Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

60 Selain penggunaan unsur tersebut, sumber lain terletak pada diri sendiri berupa keterampilan dan keahlian atau kemampuan bekerja yang selalu dapat ditingkatkan. Demikian juga faktor sikap terhadap pekerjaan yang selalu dapat diperbaiki agar menjadi tenaga kerja yang produktif. Dalam kedudukan atau posisi masing-masing yang berbeda didalam suatu organisasi kerja, ternyata produktivitas kerja tidak sekedar tergantung pada pegawai yang bertugas secara operasional dalam upaya mengahasilkan sesuatu. Peran tersebut juga ditentukan oleh pimpinan sebagai pihak yang berwenang menetapkan kebijakan termasuk juga dalam mendorong dan membantu pegawai agar meningkatkan produktivitas kerja melalui langkah berikutnya Sedarmayanti, 2004:152-154.

II.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

a. Motivasi kerja Produktivitas kerja seseorang dipengaruhi oleh adanya motivasi kerja. Konsep motivasi kerja yang diterapkan dalam sebuah perusahaan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis tugas, tingkat persaingan, struktur dan kepemimpinan sebuiah perusahaan. Setiap manusia mempunyai lingkungan hidup dan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam sebuah perusahaan juga seseorang berjumpa dengan rekan kerjanya dengan harapan yang berbeda prioritasnya. Apabila harapan itu terpenuhi, maka mereka akan mendapatkan kepuasan sebaliknya perusahaan tempat mereka bekerja mempunyai tujuan tertentu yang mungkin berbeda dari tujuan karyawan perusahaan. 61 Motivasi didefenisikan sebagai kondisi mental yang mendorong aktivitas dan member energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Tidak akan ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan tersebut. Dan motivasi yang tumbuh akan merupakan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan pencapaian keseimbangan. Produktivitas dapat dicapai dengan mulai menumbuhkan dorongan atau motivasi supaya sukses dalam melakukan pekerjaan berdasarkan kesadaran. Apabila motivasi telah dimiliki maka diharapkan akan berkembang perasaan bertangggung jawab terhadap pekerjaannya kemudian menumbuhkan kesediaan ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan organisasi kerja melalui pelaksanaan tugas secara maksimal. Motivasi akan memperngaruhi kepada komitmen karyawan dalam bekerja. Robert Walton, penulis Amerika yang menyoroti tentang pentingnya komitmen menyatakan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat apabila organisasi meninggalkan model pengendalian tradisional dalam memanajemen karyawan. Pendekatan tersebut sebaiknya diganti dengan strategi komitmen. Ia menyarankan bahwa karyawan akan memnerikan respon terbaik dan menjadi sangat kreatif apabila diberi tanggungh jawab yang lebih luas, dorongan untuk berkontribusi serta bantuan untuk mencapai kepuasan kerja. Orang yang tidak akan bekerja secara mandiri dengan penuh semangat apabila pengawasan karyawan terlalu ketat oleh manajemen, serta ditempatkan dalam pekerjaan yang lingkupnya sempit, diperlakukan sebagai orang yang tidak bermanfaat. 62 Komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan yang terdiri dari penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan, keinginan untuk tetap berada dalam organisasi serta kesediaan bekerja keras atas nama organisasi. Komitmen karyawan dapat ditingkatkan dengan melibatkan karyawan untuk mendiskusikan tujuan, nilai-nilai organisasi dan harapan bersama sehingga mereka akan merasa memiliki organisasi dan melaksanakan tujuan tersebut. Sealain itu, perlu membangun kepercayaan dari karyawan. Hal ini dapat dibangun dengan memperlakukan karyawan tidak sebatas sebatas faktor produksi tetapi sebagai asset utama perusahaan dan menghargai karyawan Sunarto, 2005:25-27 b. Desain Kerja Desain kerja adalah spesifikasi isi, metode dan hubungan berbagai pekerjaan untuk memenuhi tuntutan bisnis dan kebutuhan pribadi pemegang pekerjaan secara individu maupun tim. Desain pekerjaan bertujuan mengoptimalkan: − efisiensi operasional, produktivitas dan kualitas pelayanan. − Fleksibilitas dan kemampuan melaksanakan proses kerja horizontal secara hirearkis dan terpisah-pisah. − Minat, tantangan dan prestasi − Tangggung jawab tim yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga bias meningkatkan kerja sama dan efektivitas tim. − Integrasi kebutuhan individu karyawan dengan kebutuhan organisasiSunarto, 2005:99. 63 Desain pekerjaan harus menyesuaikan dengan bakat dan kemampuan individu karyawan agar tujuan organisasi tercapai. Selain itu perlu menyesuaikan pekerjaan dengan karyawan sehingga akan meningkatkan kinerja dan fleksibilitas. Jika pekerjaan dibangun berdasarkan keterampilan dan bakat yang dikuasai karyawan maka karyawan dapat lebih mudah untuk dikembangkan untuk menjalankan peran-peran baru. Crania, mereka diminta menggunakan keterampilan dan kemampuan yang sudah dikuasai pada situasi yang berlainan sehingga mereka tidak harus mempelajari pekerjaan baru dari awal. c. Semangat kerja Semangat kerja adalah istilah yang menjelaskan perasaan dan sikap sekelompok karyawan terhadap organisasi dan pekerjaan. Semangat kerja kadangkala diartikan sebagai semangat kelompok yaitu perasaan yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok mengenai situasi yang dihadapinya. Perasaan bersama apa yang harus dilakukan dalam hal-hal yang umumnya diyakini sebagai sesuatu yang layak dan sebaiknya didukung oleh usaha bersama. Apabila semangat kerja tinggi maka komitmen, antusiasme, kerja satu tim akan menjadi tinggi, minat dan dedikasi terhadap tugas serta kesediaan berdiskusi dan memecahkan permasalahan secara terbuka tanpa melibatkan emosi yang tidak sepantasnya. Apabila semangat kerja rendah, karyawan menjadi tidak kooperatif, cenderung berargumen secara negative dan mudah berkonflik baik diantara mereka sendiri maupun dalam manajemen. Untuk meningkatkan semangat juang dibutuhkan identifikasi terhadap penyebab masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi dengan karyawan Sunarto, 2005:28. 64 d. Disiplin kerja Disiplin kerja merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menciptakan keteraturan dalam perusahaan yang ingin bekerja dalam suasana tertib dan teratur. Jika suatu perusahaan yang tidak ditopang oleh tegaknya disiplin, maka akan terlihat gejala tingkat kemangkiran tinggi, produktivitas menurun, tujuan perusahaan yang telah ditetapkan tidak akan dapat dicapai dan sebagainya Saydam, 2000:452 e. Hubungan kerja yang harmonis Hubungan kerja yang harmonis yaitu hubungan kerja antar karyawan memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis antar karyawan, sehingga mereka dapat merasa satu keluarga dalam melaksanakan pekerjaan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan kerja adalah komunikasi. Dimana komunikasi dapat memberikan informasi, mempengaruhi perilaku, memberi dukungan, serta menyamakan persepsi dan pengertian antar orang berkomunikasi. Hubungan kerja yang harmonis ini akan menghasilkan kedekatan serta kekompakan antar karyawan Saydam, 2000:450. 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah PT. PLN Persero Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara PLN yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara PGN yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. 66 Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara PLN. Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan Persero. III.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi: Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani. Misi: a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham. b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. III.1.3 Motto Perusahaan Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik Electricity for a Better Life 67 III.1.4 Pengembangan Organisasi Cakupan operasi PLN sangat luas meliputi seluruh wilayah Indonesia yang terdiri lebih dari 13.000 pulau. Dalam perkembangannya, PT PLN Persero telah mendirikan 6 Anak Perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan yaitu : • PT Indonesia Power; yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait, yang berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PJB I dan baru tanggal 1 September 2000 namanya berubah menjadi PT Indonesia Power. • PT Pembangkitan Jawa Bali PT PJB; bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lainyang terkait dan berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PJB II dantanggal 22 September 2000, namanya berubah menjadi PT PJB. • Pelayanan Listrik Nasional Batam PT PLN Batam; yang bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di Wilayah Pulau Batam, didirikan tanggal 3 Oktober 2000. • PT Indonesia Comnets Plus, yang bergerak dalam bidang usaha telekomunikasi didirikan tanggal 3 Oktober 2000. • PT Prima Layanan Nasional Enjiniring PT PLN Enjiniring, bergerak di bidang Konsultan Enjiniring, Rekayasa Enjiniring dan Supervisi Konstruksi, didirikan pada tanggal 3 Oktober 2002. • Pelayanan Listrik Nasional Tarakan PT PLN Tarakan, bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Tarakan. 68 • Geo Dipa Energi, perusahaan patungan PLN - PERTAMINA yang bergerak di bidang Pembangkit Tenaga Listrik terutama yang menggunakan energi Panas Bumi. Sebagai Perusahaan Perseroan Terbatas, maka Anak Perusahaan diharapkan dapat bergerak lebih leluasa dengan antara lain membentuk Perusahaan Joint Venture, menjual Saham dalam Bursa Efek, menerbitkan Obligasi dan kegiatan-kegiatan usaha lainnya. Di samping itu, untuk mengantisipasi Otonomi Daerah, PLN juga telah membentuk Unit Bisnis Strategis berdasarkan kewilayahan dengan kewenangan manajemen yang lebih luas. III.1.5 Nilai-Nilai Perusahaan Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar • Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat dan sesuai. • Penghargaan pada harkat dan martabat manusia Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam menjalankan bisnis. • Integritas Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektivitas dalam pengelolaan bisnis. 69 • Kualitas produk Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan. • Peluang untuk maju Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan. • Inovatif Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif. • Mengutamakan kepentingan perusahaan Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin di dalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan perusahaan. • Pemegang saham Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi pemegang saham. III.1.6 Sumber Daya Manusia Saat ini PLN mempekerjakan 47.532 staf dari seluruh Indonesia dengan rasio 15,6 di antaranya berpendidikan sarjana dan pasca sarjana. Untuk memenuhi kebutuhan akan kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia bagi perkembangan teknologi, PLN akan selalu mengusahakan berbagai 70 pendidikan dan kegiatan pelatihan melalui jasa pendidikan baik di lingkungan PLN sendiri maupun menjalin kerjasama dengan berbagai univesitas dan lembaga pendidikan di dalam dan luar negeri. III.1.7 Peluang Ke Depan Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik diharapkan pertumbuhan listrik akan normal kembali. Prospek usaha PLN pada pasar rumah tangga maupun industri dan bisnis masih merupakan peluang bisnis yang besar karena rasio elektrifikasi dan konsumsi listrik per kapita masih rendah serta Indonesia sendiri masih dalam tahap awal industrialisasi. Guna memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dalam 10 tahun ke depan diperlukan investasi sebesar US 18,1 Miliar untuk tambahan kapasitas Pembangkit sebesar 15.731 MW dan tambahan jaringan Transmisi sepanjang 9.907 kms. III.1.8 Sekilas PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara a. Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965 Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia Jakarta sekarang, maka 30 tahun kemudian 1923 listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di tanah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jl. Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga NV ANIWM Brastagi dan 71 Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931 milik Gemeente – Kotapraja, Labuhan Bilik 1936 dan Tanjung Tiram 1937 Masa penjajahan Jepang , Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu. Setelah Proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD45 ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat 2 UUD 1945. Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara Sumatera Timur dan Tapanuli yang mula-mula dikepalai R. Sukarno merangkap kepala di Aceh, tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PPUT No. 16120 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan dirubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, Riau menjadi PLN Eksploitasi. 72 Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No. 9 PRT64 dan dengan Peraturan Menteri No. 1PRT65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi. Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I.

b. Dari Eksploitasi I Sampai Wilayah II