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan; Bangunan; Pertanian; Listrik,Gas dan Air bersih serta Pertambangan & Penggalian.
Berdasarkan tabel 2.6 diatas struktur PDRB atas dasar harga berlaku Tahun 2010 terlihat struktur ekonominya didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran; Industri Pengolahan; Jasa-jasa ; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan; Bangunan; Pertanian; Listrik,Gas, dan Air bersih serta Pertambangan & Penggalian.
(7)
Tabel – 2.3
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007. s.d 2011 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
Pemerintah Kota Tebing Tinggi NO Sektor
2007 2008 2009 2010*) 2011*)
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % % % %
1 Pertanian -6.30 1.78 5.29- 1.69 2.46- 1.63 1.61- 1.56 1.60 1.56 2 Pertambangan &Penggalian -2.37 0.09 0.59- 0.09 1.82 0.09 1.02- 0.09 0.08 0.09 3 Industri Pengolahan
3.52 14.80 2.80 14.63
-0.22 14.43 0.34 14.39 19.67
14.3 9 4 Listrik,Gas, & Air bersih 10.01- 0.43 6.57- 0.42 4.66- 0.41 4.54- 0.41 0.49 0.41 5 Bangunan 2.19 8.29 2.85 8.39 4.15 8.50 4.77 8.50 9.90 8.50 6 Perdagangan, Hotel, &
Restoran 2.33 24.89 1.95 25.41
-1.48 25.46 0.11 25.64 22.55
25.6 4 7 Pengangkutan &Komunikasi
-6.19 17.25
-4.92 17.33
-2.55 17.45
-3.21 17.65 14.43
17.6 5 8 Keuangan, sewa, & Jasa
Perusah. 2.94 9.64
-0.49 9.72 0.01 9.72
-0.79 9.58 12.01 9.58 9 Jasa-jasa
-2.31 22.84
-1.27 22.32 2.45 22.31 0.43 22.18 19.28
22.1 8
PDRB 0.00
100.00 0.00 100.00 0.00 100.00 0.00 100.00 100.45
100. 10
Catatan : *) Angka Sementara
Sumber Data : Data BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 dan Data Proyeksi Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007. s.d 2011Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
Dapat digambarkan bahwa perkembangan perhitungan sektoral khususnya dari sumbangan terhadap PDRB terlihat bahwa Kota Tebing Tinggi memiliki sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran ; sekor jasa ; Pengangkutan dan Komunikasi, serta Industri Pengolahan sangat tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, dan yang paling terkecil sumbangan sektor terhadap PDRB baik dari harga berlaku maupun harga konstan adalah sektor Pertambangan dan Penggalian.
(8)
Tabel – 2.4
Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2007, Tahun 2008; Tahun 2009; dan Tahun 2010
Pemerintah Kota Tebing Tinggi
NO Sektor
Pertumbuhan
2007 Pertumbuhan2008 Pertumbuhan2009 Pertumbuhan2010*)
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % %
1 Pertanian 6.52 -6.69 7.27 -5.15 8.73 -3.40 11.07 -4.26 2 Pertambangan & Penggalian 10.99 -1.82 12.60 -1.51 13.50 -0.78 11.74 -1.28 3 Industri Pengolahan 17.68 -1.55 16.44 -1.14 11.23 -1.37 13.27 -0.27 4 Listrik,Gas, & Air bersih 2.30 -5.26 5.82 -2.43 6.29 -2.22 7.76 -0.72
5 Bangunan 16.17 1.11 16.48 1.23 16.11 1.37 18.27 0.04
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 16.33 1.26 15.47 2.12 9.83 0.17 13.01 0.70 7 Pengangkutan & Komunikasi 0.84 -0.30 7.68 0.45 8.63 0.71 9.26 1.17 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusah. 17.02 5.56 12.71 0.84 11.49 0.00 11.99 -1.49 9 Jasa-jasa 11.06 -2.02 11.82 -2.26 14.20 -0.06 13.37 -0.57
PDRB 13.68 0/00 13.26 0.00 11.48 0.00 12.89 0.00
Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi 2010 (data diolah)
Dapat digambarkan bahwa pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) dari Tahun 2007 dan 2010, terlihat dari Harga Berlaku bahwa Kota Tebing Tinggi memiliki sektor Bangunan lebih tinggi, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya investor yang bergerak dibidang proverty misalnya pembangunan perumahan. Kemudian diikuti dengan sektor jasa, sektor, sektor industri pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran dan sektor lainnya. Sedangkan pertumbuhan berdasarkan harga konstan terlihat bahwa sektor Pengangkutan dan Komunikasi lebih Tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya seperti sector Industri Pengolahan; Jasa; Listrik,Gas, & Air bersih; dan sektor lainnya. Hal ini dikarenakan hal ini sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008 dan 2009, serta kurangnya pasokan energi listrik sebagai dampak dari tidak adanya pembangunan pembangkit listrik untuk mensuplai kebutuhan energi di Kota Tebing Tinggi.
(9)
Tabel- 2.5
Perkembangan PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun 2006 s.d 2010 Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku (Milyar Rupiah)
No Kabupaten/Kota PDRB
2007 2008 2009
HB HK HB HK HB HK
Kabupaten
1. Nias 3 181,871 1 738,560 865,141 441,569 982,253 468,225
2. Mandailing Natal 2 603,792 1 685,696 3 012,042 1 794,258 3 502,980 1 909,226 3. Tapanuli Selatan 2 351,501 1 554,560 2 558,434 1 631,791 2 761,514 1 697,914 4. Tapanuli Tengah 1 616,001 1 000,474 1 796,326 1 062,313 1 987,160 1 122,907 5. Tapanuli Utara 2 729,500 1 377,745 3 126,117 1 456,881 3 392,626 1 529,396 6. Toba Samosir 2 414,620 1 501,684 2 744,392 1 585,967 3 056,049 1 669,356 7. Labuhan Batu 5 257,085 2 792,160 6 077,301 2 957,401 6 658,794 3 101,701 8. Asahan 8 227,045 4 670,899 9 505,603 4 905,418 10 435,935 5 134,419 9. Simalungun 7 647,486 4 823,349 8 412,295 5 049,397 9 221,621 5 285,269 10. Dairi 2 860,205 1 789,802 3 116,742 1 864,538 3 392,997 1 952,586 11. Karo 4 483,324 2 869,737 5 058,679 30 19,388 5 646,544 3 175,599 12. Deli Serdang 26 041,988 12 264,029 30 116,831 12 994,129 34 172,480 13 698,059 13. Langkat 11 455,319 6 178,019 13 243,635 6 491,755 14 786,580 6 817,320 14. Nias Selatan 1 692,400 1 090,666 1 854,542 1 136,549 2 031,682 1 182,898 15. Humbang Hasundutan 1 727,279 856,381 1 983,027 906,356 2 189,647 954,552 16. Pakpak Barat 231,069 137,831 258,923 145,915 290,299 154,419 17. Samosir 1 287,458 908,458 1 392,282 9 532,851 1 519,319 1 002,459 18. Serdang Bedagai 6 429,010 3 814,434 7 472,749 4 047,771 8 490,357 4 287,253 19. Batu Bara 11 463,160 6 486,778 13 191,958 6 774,665 14 517,227 7 063,219 20. Padang Lawas Utara 1 154,426 659,752 1 271,658 692,685 1 424,469 732,284 21. Padang Lawas 1 105,758 645,094 1 214,722 675,997 1 349,482 710,757 22. Labuhan Batu Selatan 4 246,643 2 409,247 4 953,963 2 558,627 5 472,191 2 685,094 23. Labuhan Batu Utara 4 816,746 2 678,222 5 625,529 2 842,977 6 284,978 2 993,328
24. Nias Utara - - 862,341 430,775 998,844 459,590
25. Nias Barat - - 444,010 225,888 506,339 239,259
Kota
26. Sibolga 1 075,261 623,780 1 235,093 660,274 1 361,122 697,916 27. Tanjung Balai 229,502 1 229,074 2 480,130 1 278,149 2 754,807 1 331,005 28. Pematang Siantar 3 094,890 1 729,336 3 464,686 1 828,230 3 746,216 1 926,299 29. Tebing Tinggi 1 610,172 978,411 1 823,672 1 037,465 2 032,877 1 099,239 30. Medan 55 455,585 29 352,924 65 316,256 31 373,951 72 666,893 33 430,687 31. Binjai 3 311,301 1705,073 3 815,248 1 799,485 4 312,459 1 902,998 32. Padang Sidempuan 1 511,816 787,904 1 744,259 835,919 1 899,012 884,255
33. Gunung Sitoli - - 1 495,456 756,845 1 775,104 813,260
Provinsi Sumatera Utara 183 312,211 100 340,079 211 534,156 106 217,188 235 620,869 112 112,756
Sumber : Tebing Tinggi Dalam Angka 2010
Untuk perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan tingkat Kabupaten/Kota dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 terlihat bahwa Kota Medan masih merupakan daerah yang memiliki angka PDRB tertinggi di Sumatera Utara dimana tahun 2009 Kota Medan memberikan sumbangan terhadap PDRB Sumatera Utara ADHB terbesar dibandingkan Kota Tebing Tinggi yang hanya memberikan sumbangan PDRB sebesar Rp. 1.099.239.- dan yang paling terkecil memberikan sumbangan PDRB Sumatera Utara di tingkat Kota adalah Kota Sibolga.
(10)
PDRB Perkapita merupakan gambaran ratuk sebagai hasa-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Pada periode 2006-2010, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi sebesar Rp. 10.20 juta per tahun (Rp. 0.85 juta per orang per bulan). Pada tahun 2010, angka tersebut naik menjadi Rp. 15.80 juta (Rp. 1.32 juta per orang per bulan). PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 tersebut meningkat 11.74 persen dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp. 14.14 juta (Rp. 1.18 juta per orang per bulan). Secara riil, dengan mengeluarkan faktor inflasi, PDRB per kapita yang dilihat atas dasar harga konstan Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.03 juta (Rp. 0.68 juta per orang per bulan). PDRB per kapita tersebut naik sebesar 4.97 persen bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp. 7.65 juta (Rp. 0,64 juta per orang per bulan).
Tabel : 2.6
PDRB Per Kapita Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)
PDRB
Per Kapita 2006
2007ingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp.
2008 2009 2010*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Atas Dasar Harga Berlaku
10,27 11,55 12,93 14,24 15,80
Atas Dasar Harga Konstan
6,69 7,02 7,35 7,70 8,03
Catatan : *) Angka Sementara
Sumber : Data BPS Kota Tebing Tinggi dalam PDRB Kota Tebing Tinggi menurut Lapangan Usaha 2010
Dengan demikian, menurut PDRB per kapta atas dasar harga konstan 2000 sudah ada perbaikan dalam taraf hidup riil masyarakat di Kota Tebing Tinggi selama periode 2006-2010, dari yang sebelumnya tahun 2006 hanya memperoleh Rp. 554.249.- per orang per bulan menjadi Rp. 668.932 per orang per bulan pada tahun 2010.
c. Distribusi Pendapatan Indeks Gini
Pemerataan pendapatan berdasarkan Indeks Gini/Lorenz Curve menyimpulkan bahwa distribusi pendapatan di Kota Tebing Tinggi memiliki kategori ketimpangan rendah. Hal ini dibuktikan dengan ikatakan makin nilai Gini Rasio sebesar 0.3154 atau kecil dari 0.4. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu
(11)
(Sumber Data : Bappeda Kota Tebing Tinggi dalam Kajian Interaksi antara Kinerja Ekonomi dan kemiskinan di Kota Tebing Tinggi).
Kemudian berdasarkan kurva Lorenz juga menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran rumah tangga di Tebing Tinggi relatif rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya.
d. Penduduk diatas garis kemiskinan
Kemiskinan adalah sebuah permasalahan yang bersifat komprehensif mencakup kondisi perekonomian, kependudukan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan yang layak, baik kebutuhan dasar makanan maupun kebutuhan dasar bukan makanan. Sedangkan Garis Kemiskinan dapat dinyatakan dalam nilai rupiah dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan, dengan kata lain Penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan disebut sebagai penduduk miskin. Adapun kategori Indikator miskin menurut BPS adalah : Untuk pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin maka diperlukan indikator yang lebih merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya di masyarakat. Indikator untuk menentukan fakir miskin tersebut ialah :
1. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang diukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten/ kota.
2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/ beras untuk miskin/ santunan sosial).
3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap perorang pertahun).
4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
5. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
6. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya.
7. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin.
8. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.
9. Ada anggota keluarga usia 15 tahun keatas yang buta huruf. 10. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.
11. Luas rumah kurang dari 4 meter persegi. 12. Kesulitan air bersih.
13. Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara. 14. Sanitasi lingkungan yang kumuh (tidak sehat).
Berdasarkan data dalam dokumen Sumatera Utara Dalam Angka 2010 menunjukkan bahwa KK miskin di Tebing Tinggi sejak tahun 2007-2009 berfluktuatif dengan trend meningkat. Pada tahun 2007 jumlah KK miskin di Kota Tebing Tinggi sebanyak 13.400 KK atau 9.67 persen dari jumlah KK. Kemudian meningkat menjadi 23.070 KK pada tahun 2008 (16.5 persen) dan selanjutnya turun menjadi 20.530 KK pada tahun 2009
(12)
(14.58 persen). Jika dibandingkan dengan persentase rata-rata penduduk miskin di Sumatera Utara, angka-angka tersebut relative tinggi. Untuk kota di Sumatera Utara, Tebing Tinggi merupakan kota yang persentase KK miskinnya nomor tiga terbesar setelah Kota Tanjung Balai dan Sibolga.
e. Laju Inflasi
Tabel : 2.7
Nilai inflasi rata-rata Tahun 2006 s.d 2010 Kota Tebing Tinggi
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010*)
Inflasi 7,11 7,27 6,81 5,21 6,43
Catatan : *) Angka Sementara
Sumber : Data BPS Kota Tebing Tinggi dalam PDRB Kota Tebing Tinggi menurut Lapangan Usaha 2010
2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Bidang Pendidikan
a. Angka melek huruf
Ukuran yang sangat mendasar dari indikator pendidikan, secara makro adalah kemampuan membaca dan menulis (angka melek huruf) penduduk dewasa, yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis huruf dan huruf lainnya. Berdasarkan data Susenas Tahun 2010 menunjukkan bahwa angka melek huruf penduduk dewasa Kota Tebing Tinggi cenderung stabil. Pada tahun 2009 angka melek huruf Kota Tebing Tinggi sebesar 98.61 persen dan meningkat menjadi 98.7 persen pada tahun 2010.
Tabel : 2.8
Angka Melek Huruf Kota Tebing Tinggi dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010
No. Provinsi/Kota
Angka Melek Huruf (persen) Tahun
2006 2007 2008 2009 2010*)
1 Provinsi
Sumatera Utara
97.00 97.03 97.08 97.15 97.32
2 Kota Tebing Tinggi
98.50 98.53 98.53 98.61 98.7
Catatan : *) Angka Sementara
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Indeks Pembangunan Manusia Kota Tebing Tinggi 2010
(13)
Bila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan Kota Tebing Tinggi sudah lebih tinggi. Hal ini berdasarkan data Susenas tahun 2010, angka melek huruf Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 97.32 persen sedangkan angka melek huruf Kota Tebing Tinggi mencapai 98.70 persen. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain, angka melek huruf Kota Tebing Tinggi berada pada urutan keduabelas.
b. Rata-rata Lama Sekolah
Indikator pendidikan selain angka melek huruf yang digunakan untuk penghitungan indeks pembangunan manusia antara lain adalah rata-rata lama sekolah. Indikator rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk dewasa berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh pendidikan formal yang pernah dijalani.
Tabel : 2.9
Rata-rata Lama Sekolah Kota Tebing Tinggi dan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2006-2010 No. Provinsi/Kota
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Tahun
2006 2007 2008 2009 2010*)
1 Provinsi
Sumatera Utara
8.60 8.60 8.60 8.65 8.85
2 Kota Tebing
Tinggi 9.80 9.80 9.80 9.81 9.85
Catatan : *) Angka Sementara
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Indeks Pembangunan Manusia Kota Tebing Tinggi 2010
Rata-rata lama sekolah (schooling years) Kota Tebing Tinggi tahun 2010 adalah 9.85 tahun. Rata-rata lama sekolah ini lebih lama bila dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah Provinsi Sumatera Utara yang mencapai 8.85 tahun. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain, rata-rata lama sekolah Kota Tebing Tinggi berada pada urutan kelima yang tertinggi.
(14)
c. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Tabel 2.10
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2009 , 2010 dan 2011
Sumber Data : Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tebing Tinggi Tahun 2011
Tabel 2.11
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2010
Sumber Data : Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tebing Tinggi Tahun 2011
No Capaian Pembangunan Satuan Tahun 2009 Tahun
2010 Tahun 2011 1. Jumlah grup kesenian per 10.000
penduduk 10 12 16
2. Jumlah Gedung Kesenian per 10.000 penduduk
- - -
-3 Jumlah Klub Olahraga per 10.000 penduduk
klub 90 98 106
4 Jumlah Gedung Olahraga per 10.000 penduduk
unit 2 -
-N0. Kota/Kecamatan
Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk
Jumlah Gedung Kesenian per 10.000 penduduk
Jumlah Klub Olahraga per 10.000 penduduk
Jumlah Gedung Olahraga per 10.000 penduduk
1. Kota Tebing Tinggi 16 - 106 2
2. Kecamatan Rambutan 4 - 24 1
3 Kecamatan Tebing Tinggi Kota
2 - 15
-4 Kecamatan Padang Hilir 4 - 25
-5 Kecamatan Padang Hulu 4 - 20 1
(15)
-3. Aspek Pelayanan Umum 3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 3.1.1. Pendidikan
a. Angka Partisipasi Sekolah (APrS)
Angka partisipasi sekolah merupakan indikator yang menunjukkan persentase usia sekolah yang saat ini duduk di bangku sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Artinya, APrS ini menunjukkan akses penduduk usia sekolah terhadap pendidikan di suatu daerah. Berdasarkan Data Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, APrS SD Kota Tebing Tinggi adalah sebesar 90,71%. Angka ini lebih rendah dari APrS SD Provinsi Sumatera Utara (94,24%). Kemudian APrS SMP adalah sebesar 74,71% lebih rendah dari Provinsi Sumatera Utara (74,74%).
Secara umum angka di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan APrS dari jenjang SD ke jenjang SMP. Hal ini harus diperhatikan serius oleh Pemko Tebing Tinggi karena penurunan angka ini apakah disebabkan tingginya angka putus sekolah atau angka mengulang kelas. Penurunan angka ini juga secara langsung dapat mengakibatkan sulitnya pencapaian program wajib belajar 12 tahun yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
Tabel 2.12
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2006-2010
Kota Tebing Tinggi No
.
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1. SD/MI
1.1 Jumlah murid usia 7-12 tahun 16.151 16.340 16.342 16.195 16.335 1.2 Jumlah penduduk kelompok usia
7-12 tahun 17.549 18.017 18.225 18.468 15.746
1.3 APS SD/MI 104.25 91.95 100.97 100.64 121.14
2. SMP/MTs
2.1 Jumlah Murid usia 13-15 tahun 7.676 7.664 8.324 7.901 7.311
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia
13-15 tahun 9.606 9.043 9.986 10.755 9.059
2.3 APS SMP/MTs 126.42 113.47 111.00 119.23 132.35
(16)
Tabel 2.13
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2010 Menurut Kota/Kecamatan
Kota Tebing Tinggi No. Kota/Kecamatan
SD/MI SMP/MTs
Jumlah murid usia 7-12 tahun
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
APS Jumlah
Murid usia 13-15 tahun
Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
APS
1. Kota Tebing Tinggi
16.335 15.746 121,14 7.311 9.059 132,35
2. Kecamatan Rambutan
3.123 3.515 132,60 401 1.790 10.863
3 Kecamatan
Tebing Tinggi Kota
5.170 3.364 199.64 4.408 1.935 294,01
4 Kecamatan
Padang Hilir
2.446 3.098 84,96 537 1.782 52,47
5 Kecamatan
Padang Hulu
2.517 2.741 92,45 715 1.578 7.605
6 Kecamatan
Bajenis
2.687 3.420 89,21 1.250 1.655 112,56
Sumber Data : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2010
b. Ratio Ketersediaan Sekolah/penduduk usia sekolah Tabel 2.14
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2006-2010 Kota Tebing Tinggi
No .
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
1. SD/MI
1.1 Jumlah gedung sekolah 95 97 98 98 98
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
17.549 16.340 18.255 18.468 15.746
1.3 Rasio 185 169 187 189 161
2. SMP/MTs
2.1 Jumlah gedung sekolah 28 29 29 30 31
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
9.606 9.043 9.986 10.755 9.059
2.3 Rasio 344 312 345 359 293
(17)
Tabel 2.15
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2010 Menurut Kota/Kecamatan
Kota Tebing Tinggi N0. Kota/Kecamatan
SD/MI SMP/MTs
Jumlah gedung sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
Rasio Jumlah gedung sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
Rasio
1. Kota Tebing
Tinggi 98 15.746 161 31 9.059 293
2. Kecamatan Rambutan
19 3.123 165 3 1.797 599
3 Kecamatan
Tebing Tinggi Kota
27 3.364 125 16 1.935 121
4 Kecamatan
Padang Hilir
17 3.098 183 3 1.782 594
5 Kecamatan
Padang Hulu
17 2.741 162 3 1.578 526
6 Kecamatan
Bajenis
18 3.420 190 6 1.967 328
Sumber Data : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2010
c. Ratio Murid terhadap Sekolah dan Guru pada berbagai jenjang pendidikan
Dari data di bawah ini terlihat bahwa rasio murid terhadap sekolah dan guru. Rasio murid terhadap sekolah menunjukkan bahwa masyarakat Kota Tebing Tinggi lebih berminat pada sekolah – sekolah umum dibandingkan sekolah yang dikelola oleh Departemen Agama. Kemudian rasio murid terhadap guru menunjukkan bahwa angka rasio antara 8 – 16. Artinya angka ratio tersebut cukup ideal untuk melakukan pengajaran dan bimbingan kepada siswa.
Tabel : 2.16
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Taman Kanak-Kanak /Raudhatul Athfal (RA)/Bustanul Athfal di Kota Tebing Tinggi
Tahun Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. 2007 38 2.276 166 14
2. 2008 37 2.173 147 15
3. 2009 37 2.313 182 13
4. 2010 36 2.959 179 17
(18)
Tabel : 2.17
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Taman Sekolah Dasar (SD) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. Padang Hulu 16 2.853 177 16
2. Tebing Tinggi Kota 27 6.386 357 18
3 Rambutan 19 4.105 224 18
4 Bajenis 16 2.992 148 16
5 Padang Hilir 16 2.849 175 16
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka, 2010
Tabel : 2.18
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kota Tebing Tinggi
Tahun Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. 2007 4 500 33 15
2. 2008 4 518 44 12
3. 2009 4 523 26 20
4. 2010 4 550 47 2
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka, 2010
Tabel : 2.19
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Taman Sekolah Dasar (SD) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. Padang Hulu 2 775 52 15
2. Tebing Tinggi Kota 14 5.464 387 14
3 Rambutan 3 1.037 61 17
4 Bajenis 3 1.186 117 10
5 Padang Hilir 1 646 38 17
(19)
Tabel : 2.20
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Tebing Tinggi
Tahun Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. 2007 8 1.586 136136 12
2. 2008 8 1.622 140 12
3. 2009 8 1.529 126 11
4. 2010 8 1.368 11
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka, 2010
Tabel : 2.21
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Tebing Tinggi
Tahun Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. 2007 8 1.586 136 12
2. 2008 8 1.622 136 12
3. 2009 8 1.529 140 11
4. 2010 8 1.368 126 11
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka, 2010
Tabel : 2.22
Banyaknya Sekolah, Murid. Guru dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Tahun Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid dengan Guru
1. SMA 15 6.325 456 14
2. SMK 13 6.079 485 13
3. MA 7 914 119 8
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka, 2010
d. Jumlah Lembaga Pendidikan, Peserta Didik dan Tenaga Pendidik
Data di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah secara total lembaga pendidikan formal adalah sebanyak 188 lembaga, sedangkan lembaga pendidikan non-formal sebanyak 81 lembaga. Kemudian, jumlah siswa sebanyak 40.409 siswa untuk lembaga formal dan sebanyak 534 siswa untuk lembaga non-formal. Sedangkan
(20)
jumlah tenaga pendidik sebanyak 2.726 guru untuk lembaga formal dan 146 guru untuk tenaga non-formal.
Tabel : 2.23
Jumlah Lembaga Pendidikan, Peserta Didik dan Tenaga Pendidik
Sumber Data : Profil Dinas Pendidikan Tebing Tinggi, 2010
e. Fasilitas pendidikan
Dari data jumlah sekolah yang ada di Tebing Tinggi tahun 2010, tercatat jumlah ruang kelas dalam kondisi baik berjumlah 1.319 buah (90,78%), kondisi rusak ringan berjumlah 116 (7,98%) dan kondisi rusak berat berjumlah 18 (1,24%). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fasilitas di Tebing Tinggi secara umum dalam kondisi baik.
(21)
Tabel : 2.24 Fasilitas pendidikan
No. Jenjang Satuan Pendidikan
Kondisi Ruang Kelas
Jumlah
Baik Rusak
Ringan Rusak Berat
01 TK 64 2 0 66
02 RA 24 3 0 27
03 SD 542 47 15 604
04 MI 15 6 0 21
05 SMP 236 13 3 252
06 MTs 39 1 0 40
07 SMA 188 17 0 205
08 MA 32 2 0 34
09 SMK 179 25 0 204
Jumlah 1.319 116 18 1.453
Sumber Data : Profil Dinas Pendidikan Tebing Tinggi, 2010
f. Kualifikasi Guru
Kondisi kualifikasi guru di Tebing Tinggi menunjukkan bahwa sudah sebagian besar Strata 1 (S1/Sarjana) khususnya di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Namun, untuk jenjang TK s.d SD masih banyak ditemukan guru dengan kualifikasi pendidikan terakhir adalah SMA dan D2-D3. Untuk ke depannya, kemungkinan guru dengan kualifikasi tersebut akan berkurang karena sistem rekrutmen guru saat ini sudah pada jenjang minimal sarjana. Kondisi kualifikasi guru Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : 2.25
(22)
g. Angka Partisipasi Kasar
Tabel : 2.26
Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2010 Kota Tebing Tinggi
NO Jenjang Pendidikan 2010
1 PAUD
1.1. Jumlah siswa PAUD 2.959
1.2. APK PAUD 31,74
2 SD/MI
2.1. jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI
19.735
2.2. APK SD/MI 125,33
3 SMP/MTs
3.1. jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan
SMP/MTs 10.476
3.2. APK SMP/MTs 115,64
4 SMA/SMK/MA
4.1. jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA
13.318
4.2. APK SMA/SMK/MA 115,26
Sumber Data : Profil Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, 2010
Dari data Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2010 terlihat bahwa APK untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Tebing Tinggi masih tergolong rendah yaitu 31,74%, sehingga masih perlu perhatian yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
h. Angka Partisipasi Murni
Perkembangan Angka Partisipasi Murni di Tebing Tinggi sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 2.27
Perkembangan APM Tahun 2010
Kota Tebing Tinggi
NO Jenjang Pendidikan 2010
1 APM SD/MI 103,74
2 APM SMP/MTs 80,70
3 APM SMA/MA/SMK 75,21
(23)
Dari data Angka Partisipasi Murni Kota Tebing Tinggi tahun 2010, terlihat bahwa ada kecenderungan terjadinya penurunan jumlah partisipasi siswa dari APM siswa SD (103,74%), SLTP (SMP/MTs) (80,70%) dan SLTA (SMA/MA/MK) 75,21%. Hal ini menunjukkan masih banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi diatasnya (putus sekolah). Hal ini disebabkan masih rendahnya minat dan dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Disamping masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam rangka pencapaian sasaran pendidikan di Tebing Tinggi yakni Wajib Belajar 12 tahun dan untuk mewujudkan industrialisasi di Provinsi Sumatera Utara diperlukan Sumber Daya Manusia yang memiliki pendidikan dan keahlian yang memadai atau minimal tamat Sekolah Lanjutan Menengah Atas (SLTA) khususnya dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3.1.2. Kesehatan
Pada bidang kesehatan capaian yang telah diperoleh sampai dengan tahun 2010, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Khusus terkait dengan cakupan pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin adalah sebesar 82,16%, lebih besar dari cakupan layanan Askeskin yang sebesar 80,24 %. Artinya, sekitar 1,92% masyarakat yang tidak tertampung dalam program Askeskin tetap dilayani oleh rumah sakit dan puskesmas di Tebing Tinggi. Sebesar 97,14 % bayi yang telah mendapatkan imunisasi. Kemudian balita gizi buruk yang mendapat perawatan, penanganan TBC dan DBD sebesar 100%.
Tabel : 2.28
Capaian Indikator Bidang Kesehatan sampai dengan tahun 2010
No. Indikator Capaian
1. Rasio posyandu per satuan balita 1: 111,53
2. Rasio puskesmas per satuan penduduk 1: 15.673
3. Rasio pustu per satuan penduduk 1:10.076
4. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 1:28.212
5. Rasio dokter per 100.000 penduduk 1:68
6. Rasio tenaga medis per 100.000 penduduk 1:274
7. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 100%
8. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan 100%
9. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization
(UCI) 97,14%
10. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100% 11. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC BTA
100% 12. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
DBD
100% 13. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin 82,16%
14. Cakupan kunjungan bayi 90,57%
15. Rasio puskesmas/jumlah penduduk 1:15.673
16. Rasio pembantu puskesmas/jumlah penduduk 1:10.076
(24)
Capaian Indikator utama bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kelangsungan hidup bayi atau Angka Kematian Bayi (AKB) dilihat dari data kematian/1.000 kelahiran hidup. Untuk Tebing Tinggi AKB pada tahun 2010 adalah sebesar 6,37/1.000 kelahiran hidup atau 0,637 %, lebih tinggi sedikit dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 6,34/1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dari AKB Provinsi Sumatera Utara yaitu 25,6/1.000 kelahiran hidup atau 2,56%.
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian balita tercatat 48 kasus atau 15.20/1.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 dengan 44 kasus atau 14.01/1.000 kelahiran hidup.
c. Angka Kematian Ibu Melahirkan
Pada tahun 2009 dilaporkan 4 kasus kematian ibu melahirkan atau 127.7/100.000 kelahiran hidup, lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 dengan 5 kasus atau 159.24/100.000 kelahiran hidup).
d. Usia Harapan Hidup (Life Expectancy)
Angka Harapan Hidup digunakan untuk menilai tingkat kesehatan penduduk yang dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Kebijaksanaan peningkatan kesehatan antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membiasakan diri menuju hidup sehat, diperkirakan sangat membantu memperpanjang harapan hidup penduduk. Kemudian meningkatkan taraf sosial ekonomi masyarakat memungkinkan penduduk untuk memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik sehingga memperpanjang usia. Sejalan dengan Angka Harapan Hidup pada tahun 2006 sebesar 70,3 dan tahun 2009 menjadi 71,2. Meningkatnya angka harapan hidup ini karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan makin meningkatnya kondisi sosial ekonomi, yang sangat memungkinkan memberikan jalan bagi perbaikan gizi serta kesehatan di lingkungan masyarakat itu sendiri maka angka harapan hidup naik.
Bila dilihat Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 2009 di masing-masing Kota di Propinsi Sumatera Utara, dimana Kota Tebing Tinggi menduduki urutan ke-4 (71,2) setelah Kota Binjai.
(25)
Tabel : 2.29
Angka Harapan Hidup di masing masing Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009
Kota Angka Harapan Hidup
2009
(1) (2)
1. Sibolga 70,1
2. Tanjung Balai 70,0
3. Pematangsiantar 72,0
4. Tebing Tinggi 71,2
5. M e d a n 71,7
6. B i n j a i 71,6
7. Padangsidimpuan 69,4
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara.
3.1.3. Bidang Kependudukan dan Tenaga Kerja a. Persentase penduduk miskin
Jumlah penduduk miskin di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2009 adalah sebanyak 20.808 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah penduduk yang memperoleh Jamkesmas dan jamkesda di Tebing Tinggi. Artinya, tingkat kemiskinan penduduk di Tebing Tinggi pada tahun 2009 adalah 14,58%. Dengan tingginya angka kemiskinan tersebut, maka Pemerintah Kota harus memfokuskan program pembangunannya untuk menangani masalah kemiskinan ini.
b. Kesempatan kerja (Rasio penduduk yang bekerja)
Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dapat menggambarkan partisipasi penduduk usia 15 tahun keatas ke dalam pasar tenaga kerja. Semakin tinggi TPAK berarti semakin besar keterlibatan mereka. Atau dengan kata lain semakin produktif penduduk Tebing Tinggi dan lebih jauh dapat menggerakkan perekonomian daerah. Menurut Data BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2010 dengan jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi sebanyak 145.248 orang dapat dikelompokkan kepada jumlah angkatan kerja (labour force) terdiri dari : bekerja (working) , mencari pekerjaan (Seeking Job), dan Bukan Angkatan Kerja yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
(26)
Tabel : 2.30
Penduduk Kota Tebing Tinggi berumur 15 tahun keatas yang bekerja, mencari pekerjaan, dan bukan angkatan kerja menurut jenis kelamin
Tahun 2010 No. Jenis Kegiatan
(Type of Activity) Laki-Laki(Male) Perempuan(Female) Jumlah(Total) 1 Angkatan Kerja (Labour
Force)
46.464 27.210 73.824
Bekerja (Working) 42.524 23.227 65.751
Mencari Pekerjaan (Seeking Job)
2.024 2.328 4.325
2 Bukan Angkatan Kerja ( Non Labour force)
25.428 46.176 71.424
Jumlah (Total) 71.892 73.356 145.248
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2010
3.1.4. Pekerjaan Umum
a. Jaringan jalan dalam kondisi baik
Berikut adalah tabel yang menunjukkan panjang jalan di Kota Tebing Tinggi menurut kondisi dan status yang diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
Tabel : 2.31
Panjang jalan di Kota Tebing Tinggi menurut Kondisi dan Status, 2009 ( Km )
No. Keadaan Negara Provinsi Kota Jumlah
1. Baik 16,32 1,00 195,64 212,96
2. Sedang 2,88 1,00 21,21 25,09
3. Rusak 0,00 2,50 18,86 21,36
Total 19,02 4,50 235,72 259,42
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi, 2009
Dari tabel di atas diketahui bahwa panjang jalan kota di Kota Tebing Tinggi dengan kondisi baik sepanjang 195,64 Km, untuk kondisi sedang sepanjang 21,21 Km dan untuk kondisi dan status jalan rusak sepanjang 18,86 Km. Jadi total panjang jalan kota di Kota Tebing Tinggi untuk tahun 2009 sepanjang 235,72 Km.
b. Panjang jalan dilalui Roda 4
Pada dasarnya, jalan yang dilalui kendaraan roda 4 yaitu total panjang jalan di Kota Tebing Tinggi baik dalam kondisi baik, sedang dan rusak menurut kondisi dan status Jalan. Dari tabel Panjang Jalan di Kota Tebing Tinggi menurut
(27)
Kondisi dan Status di atas diperoleh bahwa panjang jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 yaitu sepanjang 259,42 km.
c. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tabel : 2.32
Persentase Rumah Tangga di kota Tebing Tinggi Menurut Sumber Air Minum Tahun 2009
No. Sumber Air 2009
1. Ledeng / Air dalam kemasan 24,49
2. Pompa 59,39
3. Sumur Terlindung 13,98
4. Sumur Tak Terlindung 1,48
5. Mata Air Terlindung 0,16
6. Mata Air Tak Terlindung 0,33
7. Air Sungai 0,16
8. Air Hujan 0,00
Sumber : Susenas, 2009
Dari data Persentase Rumah Tangga di Kota Tebing Tinggi menurut Sumber Air Minum di atas terlihat bahwa penduduk di Kota Tebing Tinggi masih dominan menggunakan sumber air pompa yaitu sebesar 59,39 %.
d. Rumah Tangga Pengguna Listrik
Fasilitas perumahan yang digunakan oleh rumah tangga adalah mencerminkan tingkat kesehatan dan lingkungannya. Dari data yang ada, dapat kita lihat bahwa di Kota tebing Tinggi masih ada rumah tangga yang menggunakan penerangan bukan listrik walaupun persentasenya sangat kecil yakni sekitar 1,32 % di tahun 2009.
Tabel : 2.33
Persentase Rumah Tangga di kota Tebing Tinggi
Menurut Sumber Penerangan Tahun 2009
Sumber Penerangan 2009
1. Listrik PLN 98,68
2. Aladin/Petromak 0,66
3. Pelita/Sentir/Obor 0,49
4. Lainnya 0,16
Sumber : Susenas, 2009
e. Rumah Tangga Bersanitasi
Tabel : 2.34
Persentase Rumah Tangga di Kota Tebing Tinggi
Menurut Kepemilikan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2009
No. Kepemilikan Kloset Tahun 2009
(28)
2. Bersama 11,36
3. Umum 1,15
4. Lainnya 3,13
Sumber : Susenas 2009
Menurut Susenas 2009, kepemilikan fasilitas tempat buang air besar terbanyak adalah sendiri, sebesar 84,36%. Kemudian yang bersama sebanyak 11,36 %, sementara yang umum dan lainnya ada 4,28 %. Dari data tersebut, hampir keseluruhan rumah tangga di Kota Tebing Tinggi telah memiliki fasilitas sendiri.
f. Lingkungan Pemukiman Kumuh
Tabel : 2.35
Persentase Kawasan Kumuh di Kota Tebing Tinggi Tahun 2009
No. Kecamatan Kelurahan WilayahLuas
(km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Jumlah Rumah Tangga (kk)
1. Padang Hulu 1. Bandarsono
2. Persiakan
1,40 0,90
5325 5589
956 1310 2. Tebing Tinggi Kota 1. Mandailing2.Bandar Utama 0,240,98 32105617 1368874
3. Rambutan 1.Sri Padang2.Tg. Marulak Hilir
0,61 0,65
4416 3615
1083 989
4. Bajenis 1. Bandar Sakti 0,78 5005 1191
Sumber : SK Walikota No. 460/036 Tahun 2010
Data di atas menunjukkan bahwa dari 5 kecamatan yang ada di Kota Tebing Tinggi hanya 1 Kecamatan yang tidak termasuk dalam Kawasan Kumuh yaitu Kecamatan Padang Hilir.
3.1.5. Perumahan
Luas lantai,jenis lantai, jenis dinding dan atap rumah dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena merupakan aspek yang dapat menggambarkan keadaan suatu tempat tinggal. Berikut adalah tabel yang menunjukkan persentase rumah tangga menurut luas lantai, jenis lantai, jenis dinding dan atap rumah di Kota Tebing Tinggi berdasarkan data Susenas tahun 2009.
(29)
Persentase Rumah Tangga menurut luas lantai di Kota Tebing Tinggi Tahun 2009
No Luas Lantai (m2) Tahun 2009
1 < 20 1,15
2 20 – 49 23,20
3 50 – 99 53,46
4 100 – 149 15,94
5 > 150 6,25
Sumber data : Susenas tahun 2009
Dari data diatas jumlah yang paling dominan adalah rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai antara 50 – 99 m2 yaitu sebesar 53,46 %. Sedangkan untuk luas lantai antara 100 – 149 m2 persentasenya sebesar 15,94 %.
Tabel : 2.37
Persentase Rumah Tangga menurut jenis lantai di Kota Tebing Tinggi Tahun 2009
No Jenis Lantai Tahun 2009
1 Bukan Tanah 98,52
2 Tanah 1,48
Sumber data : Susenas tahun 2009
Dari data diatas persentase rumah penduduk yang memiliki lantai bukan tanah sudah lebih tinggi dari data rumah penduduk yang menggunakan lantai tanah yaitu sebesar 98,52 %
Tabel : 2.38
Persentase Rumah Tangga menurut jenis dinding rumah di Kota Tebing Tinggi Tahun 2009
No Jenis Dinding Tahun 2009
1 Tembok 68,74
2 Bukan Tembok 31,26
Sumber data : Susenas tahun 2009
Dari data diatas persentase rumah penduduk yang menggunakan tembok lebih tinggi dari rumah yang tidak menggunakan tembok yaitu sebesar 68,74 %.
(30)
Persentase Rumah Tangga menurut jenis Atap rumah di Kota Tebing Tinggi Tahun 2009
No Jenis Atap Tahun 2009 (%)
1 Beton 3,79
2 Genteng 0,33
3 Sirap 0,16
4 Seng 92,10
5 Asbes 1,32
6 Ijuk/ daun 2,30
Sumber data : Susenas tahun 2009
Dari data diatas persentase rumah penduduk yang paling banyak menggunakan atap seng yaitu sebesar 92,10 %.
3.1.6 Penataan Ruang
Hal – hal / kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Pemanfaatan ruang yaitu Survei, Pendataan dan Pemetaan Kota Tebing Tinggi yang menghasilkan survei dan pemetaan Kota Tebing Tinggi.
3.1.7 Perhubungan
a. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Tabel di bawah ini menunjukkan persentase uji KIR Angkutan Umum di Kota Tebing Tinggi tahun 2008 dan 2009. Dari data tersebut sepeda motor memiliki jumlah terbesar di tahun 2009 yaitu 64.485.
Tabel : 2.40
Uji KIR Kendaraan Umum di Kota Tebing Tinggi Tahun 2008 dan 2009
Tahun PenumpangMobil Bus Mobil Truk SepedaMotor Jumlah
2008 3790 50 2944 44999 51783
2009 3615 397 3901 64485 72398
Sumber data : Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi, 2011
b. Kepemilikan KIR Angkutan Umum
Tabel : 2.41
Kepemilikan KIR Angkutan Umum di Kota Tebing Tinggi Tahun 2009
IKK Rumus Capaian Kinerja Keterangan
1. Jumlah angkutan umum yang
tidak memiliki KIR = 0 unit 3600 100% 0
x unit unit
0 %
Balai Pengujian Kendaraan Bermotor ( PKB ) 2. Jumlah angkutan umum =
3600 unit - -
(31)
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) belum dibangun dan wadah untuk pengujian tersebut belum ada sehingga capaian kinerja masih 0 % dan telah diusulkan untuk pembangunan balai tersebut di tahun 2012.
c. Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum ( KIR )
Pengujian kelayakan angkutan umum berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi tahun 2009 memiliki lama pengujian 1 jam.
Tabel : 2.42
Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum ( KIR )
IKK Rumus Capaian Kinerja Keterangan
Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum ( KIR )
Jangka waktu proses pengujian angkutan umum
1 jam PKB
Sumber data : Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi, 2010
d. Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum
Data Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi di bawah ini menunjukkan bahwa biaya pengujian kelayakan angkutan umum dengan tarif Rp. 11.500,- untuk yang berdomisili di Tebing Tinggi dan Rp. 21.500,- untuk diluar Kota Tebing Tinggi.
Tabel : 2.43
Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum
IKK Rumus Capaian Kinerja Keterangan
Biaya Pengujian Kelayakan
Angkutan Umum
-1. Rp. 1-1.500,- untuk alamat domisili Tebing Tinggi
2. Rp. 21.500,- untuk alamat luar Tebing Tinggi ( numpang uji )
PKB
Sumber data : Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi, 2010
e. Rasio Ijin Trayek
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi tahun 2009 angkutan kota yang beroperasi sebanyak 289 unit yang melayani 11 ( sebelas ) jaringan trayek. Sedangkan becak bermotor pengangkut orang ( BBPO ) sebanyak 1274 unit.
f. Pemasangan Rambu- Rambu
Pemasangan rambu-rambu lalu lintas untuk tahun 2009 sebanyak 8 unit dan lokasinya berada di POLRES Tebing Tinggi dan Simpang Jl. Dr. Sutomo ( Simpang Semangat ). Di tahun 2010, pemasangan rambu-rambu lalu lintas sebanyak 3 unit yang berlokasi di Simpang Beo.
(32)
3.1.8. Lingkungan Hidup a. Penanganan Sampah
Data yang didapat dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi tahun 2009 bahwa persentase volume sampah yang telah ditangani adalah sebesar 62,63 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah berupaya menangani masalah sampah walaupun belum optimal.
b. Tempat Pembuangan Sampah ( TPS ) Per Satuan Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2008 sebanyak 141.059 jiwa. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi jumlah TPS yang ada di Kota Tebing Tinggi sebanyak 124 buah yang tersebar di 5 Kecamatan.
3.1.9. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Rata – rata jumlah anak per keluarga di Tebing Tinggi adalah 2 anak. Jumlah pasangan akseptor KB baru tahun 2009 sebanyak 4.053 pasangan dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 72,08 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikutnya.
Tabel : 2.44
Capaian Indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
No Uraian 2009
1 Rata-rata jumlah anak per keluarga 2
2 Jumlah Akseptor Baru (pasangan) 4.053
3 Cakupan peserta KB aktif (% dari jlh PUS) 17.954 pasangan (72,08 %) Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi, 2010
3.1.10. Sosial
Berikut ini merupakan stakeholders yang terkait dengan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Tebing Tinggi. Dari data terlihat bahwa ada 1 (satu) Panti Sosial yang menangani PMKS di Tebing Tinggi dan terdapat 49 orang relawan sosial. Selain itu, terdapat lembaga lainnya yang terkait dalam penanganan PMKS. Keberadaan lembaga tersebut merupakan modal dasar dalam penanganan PMKS di Tebing Tinggi.
Tabel : 2.45
Lembaga dan Aktor yang Terlibat dalam Penanganan PMKS
Kota Tebing Tinggi
No. Sarana/Lembaga/Aktor Jumlah
1 Panti Sosial 1 Unit
2 Karang Taruna 220 Buah
3 Organisasi Masyarakat 120 Kelompok
4 Relawan Sosial 49 orang
5 Kelompok Usaha Bersama 22 Kelompok
Sumber: Dinas Sosial, TK, dan KB, 2010
(33)
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,baik jumlah maupun mutunya aman.
a. Ketersediaan Pangan
Kebutuhan beras penduduk Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 adalah sebesar 20.202 ton sedangkan produksi beras di Kota Tebing Tinggi sebesar 3.275 ton hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kota Tebing Tinggi sebesar 16,21 %. Artinya untuk memenuhi kebutuhan beras dapat dipenuhi dari daerah hinterland seperti Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan daerah sentra produksi lainnya. Ketersediaan beras di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 adalah sebesar 29.016 Ton.
b. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Program Aksi Gema Pangan pada Tahun 2010 dilaksanakan di Kelurahan Pinang Mancung Penanganan KK Miskin di Kelurahan Gema Pangan dilaksanakan melalui pembinaan Kelompok Afinitas. Tahun 2010 telah terbentuk kelompok Afinitas di Kelurahan Gema Pangan sebanyak 3 Kelompok dengan jumlah anggota 40 orang.Guna menanggulangi kerawanan pangan pada masyarakat miskin, pada Tahun 2010 Pemerintah Kota Tebing Tinggi menyalurkan Beras Miskin (Raskin) sebanyak 759.900 kg untuk 4.470 KK miskin. Pembagian Raskin tersebut diberikan untuk masing-masing 1 (satu) KK sebanyak 15 kg – 20 kg setiap bulan. Jumlah Raskin yang disalurkan kepada rumah tangga miskin berdasarkan data dari Bagian Administrasi Ekonomi dan Pembangunan Setdako Tebing Tinggi dilihat pada tabel berikut:
Tabel : 2.46
Pemberian Bantuan Beras Raskin di Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 No. Tahun Rumah Tangga Miskin Raskin yang disalurkan
( Kg )
1 2006 5.262 KK 10 Kg/KK
2 2007 5.248 KK 10 Kg/KK
3 2008 5.250 KK 10 Kg - 15 Kg/KK
4 2009 5.016 KK 15 Kg/KK
5 2010 4.470 KK 15 Kg – 20 Kg/KK
Sumber: Bagian Administrasi Ekonomi dan Pembangunan Setdako Tebing Tinggi
c. Konsumsi dan Mutu Pangan
Dalam rangka meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat Kota Tebing Tinggi sebagaimana Peraturan Presiden No. 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Peraturan Menteri Pertanian No. 43 tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam hal ini
(34)
Kantor Ketahanan Pangan Kota Tebing Tinggi bersama sama dengan Dinas Pertanian telah melakukan beberapa upaya sebagai berikut :
1. Melaksanakan sosialisasi pangan beragam, bergizi, seimbang bagi kelompok wanita di 5 kecamatan Kota Tebing Tinggi.
2. Melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) bagi kelompok dasawisma, melalui pemberian bantuan peralatan tepungnisasi
3. Melaksanakan pelatihan pengolahan aneka pangan beragam, bergizi seimbang kepada TPPKK Kota Tebing Tinggi.
d. Keamanan Pangan
Berdasarkan data di lapangan hampir semua sampel jenis jajanan anak sekolah yang favorit bagi anak-anak yang dijadikan sampel mengandung Mikrobiologi dan Bahan Tambahan Makanan (pewarna) yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak-anak. Untuk itu perlu adanya upaya koordinasi dengan semua pihak dalam upaya pembinaan dan pengawasan guna pencegahan penggunaan bahan-bahan berbahaya terhadap pangan khususnya pada jajanan anak sekolah.
Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain :
1. Uji laboratorium bekerja sama dengan Badan POM Provinsi Sumatera Utara
2. Sosialisasi dan pembinaan pangan segar yang aman di pasar-pasar tradisional.
3. Sosialisasi keamanan pangan pada kantin-kantin sekolah bagi Anak Sekolah Dasar.
e. Regulasi Ketahanan Pangan
Menyangkut regulasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Utara telah diterbitkan peraturan perundang-undangan yakni :
a. Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara (Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 Nomor 14 Seri G)
b. Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 25 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Gerakan Masyarakat Mandiri Pangan Dan Swasembada Pangan.
3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan 3.2.1. Urusan Pilihan Pertanian
a. Pertanian
a.1. Pangan Utama
Komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kota Tebing Tinggi meliputi padi sawah, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Komoditi tanaman bahan makanan yang masih relatif banyak di Kota Tebing Tinggi adalah sawah dan ubi kayu. Produksi padi sawah pada tahun 2010 sebanyak 6.950 ton atau turun 1,67 persen dari tahun 20009 yakni sebanyak 7.068 ton. Komoditi ubi kayu, mengalami penurunan. Pada tahun 2010 produksi ubi kayu di Kota Tebing Tinggi sebanyak 7.856 ton, turun 4,19
(35)
persen dari produksi tahun 2009 yang sebesar 8.200 ton. Sementara itu komoditi sayur-sayuran yang dipanen di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 antara lain tanaman sawi, kacang panjang, cabe, terong, ketimun, kangkung dan bayam. Produksi sayur-sayuran pada tahun 2010 seluruhnya mengalami peningkatan dari tahun 20009. Peningkatan terbesar terjadi pada komoditi kacang panjang. Pada umumnya produksi komoditi buah-buahan pada tahun 2010 mengalami peningkatan pada hampir seluruh jenis komoditi.
Tabel : 2.47
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi (Padi Sawah dan Padi Ladang) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan
Padi Sawah Padi Ladang
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Padang Hulu 280 1.652 5,9 -- --
--Tebing Tinggi
Kota -- -- -- -- --
--Rambutan 88 519,2 5,9 -- --
--Bajenis 810 4.779 5,9 -- --
--Padang Hilir -- -- -- -- --
--Tebing Tinggi 1.178 6.950,2 5,9 -- --
--Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.48
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung dan Kedelai menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan Luas Jagung Kedelai
Panen (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Padang Hulu 23 102,6 44,629 -- --
--Tebing Tinggi Kota
-- -- -- -- --
--Rambutan 5 22,31 44,62 -- --
--Bajenis 7 31,23 44,62 -- --
--Padang Hilir 14 62,46 44,62 -- --
--Tebing Tinggi 49 218,6 44,62 -- --
(36)
Tabel : 2.49
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah dan Kacang Hijau menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan
Kacang Tanah Kacang Hijau
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Padang Hulu 1 1,12 11,18 1 1,03
10,29-Tebing Tinggi
Kota 0 -- -- 0 --
--Rambutan 0 -- -- 1 1,03 10,29
Bajenis 1 1,12 11,18 0 --
--Padang Hilir 1 1,12 11,18 0 --
--Tebing Tinggi 3 3,36 11,18 2 2,06 10,29
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.50
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu dan Ubi Jalar menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan
Ubi Kayu Ubi Jalar
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (Kuintal/ha)
Padang Hulu 17 440,8 259,3 1 11,2 112,49
Tebing Tinggi
Kota 4 103,7 259,3 0 --
--Rambutan 8 207,4 259,3 0 --
--Bajenis 19 492,7 254,3 3 33,7 112,49
Padang Hilir 255 6.612,2 254,3 3 33,7 112,49
Tebing Tinggi 273 7.856,8 259,3 7 78,6 112,49
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.51
Luas Panen, Tanaman Sayuran (Ha) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan (1)
Bawang Merah
Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai Lainnya
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Padang Hulu 0 0 0 0 0 3 40
Tebing Tinggi Kota
0 0 0 0 0 0 8
Rambutan 0 0 0 0 0 10 38
Bajenis 0 2 0 0 0 5 48
Padang Hilir 0 0 0 0 0 0 23
Tebing Tinggi 0 2 0 0 0 28 157
(37)
Tabel : 2.52
Produksi Tanaman Sayuran (Kw) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan (1)
Bawang
Merah Cabe Kentang Kubis Wortel Petsai Lainnya
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Padang Hulu 0 -- 0 0 0 242,18 2.464,21
Tebing Tinggi Kota
0 -- 0 0 0 0 199,68
Rambutan 0 -- 0 0 0 2.420,18 1.776,51
Bajenis 0 90,8 0 0 0 1.210,8 1.777,25
Padang Hilir 0 -- 0 0 0 0 1.143,88
Tebing Tinggi 0 90,8 0 0 0 3.873,2 7.361,59
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.53
Produksi Buah-buahan (ton) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan Mangga Durian Jeruk Pisang Pepaya Nanas Lainnya
Padang Hulu 20 -- -- 50 10 -- 30
Tebing Tinggi Kota
-- -- -- 11,5 20 -- 9
Rambutan 2 -- -- 57,5 -- 2,2 362
Bajenis 130 -- 5 79 61 10 1.126
Padang Hilir -- -- 2 245 129 71 104
Tebing Tinggi 152 -- 7 443 220 83,2 1.631
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.54
Produksi Buah-buahan (ton) menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi
Kecamatan Karet Kelapa Kelapa
Sawit
Kopi Lada Kakao Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Padang Hulu -- -- -- -- -- --
--Tebing Tinggi
Kota -- -- -- -- -- 4
--Rambutan 1 5 16 -- -- 11
--Bajenis -- -- -- -- -- --
--Padang Hilir -- -- 28 -- -- 4
--Tebing Tinggi 1 5 44 -- -- 19
(38)
b. Peternakan
Secara keseluruhan populasi ternak di Kota Tebing Tinggi tahun 2010 lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Populasi ternak pada tahun 2010 terdiri dari : sapi sebanyak 609 ekor, kambing 6.463 ekor, domba 1.013 ekor dan babi 1.388 ekor. Pada tahun 2010, produksi daging sapi sebanyak 138.780 kg, daging kambing 5.352 kg, daging domba 4.080 kg dan daging babi 109.740 kg. sementara itu populasi ayam bertambah dari 222.807 ekor menjadi 233.926 ekor dan populasi itik bertambah dari 10.443 ekor menjadi 10.966 ekor. Produksi telur tahun 2010 secara keseluruhan sebanyak 391.810 butir atau naik sekitar 1,79 persen dari produksi telur tahun 2009 sebanyak 384.925 butir.
Tabel : 2.55
Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kota Tebing Tinggi
(000 ekor) 2010
Kecamatan Sapi
Perah
Sapi Potong
Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Padang Hulu Tebing Tinggi Kota
Rambutan Bajenis Padang Hilir
0 0 0 0 0
136 0 183 143 147
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1.765 0 2.125 1.368 1.178
267 0 308 239 199
517 0 132 411 328
Tebing Tinggi 0 609 0 0 6.463 1.013 1.388
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel : 2.56
Populasi Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas di Kota Tebing Tinggi
(000 ekor) 2010
Kecamatan Ayam
Kampung Ayam Petelor Ayam Pedaging Itik
(1) (2) (3) (4) (5)
Padang Hulu Tebing Tinggi Kota
Rambutan Bajenis Padang Hilir
14.292 802 17.183 17.115 18.004
0 0 0 0 0
38.180 0 46.149 45.075 37.126
2.663 418 2.842 2.579 2.464
Tebing Tinggi 67.396 0 166.530 10.966
(39)
Tabel : 2.57
Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kota Tebing Tinggi
(000 ekor) 2010
Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Padang Hulu Tebing Tinggi Kota Rambutan Bajenis Padang Hilir 136 0 183 143 147 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.765 0 2.152 1.368 1.178 267 0 308 239 199 517 0 132 411 328
Tebing Tinggi 609 0 0 6.463 1.013 1.388
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011.
Tabel : 2.58
Produksi Daging Ternak Besar dan Kecil menurut Jenis Ternak 2005 - 2010 (kg)
Tahun Sapi Kerbau Kambing Domba Babi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 32.123 58.601 65.240 46.125 57.988 138.780 48.123 12.629 14.325 18.092 17.903 7.560 7.126 8.584 9.542 6.450 6.026 5.352 4.854 3.648 3.875 4.499 1.732 4.080 85.720 80.320 81.483 86.861 74.724 109.740 Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.59
Produksi Daging Unggas di Kota Tebing Tinggi menurut Jenis Unggas
2005 - 2010 (kg)
Tahun Ayam Ras Kambing Domba
Pedaging Petelur 2005 2006 2007 2008 2009 2010 213 193 365.850 407.500 694.416 690.852 33.719 337.733 115.623 -25.133 17.718 10.125 9.370 2.832 2.868 2.218 1.892 34.857 3.322 1.044 1.096
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
Tabel : 2.60
Produksi Telur di Kota Tebing Tinggi
(40)
Tahun Ayam Petelur Ayam Buras Itik/Itik Manila
(1) (2) (3) (4)
2005 2006 2007 2008 2009 2010
96.235 106.859 115.623
-20.450 15.778 10.125 11.200 332.710 336.980
65.240 34.553 34.857 35.100 52.215 54.830
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
3.2.2. Urusan Pilihan Perdagangan
Pada tahun 2010, terdapat 1.684 perusahaan di Kota Tebing Tinggi. Jumlah perusahaan tersebut didominasi oleh perusahaan perorangan sebesar 1.161 perusahaan yakni 68,94 persen diikuti oleh CV/Firma sebesar 372 perusahaan atau 22,04 persen dan PT sebesar 125 perusahaan atau 7,42 persen.Sementara itu di tahun 2010 terdapat 1.506 pedagang yang tersebar di Kota Tebing Tinggi yang terdiri dari 1.334 pedagang kecil, 168 pedagang menengah dan 4 pedagang besar. Jumlah pedagang terbanyak terdapat di Kecamatan Tebing Tinggi Kota yakni sebanyak 702 pedagang kecil dan 96 pedagang menengah.
Koperasi
Di tahun 2010, terdapat 208 koperasi yang berada di Kota Tebing Tinggi. Tebing Tinggi Kota adalah Kecamatan dengan jumlah koperasi terbanyak di Kota Tebing Tinggi yakni sebanyak 78 unit, diikuti oleh Kecamatan Rambutan sebanyak 46 unit, dan Kecamatan Bajenis dengan 35 unit. Jumlah Koperasi yang berada di Kota Tebing Tinggi ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2010 tercatat sebanyak 208 unit, di tahun 2009 sebanyak 200 unit dan di tahun 2008 sebanyak 193 unit.
Berdasarkan banyaknya simpanan koperasi menurut Kecamatan di Kota Tebing Tinggi, Tebing Tinggi Kota adalah Kecamatan dengan simpanan terbanyak yakni sebesar Rp. 35.667.000,00 disusul oleh Kecamataan Padang Hilir yakni sebesar Rp. 15.120.000,00 dan Kecamatan Rambutan Rp. 4.921.000,00
Tabel : 2.61
Banyaknya Perusahaan di Kota Tebing Tinggi nemurut Bentuk Badan Hukum
Badan Hukum 2010
PT 125
CV/Firma 372
Koperasi 23
Perorangan 1.161
Lainnya 3
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
(41)
Banyaknya Pedagang di Kota Tebing Tinggi nemurut Kecamatan
Kecamatan Pedagang Besar Pedagang Menengah Pedagang Kecil
Padang Hulu 1 14 114
Tebing Tinggi Kota -- 96 702
Rambutan 1 22 189
Bajenis -- 19 191
Padang Hilir 2 18 138
Tebing Tinggi 4 168 1.334
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011
4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah dilihat capaian indikator kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia
4.1. Fokus Sumber Daya Manusia
Analisis kinerja atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator rasio ketergantungan dan rasio lulusan S1/S2/S3.
a. Kualitas tenaga kerja (rasio lulusan S1/S2/S3)
Tabel : 2.63
Banyaknya Pedagang di Kota Tebing Tinggi nemurut Kecamatan Tingkat Pendidikan
Yang Ditamatkan
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
SD 50 8 58
SLTP 45 4 49
SLTA 442 415 857
Diploma 238 829 1.067
S1 637 1.015 1.652
S2 43 15 58
S3 -- --
Sumber Data : BPS Kota Tebing Tinggi dalam Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011 Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Tebing Tinggi terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Dearah dapat dilihat pada tabel rangkuman berikut ini :
(42)
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD
Visi Kota Tebing Tinggi yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 adalah Mewujudkan Masyarakat Kota Tebing Tinggi Yang Beriman, Bertaqwa, Maju, Sejahtera, Mandiri, Berkeadilan Dalam Kebhinekaan.
Penjelasan :
1. Sebagai Kota beriman yang ingin diwujudkan adalah Kota yang didukung oleh potensi, karakteristik, peluang, tantangan, sikap dan pandangan hidup bersama, modal dasar pembangunan kota pada 5 tahun yang akan datang, dan tujuan pokok pembangunan kota yang ingin diwujudkan, serta kemutlakkan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,
2. Sebagai Kota BerTaqwa yang ingin diwujudkan adalah Kota yang didukung : a. Terwujudnya kerukunan antar dan intern umat beragama, dalam sub visi
ini mencerminkan adanya keinginan untuk senantiasa menjaga agar dalam wilayah Kota Tebing Tinggi tercipta kerukunan sesama antar pemeluk agama yang sama dan sesama antar pemeluk agama yang berbeda, sehingga hubungan harmonis semua masyarakat dapat terwujud.;
b. Terpenuhinya hak-hak dasar dalam menjalankan ajaran agama, merupakan keinginan agar masyarakat menghormati umat pemeluk agama/kepercayaan berbeda untuk menjalankan aktivitas/ mengamalkan ajaran agama/kepercayaannya, sehingga tidak ada konflik antar/inter agama mengenai pendirian rumah ibadah, perayaan hari besar agama maupun aktivitas rutin agama lainnya.
c. Terwujudnya kehidupan beragama yang mampu menjadi katalisator pembangunan
3. Sebagai Kota Maju yang ingin diwujudkan adalah Kota diarahkan menjadi pusat perdagangan secara regional, kawasan transit lalu lintas orang dan barang dari dan menuju kota Medan serta didukung oleh munculnya kota-kota baru, pasar-pasar dengan produk khusus dan lain-lain dengan tetap menyelaraskan tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat perdagangan tradisional. Sebagai Kota perdagangan, ekonomi Kota Tebing Tinggi memiliki peran penting untuk memperluas pasar produk yang dihasilkan, untuk mendukung perekonomian Kota Tebing Tinggi yang semakin terbuka.
Berbagai indikasi lainnya, dari kemajuan pembangunan kota pada masa yang akan datang adalah penduduk yang berkualitas, dan tumbuh seimbang, kualitas pelayanan umum (public service) yang prima, kelembagaan Pemerintah Kota dan masyarakat yang mapan, perilaku kreatif, inovatif yang menonjol, produktivitas masyarakat yang tinggi, dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong berkembangnya wilayah regional, serta kemampuan yang semakin tinggi untuk membiayai pembangunan kota. Di samping kemajuan secara ekonomi, kemajuan Kota Tebing Tinggi dalam 5 tahun yang akan datang, juga ditandai oleh kemajuan di bidang pembangunan
(1)
pengalihan pengelolaan
lahan
ahanBagian Adm.Hukum dan Organisasi Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
Meningkatnya peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan teori dan peraturan
100
%
100%
100%
Bag.Adm.Hukum& OrganisasiTersedianya draft peraturan daerah dan peraturan walikota
100% 100% 100% Bag.Adm.Hukum& Organisasi
Meningkatnya pemahaman masyarakat akan
peraturan/UU 100% 100% 100%
Bag.Adm.Hukum & Organisasi Bagian
Adm.Kesejahteraan Rakyat
Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Terlaksananya peningkatan pengetahuan dan
pengembangan wawasan kebangsaan
100% - 100% 100% Bag.Adm.Kesra
Bagian Adm.Ekonomi Pembangunan Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
Meningkatnya pengelolaan keuangan daerah untuk
(2)
Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan
Terlaksananya pengendalian pendistribusian bahan sembako dan bahan strategis lainnya
100% 100% 100% Bag.Adm.Ekbang
Terlaksananya monitoring dan evaluasi serta pelaporan
program secretariat 100% 100% 100% Bag.Adm.Ekbang
Terlaksananya system pengadaan secara elektronik
(LPSE) 50% - 25% Bag.Adm.Ekbang
Sekretariat DPRD Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
Terselenggaranya
penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
100% 100% 100% Sekretariat DPRD
Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
Peningkatan kapasitas kerja
dewan 100% 100% 100% Sekretariat DPRD
Inspektorat
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
Meningkatnya akuntabilitas
penyelenggaraan daerah 100% 100% Inspektorat
(3)
Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan
pengawasan yang semakin baik
Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
Meningkatnya
profesionalisme SDM Tenaga Pemeriksa dan aparatur pengawasan dalam Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
100% 100% 100% Inspektorat
Kecamatan Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Meningkatkan budaya sadar
hukum di masyarakat KecamatanRambutan
Program Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Penyusunan Profil kelurahan
dan kecamatan 75% 60% 70% KecamatanRambutan
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Meningkatkan budaya sadar
hukum di masyarakat 100% 100% 100%
Kecamatan Padang Hilir Program Optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi
Penyusunan Profil kelurahan
dan kecamatan 75% 60% 70% Padang HilirKecamatan
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan
Meningkatkan budaya sadar hukum di masyarakat
100% 100% 100% Kecamatan
(4)
Masyarakat
Program Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Penyusunan Profil kelurahan
dan kecamatan 75% 60% 70% Padang HuluKecamatan
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Meningkatkan budaya sadar
hukum di masyarakat 100% - 100% 100%
Kecamatan Tebing Tinggi Kota Program Optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi
Penyusunan Profil kelurahan
dan kecamatan 75% 60% 70% Kecamatan TebingTinggi Kota
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Meningkatkan budaya sadar hukum di masyarakat
100% - 100% 100% KecamatanBajenis
Program Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Penyusunan Profil kelurahan
dan kecamatan 75% 60% 70% KecamatanBajenis
Pendapatan
Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
Meningkatnya penerimaan sumber-sumber pendapatan
daerah 96% 133.400.000 96% 96% Dinas Pendapatan
Kepegawaian
(5)
Kapasitas Sumber daya Aparatur
kompetensi
aparatur dengan kompetensi jabatan
Mengembangkan dan menerapkan pola pembinaan karir berdasarkan system merit kompetensi dan prestasi kerja
1 kegiatan - - 1 kegiatan BKPP
Pelayanan dan Perizinan
Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur
Terciptanya pelayanan yang unggul
- - - - KP2T
Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
Terselenggaranya system administrasi pelayanan perizinan dan mekanisme satu pintu
- - - - KP2T
Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat
Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan perijinan - - - - KP2T
Kearsipan
Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah
Terlaksananya pengolahan
dan penataan arsip 100% 120.500.000 100% 100%
Kantor Perpustakaan, Arsip dan
(6)
Terpeliharanya arsip-arsip in
aktiv 100% - -
-Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Tersedianya system
pengolahan dan penataan administrasi kearsipan
100% - -
-Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Terlaksananya orientasi
teknis kearsipan 1 Keg - -
-Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi Tersedianya gedung arsip
yang memadai
- - -
-Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi
Tersedianya saran dan
prasarana kearsipan 100 % - -
-Kantor Perpustakaan, Arsip dan