Pernyataan Visi Misi Dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pernyataan Visi Dan Misi PT. PLN (Persero) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

(1)

0

PERNYATAAN VISI MISI DAN PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Korelasional Tentang Pernyataan Visi dan Misi PT. PLN (Persero)

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

SENTI FITRI MANURUNG 070904074

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

1

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pernyataan Visi Misi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional pengaruh Pernyataan Visi Misi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pernyataan visi misi dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan di kalangan karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara serta untuk mengetahui metode dan teknik penyampaian visi misi yang dilakukan perusahaan kepada karyawan perusahaan tersebut. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 orang dari seluruh karyawan yang ada di kantor pusat untuk Wilayah Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Komodor Laut Yos Sudarso No.248 Medan dengan menggunakan pendapat Arikunto. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup sebanyak 30 pertanyaan. Analisa data menggunakan tabel deskriptif lalu dihubungkan menjadi tabel korelasional melalui analisis variansi (Anova). Semuanya dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows version 16.0.

Dari hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pernyataan visi misi terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi sebesar 0,612 dengan arah hubungan yang positif dan signifikan. Kekuatan pengaruh variabel x terhadap variabel y sebesar 37,4%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penyampaian visi dan misi PT. PLN (Persero) cenderung semakin tinggi pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(3)

2

KATA PENGANTAR

“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu (Yesaya 46:4a”). Terpujilah Allah Tritunggal atas kasih setia dan pertolonganNya yang telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pernyataan Visi Misi Dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Pernyataan Visi Misi PT. PLN (Persero) dan Produktivitas Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)” untuk melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari selama pengerjaan skripsi ini banyak tantangan yang dihadapi, tetapi berkat dukungan dan bantuan orang-orang di sekitar penulis skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak TP. Manurung dan Ibu R. Sirait atas doa, pengajaran tentang hidup dan kasih sayang yang berlimpah yang senantiasa penulis rasakan penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fisip USU. 3. Ibu Dra. Fatmawardi Lubis selaku Ketua Jurusan lmu Komunikasi. 4. Bapak Drs. H.R Danan Djaja,M.A selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan waktu dan membagikan ilmunya selama membimbing penulis.


(4)

3

6. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

7. Ibu Dra. Dayana,M.Si selaku Sekteraris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang telah membantu setiap urusan administrasi yang diperlukan penulis.

8. Seluruh Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mulai dari pimpinan sampai satpam yang telah membantu penulis selama penelitian skripsi, terkhusus Bang Rajagujguk yang telah menjadi sumber informasi bagi penulis dalam pengurusan surat izin penelitian. 9. Kakak dan Abang tercinta (Bang Ais, Kak Lenti, Bang Naibaho, Kak

Tince, Kak Tora, Bang david, Kak Heppy (Supho), Bang Ramli (F_Skit)) yang senantiasa menyanyangi, memberikan semangat dan doa kepada penulis. Sangat bersyukur berada menjadi adik bagi Abang dan Kakak. Juga kepada keponakan penulis Debora dan Moreno yang telah menghadirkan kegembiraan di tengah-tengah keluarga besar. 10. Keluarga besar Manurung dan Sirait dimanapun berada yang memberi

dukungan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Adik-adik Kelompok Kecil Apostolos Generation (Esa, Winda, Tona, Lia) atas waktu, doa dan semangat yang senantiasa diberikan. Kakak mengasihi kalian.

12. Keluarga KK Quasimodogenity (Kak Juni, Bang Anto, Inda, Emma). Terima kasih untuk semua waktu, suka dan duka serta kasih yang dapat penulis rasakan dari kalian. Semoga Tuhan menyertai kita selamanya.


(5)

4

13. KTB ARQ (bang Abed, Rascel, Rika, Doni, Herbin) yang telah menerima kehadiranku dengan tulus. Terima kasih untuk surprisenya. 14. TPP UKM KMK USU UP PEMA FISIP periode 2010 (Kak Frensi,

Kak Hanna, Kak Butet, Bang Aroz, Mutiara, Lenta, Doni, Dodi, Erma, Rosmery,Rascel ) atas suka duka yang dapat kita alami bersama. 15. TPP UKM KMK USU UP PEMA FISIP periode 2011 (Rosmery,

Mutiara, Siska, Mianhot, Mercy, Rina, Sarah, Lenta, Arnold, Damai, Rebecka) atas kasih dan dukungan semangat yang senantiasa menguatkan penulis.

16. Keluarga besar UKM KMK USU UP PEMA FISIP dari PKK, AKK serta Alumni yang telah menjadi keluarga dan memberikan banyak pelajaran bagi penulis.

17. Kak Duma Sagala dan Bang Anto atas waktu dan kesabaran mendengarkan isi hati penulis, memberikan semangat dan pemahaman yang baru.

18. Sahabatku 3_nya (Bertha dan Inda) yang telah setia menjadi sahabat penulis selama kuliah. Terima kasih atas kesabaran dan persahabatan yang diberikan. Sukses untuk kita bertiga.

19. Kak Ayu yang telah memberikan waktu untuk mengajari dan mendengarkan setiap masalah yang dihadapi penulis selama mengerjakan skripsi ini.

20. Teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya stambuk 2007 yang telah berbagi cerita dan memberikan pengalaman yang berharga selama kuliah.


(6)

5

21. Semua pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis demi perbaikan skripsi ini. Terima kasih.

Penulis,


(7)

6

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah 1

I.2 Perumusan Masalah 6

I.3 Pembatasan Masalah 7

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

I.4.1 Tujuan Penelitian 8

I.4.2 Manfaat Penelitian 8

I.5 Kerangka Teori 9

I.5.1 Komunikasi 9

I.5.2 Komunikasi Organisasi 10

I.5.3 Manajemen Public Relations 11

I.5.4 Visi dan Misi 12

I.5.5 Produktivitas Kerja 14

I.6 Kerangka Konsep 15

I.7 Model Teoritis 17

I.8 Variabel Operasional 17

I.9 Defenisi Variabel Operasional 19

I.10 Hipotesis Penelitian 23

BAB II LANDASAN TEORI

II.1 Komunikasi 24

II.1.1 Defenisi Komunikasi 24

II.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi 26

II.2 Komunikasi Organisasi 27

II.2.1 Defenisi Komunikasi Organisasi 27 II.2.2 Arus dan Proses Komunikasi dalam Organisasi 29 II.2.3 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi 33

II.3 Manajemen Public Relations 38

II.4 Visi dan Misi 44

II.4.1 Defenisi Visi dan Misi 44

II.4.2 Manfaat Visi dan Misi 45

II.5 Produktivitas Kerja 47

II.5.1 Defenisi Produktivitas 47

II.5.2 Sumber Produktivitas 48


(8)

7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 54

III.1.1 Sejarah PT. PLN (Persero) 54

III.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 55

III.1.3 Motto Perusahaan 55

III.1.4 Pengembangan Organisasi 56

III.1.5 Nilai-Nilai Perusahaan 56

III.1.6 Sumber Daya Manusia 57

III.1.7 Peluang ke Depan 58

III.1.8 Sekilas PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara 59

III.1.9 Arti dan Lambang PLN 63

III.1.10 Struktur Organisasi 65

III.2 Metodologi Penelitian 66

III.2.1 Metode Penelitian 66

III.2.2 Lokasi Penelitian 66

III.2.3 Populasi 66

III.2.4 Sampel 67

III.2.5 Teknik Penarikan Sampel 68

III.2.6 Teknik Pengumpulan Data 68

III.2.7 Waktu Penelitian 69

III.2.8 Teknik Analisis Data 70

BAB IV ANALISIS DATA

IV.1 Pengumpulan Data 72

IV.2 Pengolahan Data 73

IV.3 Analisis Deskriptif 74

IV.3.1 Karakteristik Responden 75

IV.2 Visi dan Misi 81

IV.2 Produktivitas Kerja 112

IV.4 Analisis Korelasional 123

IV.4.1 Intensitas membaca visi misi secara tertulis

(brosur dan majalah) disiplin kerja karyawan 124 IV.4.2 Intensitas Mendengar Visi Misi Perusahaan

dalam Rapat Pengarahan dan Profesionalisme

Kerja Karyawan 126

IV.4.3 Waktu Penyampaian Visi Misi Perusahaan

dan Semangat Kerja Karyawan 128

IV.4.4 Konteks / Suasana menyampaikan Visi Misi

Perusahaan dan Minat Kerja Karyawan. 130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 134

V.2 Saran 135

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

8

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Variabel Operasional 18

Tabel III.2 Proiective Quesioner 69

Tabel IV.3 Umur 75

Tabel IV.4 Jenis Kelamin 76

Tabel IV.5 Tingkat Pendidikan 77

Tabel IV.6 Divisi 79

Tabel IV.7 Pengetahuan terhadap visi dan misi 81

Tabel IV.8 Pemahaman visi misi 82

Tabel IV.9 Intensitas membaca visi misi (brosur dan majalah) 84 Tabel IV.10 Intensitas membaca visi misi dalam media elektronik 86 Tabel IV.11 Intensitas mendengar visi misi dalam rapat pengarahan

perusahaan 88

Tabel IV.12 Intensitas mendengar visi misi dalam jamuan korporasi

Perusahaan 90

Tabel IV.13 Intensitas mendengar visi misi dalam seminar/lokakarya 92 Tabel IV.14 Intensitas mendengar visi misi dalam ceramah/pidato 93 Tabel IV.15 Penyampaian visi misi secara tertulis (brosur dan majalah) 95 Tabel IV.16 Penyampaian visi misi secara tertulis dalam media

Elektronik 96

Tabel IV.17 Penyampaian visi misi secara lisan dalam rapat

pengarahan perusahaan 98

Tabel IV.18 Penyampaian visi misi secara lisan dalam

jamuan korporasi perusahaan 99

Tabel IV.19 Penyampaian visi misi secara lisan dalam seminar

Lokakarya 101

Tabel IV.20 Penyampaian visi misi secara lisan dalam ceramah/pidato 102

Tabel IV.21 Format penyajian visi misi 104

Tabel IV.22 Nuansa (pilihan bahasa) penyajian visi misi 106 Tabel IV.23 Konteks atau suasana penyampaian visi misi 107 Tabel IV.24 Waktu penyampaian visi misi 109 Tabel IV.25 Penyampaian visi misi dan pemahaman tujuan perusahaan 110

Tabel IV.26 Minat Kerja 112

Tabel IV.27 Kesungguha kerja 113

Tabel IV.28 Profesionalisme kerja 115

Tabel IV.29 Semangat kerja 116

Tabel IV.30 Disiplin kerja 118

Tabel IV.31 Kedekatan antar karyawan 119

Tabel IV.32 Kekompakan karyawan 121

Tabel IV.33 Korelasi Intensitas membaca visi misi secara tertulis

(brosur dan majalah) disiplin kerja karyawan. 124 Tabel IV.34 Korelasi Intensitas Mendengar Visi Misi Perusahaan dalam

Rapat Pengarahan dan Profesionalisme Kerja Karyawan 126 Tabel IV.35 Korelasi Waktu Penyampaian Visi Misi Perusahaan dan


(10)

9

Tabel IV.36 Korelasi konteks/suasana menyampaikan visi misi perusahaan

dan minat kerja karyawan. 130


(11)

10

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Model Teoritis 17

Gambar IV.2 Umur 76

Gambar IV.3 Jenis Kelamin 77

Gambar IV.4 Tingkat Pendidikan 78

Gambar IV.5 Divisi 80

Gambar IV.6 Pengetahuan terhadap visi dan misi 82

Gambar IV.7 Pemahaman visi misi 83

Gambar IV.8 Intensitas membaca visi misi secara tertulis

(brosur dan majalah) 85

Gambar IV.9 Intensitas membaca visi misi dalam media elektronik 87 Gambar IV.10 Intensitas mendengar visi misi dalam rapat pengarahan

Perusahaan 89

Gambar IV.11 Intensitas mendengar visi misi dalam jamuan korporasi

Perusahaan 91

Gambar IV.12 Intensitas mendengar visi misi dalam seminar/lokakarya 93 Gambar IV.13 Intensitas mendengar visi misi dalam ceramah/pidato 94 Gambar IV.14 Penyampaian visi misi secara tertulis (brosur dan majalah) 96 Gambar IV.15 Penyampaian visi misi secara tertulis dalam media

Elektronik 97

Gambar IV.16 Penyampaian visi misi secara lisan dalam

rapat pengarahan perusahaan 99

Gambar IV.17 Penyampaian visi misi secara lisan dalam jamuan

korporasi perusahaan 100

Gambar IV.18 Penyampaian visi misi secara lisan dalam seminar

Lokakarya 102

Gambar IV.19 Penyampaian visi misi secara lisan dalam ceramah/pidato 103

Gambar IV.20 Format penyajian visi misi 105

Gambar IV.21 Nuansa (pilihan bahasa) penyajian visi misi 107 Gambar IV.22 Konteks atau suasana penyampaian visi misi 108 Gambar IV.23 Waktu penyampaian visi misi 110 Gambar IV.24 Penyampaian visi misi dan pemahaman tujuan perusahaan 111

Gambar IV.25 Minat Kerja 113

Gambar IV.26 Kesungguhan kerja 114

Gambar IV.27 Profesionalisme kerja 116

Gambar IV.28 Semangat kerja 117

Gambar IV.29 Disiplin kerja 119

Gambar IV.30 Kedekatan antar karyawan 120


(12)

11

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Kuesioner penelitian

Lampiran II Tabel pengolahan data

Lampiran III Surat permohonan penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lampiran IV Surat balasan untuk memberikan izin penelitian dari PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Lampiran V Lembar catatan bimbingan skripsi Lampiran VI Tabel Foltron Cobol Kuesioner Lampiran VII Biodata


(13)

1

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pernyataan Visi Misi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional pengaruh Pernyataan Visi Misi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pernyataan visi misi dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan di kalangan karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara serta untuk mengetahui metode dan teknik penyampaian visi misi yang dilakukan perusahaan kepada karyawan perusahaan tersebut. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 orang dari seluruh karyawan yang ada di kantor pusat untuk Wilayah Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Komodor Laut Yos Sudarso No.248 Medan dengan menggunakan pendapat Arikunto. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup sebanyak 30 pertanyaan. Analisa data menggunakan tabel deskriptif lalu dihubungkan menjadi tabel korelasional melalui analisis variansi (Anova). Semuanya dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows version 16.0.

Dari hasil penelitian, dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pernyataan visi misi terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi sebesar 0,612 dengan arah hubungan yang positif dan signifikan. Kekuatan pengaruh variabel x terhadap variabel y sebesar 37,4%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penyampaian visi dan misi PT. PLN (Persero) cenderung semakin tinggi pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(14)

12 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Setiap organisasi baik organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis membutuhkan komunikasi untuk melaksanakan aktivitasnya. Setiap orang yang berada di dalam organisasi tidak dapat mengindarkan diri dari komunikasi jika dia mengharapkan keinginan atau kebutuhannnya dapat dipenuhi oleh pihak lain. Oleh karena itu, komunikasi menempati posisi yang strategis di dalam organisasi. Semua konsep dan pendekatan ataupun model yang dikenal dalam teori organisasi dan manajemen mutlak memerlukan komunikasi. Melalui komunikasilah maka berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan efisien, membina hubungan, menjalankan tugas serta fungsi mereka.

Komunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi, gagasan, opini ataupun perintah dari atasan kepada bawahan maupun dari bawahan kepada atasan, antar pimpinan maupun antar karyawan. Bagaimana informasi diterima, disebarluaskan kepada yang lain, bagaimana pesan diproses dan respon yang diberikan menunjukkan adanya sebuah proses atau aktivitas komunikasi.

Aktivitas komunikasi juga dilakukan organisasi kepada masyarakat luar (publik eksternal) sebagai sasaran organisasinya. Akan tetapi hubungan yang terpenting dalam organisasi adalah hubungan dengan semua karyawan di semua level seperti pekerja lini produksi manajer dan penyelia, staff administrasi, pendukung fasilitas dan sebagainya. Dengan kata lain publik internal adalah


(15)

13

publik paling penting bagi semua organisasi. Sehingga komunikasi didalam organisasi juga bisa dikatakan lebih penting daripada komunikasi eksternal, karena organisasi harus berfungsi efektif dalam mencapai tujuannya guna menjaga kelangsungan hidupnya.

Setiap organisasi atau perusahaan didirikan pasti dengan sebuah tujuan yang jelas yang ingin dicapai. Antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain memiliki tujuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan akan melakukan aktivitasnya, membuat sebuah keputusan atau kebijakan dengan melihat kepada tujuan tersebut. Tujuan organisasi ini hendaknya dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga setiap anggota diharapkan mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka secara individual.

Sebagai seorang karyawan, bekerja tidak hanya untuk mencapai kepentingan pribadinya yaitu untuk mendapatkan gaji tetapi karyawan juga harus bekerja untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan tempatnya bekerja, karena dengan masuknya seseorang atau bekerja pada sebuah perusahaan artinya secara otomatis dia menerima tujuan organisasi tersebut dan memainkan peranannya untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada saat seseorang diterima bekerja di suatu perusahaan untuk pekerjaan/jabatan tertentu, pada tenaga kerja tersebut perlu dijelaskan peran apa yang dituntut daripadanya oleh perusahaan. Kejelasan tentang peran dalam arti bahwa seorang tenaga kerja memahami dan menyetujui apa yang diharapkan merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitasnya. Jika tidak ada kesesuaian pendapat antara tenaga kerja dan pimpinan mengenai peran tersebut, maka produktivitas yang tinggi dalam bekerja akan sulit dicapai.


(16)

14

Sebagaimana defenisi organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama maka tujuan organisasi perlu dan harus dikomunikasikan secara terus-menerus agar setiap publik internal tetap fokus kepada tujuan itu dalam melakukan kegiatan organisasinya melalui peran atau jabatan yang didudukinya.

Untuk mengkomunikasikan tujuan-tujuan tersebut dibutuhkan divisi atau orang-orang untuk mengatur strategi bagaimana mengkomunikasikan hal tersebut. Dan dalam hal ini Public relations merupakan salah satu bidang yang bertangggung jawab untuk hal tersebut. PR oleh Institute of Public Relations (IPR) didefenisikan sebagai disiplin untuk menjaga reputasinya. Sebuah departemen PR yang dikelola dengan baik akan dihormati secara internal dan mudah memperoleh sekutu guna membantu mencapai tujuan-tujuannya. Sebuah departemen yang dihormati secara eksternal akan dipercaya, dihargai pendapatnya dan menjadi aset perusahaan.

Hal inilah yang mendorong mengapa sangat penting untuk memperhitungkan faktor tersebut dalam memahami alasan mengapa praktik manajemen yang baik sangat berpengaruh bagi PR yang sukses. Departemen PR harus memanajemen bagaimana tujuan perusahaan dikomunikasikan kepada publik internal sehingga setiap anggota perusahaan memahami dan bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan.

Tujuan sebuah organisasi biasanya terdapat dalam visi misi organisasi. Dimana visi merupakan gambaran tentang tujuan organisasi dalam pengertian yang luas dan merupakan titik awal untuk menyusun misi organisasi secara spesifik. Visi misi ini harus dikomunikasikan kepada publik internal melalui


(17)

15

hubungan internal. Pernyataan visi mengungkapkan sasaran strategis dan tujuan masa depan dari sebuah organisasi. Pernyataan visi merupakan alat penting bagi hubungan internal terutama untuk membantu mengelola reaksi terhadap perubahan dalam lingkungan. Sementara itu, pernyataan misi membantu karyawan menentukan prioritas dan tujuan, sehingga semua anggota berkomitmen untuk mencapai misi yang dinyatakan dalam pernyataan tersebut. Pernyataan misi mendorong angota organisasi untuk fokus pada kekuatannya dengan menekankan area dan atribut dimana ia pernah sukses.

Akan tetapi sering kali visi dan misi dalam sebuah perusahaan kurang diperhatikan sehingga kurang dikomunikasikan secara kontinue karena telah adanya iklim kerja yang terpola yang membuat para karyawan bekerja menjalani rutinitas yang mungkin membuat jenuh dan bosan yang akhirnya kehilangan semangat kerja. Oleh sebab itu, visi dan misi ini sangat penting dikomunikasikan untuk mendorong kembali gairah dan semangat kerja sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Karena setiap karyawan akan kembali bersemangat mengerjakan tugasnya karena melihat kembali pada tujuan yang ingin dicapai.

PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah unit bisnis dari PT. PLN (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) melalui Undang-Undang nomor 15 tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 1994, sebagai perusahaan penyedia tenaga listrik bagi kepentingan umum (obligation to supply) di seluruh wilayah Indonesia pada


(18)

16

umumnya dan secara khusus PLN Wilayah Sumatera Utara melayani kebutuhan distribusi energi listrik bagi masyarakat Sumatera Utara.

PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara melayani pelanggan mencakup seluruh wilayah Sumatera Utara yang didukung oleh 8 cabang dan 64 ranting rayon dengan jumlah karyawan pada tahun 2008 mencapai 1.691 karyawan. Perusahaan ini menjalankan kegiatan perusahaannya dengan membawa visi ”Diakui Sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang, Unggul dan Terpercaya dengan Bertumpu pada Potensi Insani”. Visi ini dikejawantahkan dalam 4 misi yaitu (1) menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham, (2) menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, (3) mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi, (4) menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan (Profil Perusahaan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara).

Visi dan misi yang diemban oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara tersebut adalah sebuah tujuan yang sangat besar yang jika dipahami dengan baik akan mempengaruhi produktivitas para karyawan. Sebagaimana status perusahaan ini yang melayani kebutuhan akan listrik pada khalayak Sumatera Utara dalam penyediaan sumber energi listrik, maka setiap karyawan haruslah memiliki produktivitas yang tinggi sehingga dapat memuaskan pelanggannya dan tujuan organisasi dapat tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan penghayatan dan pelaksanaan yang serius akan visi dan misi dari semua publik internal.

Dari yang peneliti amati saat mengadakan praktek kerja lapangan di perusahaan tersebut tampak adanya sebuah suasana kerja yang sudah terpola atau


(19)

17

rutinitas. Karyawan pada pagi hari datang ke kantor, mengisi absensi, menyapa sekilas antara satu dengan yang lain dan ada juga yang langsung masuk ke ruang kerja masing-masing. Beberapa karyawan datang dengan bersemangat dan beberapa lagi datang dengan ekspresi biasa-biasa saja.

Jika kembali melihat visi dan misi perusahaan tersebut harusnya dapat mendorong dan menjadi penggerak bagi semua karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dan tentu saja visi misi itu harus dikomunikasikan sehingga karyawan dapat memahami tujuan perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pernyataan visi misi PT. PLN (Persero) terhadap produktivitas kerja karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalahnya adalah “apakah terdapat pengaruh pernyataan visi dan misi PT. PLN (Persero) terhadap produktivitas kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara?”


(20)

18 I.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang diteliti mengenai pengaruh visi dan misi PT. PLN (Persero) terhadap produktivitas kerja karyawan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, maka pembatasan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai visi dan misi PT. PLN (Persero) terhadap produktivitas kerja karyawan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara cukup aktual untuk diteliti saat ini.

2. Penelitian ini dibatasi di lingkungan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, dimana unit analisis penelitian yang dipilih dan ditetapkan adalah karyawan tetap di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

3. Penelitian ini layak diteliti sebagai suatu karya ilmiah karena didukung oleh fasilitas data yang tersedia sehingga penelitian ini dimungkinkan selesai tepat pada waktunya.

4. Penelitian ini layak untuk diteliti karena dilihat dari jarak geografis antara lokasi penelitian dengan tempat tinggal penulis sangat dimungkinkan sehingga kelangsungan penelitian dapat diselesaikan tepat pada waktunya.


(21)

19 I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. untuk mengetahui pemahaman karyawan terhadap visi dan misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

b. untuk mengetahui metode dan teknik penyampaian visi dan misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara terhadap karyawannya.

c. untuk mengetahui pengaruh pernyataan visi dan misi PT. PLN (Persero) terhadap produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi di FISIP USU pada Departemen Ilmu Komunikasi

b. Secara akademis, melalui penelitian yang dilakukan merupakan sumbangsih penulis terhadap almamater dalam mengembangkan pengetahuan mengenai pengaruh pernyataan visi dan misi PT. PLN (Persero) terhadap produktivitas kerja karyawan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara kepada civitas akademika FISIP USU terutama Departemen Ilmu Komunikasi.


(22)

20

c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT PLN (Persero) Wilayah Sumut dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawannya.

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggunakan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah:

1.5.1 Komunikasi

Secara etimologis istilah komunikasi dalam bahasa bahasa Inggris yaitu communicatio yang berasal dari kata Latin communis yang artinya sama. Maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan sesuatu pihak maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya atau menyamakan dirinya dengan yang diajak berkomunikasi. Dengan demikian diharapkan akan memperoleh suatu kesamaan arti. Kesepakatan arti disini dibatasi kepada pengertian bahasa dan makna dari objek yang diperbincangkan (Lubis, 2007:6).

Komunikasi memiliki defenisi yang berbeda-beda dari setiap orang dengan bidang dan tujuan masing-masing. Arni Muhammad mendefinisikan komunikasi


(23)

21

dalam konteks organisasi sebagai pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2007:4).

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada seseorang atau sekelompok lain. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek.

Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intraindividu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa dan komunikasi antar kebudayaan (Lubis, 2007:11).

I.5.2 Komunikasi Organisasi

Herber memberikan defenisi komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan, hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

Sedangkan Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal atau komunikasi dari atasan kepada bawahan (downward communication) dan komunikasi dari bawahan kepada atasan (upward sommunication) (Muhammad, 2007:65).

Meskipun bermacam-macam persepsi dari ahli mengenai komunikasi organisasi ini, namun demikian ada beberapa hal yang umum dapat disimpulkan, yaitu:


(24)

22

1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, dan arah media.

3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya dan keterampilan (skill)

Sehingga apabila disimpulkan maka diperolah bahwa komunikasi organisasi itu merupakan proses untuk mencipta dan saling tukar-menukar pesan dalam rangkaian hubungan yang saling bergantung antara satu dengan yang lain untuk menyelesaikan masalah yang berlaku di lingkungannya yang tidak menentu.

Fungsi komunikasi dalam sebuah organisasi ada empat yaitu: 1. Fungsi informatif

2. Fungsi regulatif 3. Fungsi persuasif

4. Fungsi integratif (Sendjaja, 2005:4.8) I.5.3 Manajemen Public Relations

Untuk merancang program kerja sekaligus dapat melahirkan komunikasi dua arah, Public Relations Officer memerlukan peran dan fungsi manajemen. Public Relations dituntut mampu menganalisisi serta meramalkan ”apa dan bagaimana” yang akan terjadi nantinya. Management of pubic relations memerlukan pemikiran dan konsepsi suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian, pengawasan serta pengkoordinasian yang serius dan rasional dalam upaya mencapai tujuan bersama dari organisasi/lembaga yang diwakilinya.


(25)

23

Manajemen fungsi PR yang baik akan turut menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi/perusahaan dan hal ini juga akan memberi para manajer PR status yang setara dengan berbagai posisi kunci manajemen lainnya dalam organisasi. Gaya manajemen departemen PR secara substansial akan selalu dipengaruhi oleh kondisi dasar, struktur dan budaya organisasi dimana ia berada. (Mike, 2001:3)

I.5.4 Visi dan Misi

Pada awalnya bisnis baru hanyalah sekumpulan ide. Memulai bisnis baru didasarkan pada suatu kepercayaan bahwa organisasi yang baru dapat menawarkan produk kepada beberapa pelanggan, area geografis, menggunakan beberapa jenis teknologi dan pada harga yang menguntungkan. Pemilik perusahaan percaya bahwa filosofi manajemen tentang perusahaan baru akan memberikan pandangan publik yang positif serta konsep bisnis dapat dikomunikasikan dan akan diadopsi oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Ketika pandangan atau fondasi suatu bisnis dituangkan dalam bentuk tulisan hasil tulisan mencerminkan beberapa ide dasar yang melandasi suatu pernyataan visi dan misi.

Seharusnya visi dan misi dikomunikasikan dengan menampilkannya di ruang-ruang kerja dan didistribusikan bersamaan dengan informasi kepada pihak stakeholder. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa 90% perusahaan yang ada di dunia membuat dan menggunakan pernyataan misi dari 5 tahun sebelumnya. (Masruroh, 2-3)

Dalam rangka pencapaian tujuan akhir, manajemen mutlak perlu untuk menyatakan arah yang akan ditempuh organisasi sehingga terwujud sesuatu


(26)

24

keadaan yang diinginkan pada suatu waktu tertentu di masa depan. Dengan kata lain manajemen perlu menyatakan pandangannya secara eksplisit tentang bentuk masa depan organisasi yang dikehendakinya. Akan tetapi harus ditekankan dengan kuat bahwa pernyataan manajemen puncak saja tidak cukup.

Visi adalah suatu pandangan mendasar untuk mana organisasi berusaha keras untuk mencapai hal-hal kritis penting dalam jangka panjang demi keberhasilan organisasi. Visi akan menyatukan pandangan yang berbeda-beda terutama dari pihak internal sehingga visi juga bisa meredam konflik akibat perbedaan pandangan yang nantinya diarahkan pada satu pandangan saja yaitu visi.

Misi organisasi lahir dari rumusan visi yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan misi adalah sesuatu yang harus diemban oleh semua komponen organisasi berupa kegiatan pokok yang kesemuanya dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, jelas bahwa visi dan misi harus mempunyai keterikatan kuat dan relevansi yang tinggi dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, apapun yang kemudian terjadi dalam organisasi harus mengarah pada pencapaian tujuan. Pernyataan misi adalah suatu pernyataan eksplisit atas nilai-nilai organisasi. Pernyataan misi akan menghasilkan prinsip-prinsip yang harus diikuti bila organisasi bertindak dan menjadi patokan atau standar untuk menilai organisasi.

Pernyataan misi merupakan tanggung jawab yang mengikat untuk masa depan. Jika organisasi menghayati nilai-nilai yang dinyatakan dalam pernyataan misinya, bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berasal darinya dan memenuhi standar yang dihasilkan maka organisasi akan mengamankan semangat


(27)

25

kerja yang menguatkan reputasinya. Jika gagal menghayati nilai-nilai ini semangat kerja akan rendah dan reputasi mengalami goncangan.

Organisasi yang berhasil tidak memberi peluang kepada hal-hal seperti itu, melainkan mengambil langkah untuk memastikan bahwa nilai yang diekspresikan dalam misi dapat diwujudkan dalam perilaku setiap hari dari setiap orang dalam organisasi. Mereka memastikan bahwa pernyataan misi efektif (Talbot, 2005:xiii-xiv) .

Pernyataan visi mengungkapkan sasaran strategis dan tujuan masa depan dari sebuah organisasi, sementara itu, pernyataan misi membantu karyawan menentukan prioritas dan tujuan sehingga semua anggota organisasi berkomitmen untuk mencapai misi yang dinyatakan dalam pernyataan tersebut. Tidak ada standar baku untuk gaya dan isi penyataan misi, tetapi organisasi yang berkinerja baik selalu memberikan pernyatan visi dan misi. Ringkasnya, visi masa depan yang jelas dan pernyataan misi yang menyeluruh adalah penting bagi kesuksesan organisasi (Cutlip, Center dan Broom,2006:268-269).

I.5.5 Produktivitas Kerja

Pada dasarnya produktivitas perusahaan merupakan akumulasi dari produktivitas individu-individu (karyawan-karyawan) sehingga untuk perbaikan produktivitas perusahaan diperlukan komitmen perbaikan yang seimbang antara aspek manusia (motivasi) dan aspek teknik (teknologi). Peningkatan produktivitas perusahaan harus dimulai dari tingkat individu (Nasution, 2001:205 ).

Kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai isi kerja sehingga bisa menimbulkan penemuan-penemuan baru untuk memperbaiki cara


(28)

26

kerja yang sudah baik. Hal ini memerlukan prasayarat yang lain sebagai faktor pendukung yaitu kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja (kesanggupan kerja) dan hubungan kerja yang harmonis. Selain itu, berhasilnya pembangunan nasional juga tergantung kepada partisipasi kerja, tekad/semangat kerja serta ketaatan/disiplin kerja.

Disamping keterampilan, keahlian/ kecakapan dan teknologi, produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh sikap dan etika kerja, yaitu norma yang disadari oleh pandangan seseorang terhadap sistem nilai. Sikap dan etika kerja tergantung dari ciri dan kepribadian seseorang, demikian pula motivasi dan kejelasan peran serta tingkat kepenatan menentukan produktivitas kerja (Sedarmayanti, 2004:133)

I.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan mengeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk mengambarkan berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007:149).

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengutarakan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1994:40). Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan menggunakan variabel. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(29)

27

a. Variabel Bebas atau Independent Variable (X)

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain (Nawawi, 1994:50). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pernyataan Visi dan Misi PT PLN (Persero).

b. Variabel Terikat atau Dependet Variable (Y)

Variabel terikat yaitu himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula sejumlah aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain (Nawawi, 1994:51). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(30)

28 I.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel-variabel yang ada telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

(±)

Gambar I.1

Model Teoritis Penelitian Keterangan :

- Variabel Bebas (X) : Karakteristik responden dan Pernyataan Visi Misi - Variabel Terikat (Y) : Produktivitas Kerja Karyawan

- (±) : Ada tidaknya hubungan

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabelnya yaitu sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Pernyataan Visi dan Misi

Dan karakteristik Responden

Variabel Terikat (Y)

Produktivitas Kerja Karyawan


(31)

29 Tabel I.1 Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Karakteristik Responden

Pernyataan Visi dan Misi

Jenis kelamin Usia

Pendidikan Divisi

1. Frekuensi melakukan pernyataan visi dan misi 2. Tujuan melakukan pernyataan visi dan misi 3. Media melakukan pernyataan visi dan misi

− Media Tulisan( Brosur, Majalah) − Media lisan

a. Rapat pengarahan b. Jamuan Korporasi c. Pidato / ceramah

− Media Elektronik (Website, Intranet) 4. Penyajian pesan (Visi Misi)

a. Format

b. Nuansa (Tone) c. Konteks d. Waktu

Variabel Terikat (Y) Produktivitas Kerja Karyawan

1. Motivasi Kerja a. Minat kerja

b. Kesungguhan kerja 2. Desain kerja

a. Kemampuan sesuai isi kerja b. Profesional dalam bekerja 3. Semangat kerja

4. Disiplin kerja

5. Hubungan kerja yang harmonis a. Kedekatan antar karyawan b. Kekompakan antar karyawan


(32)

30

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: a. variabel bebas (X)

i. Karakteristik Responden

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang mengisi kuesioner, yaitu laki-laki atau perempuan. 3. Usia, yaitu tingkatan umur dari karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah

Sumatera Utara pada saat mengisi kuesioner.

4. Pendidikan, yaitu tingkat pendidikan terakhir dari karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang mengisi kuesioner.

5. Divisi, yaitu bagian atau unit dari perusahaan yang ditempati karyawan dalam perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada saat mengisi kuesioner.

ii. Pernyataan Visi dan Misi

1.Frekuensi melakukan pernyataan visi dan misi yaitu intensitas karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mendengar atau membaca visi dan misi perusahaan.

2. Tujuan melakukan pernyataan visi dan misi, yaitu apakah tujuan pernyataan visi dan misi untuk memberi pengetahuan kepada karyawan


(33)

31

tentang tujuan perusahaan, nilai perusahaan serta pembuatan keputusan atau untuk memotivasi karyawan.

3. Media melakukan pernyataan visi dan misi, yaitu sarana komunikasi yang dipergunakan untuk menyampaikan visi dan misi seperti secara lisan, tulisan atau melalui media elektronik.

− Media Tulisan

a. Brosur merupakan media komunikasi cetak regular berisi rangkuman berita perusahaan yang diterbitkan dan dibagikan untuk karyawan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

b. Majalah merupakan media komunikasi internal berisikan tulisan berbentuk feature, artikel dan gambar/foto yang terbit setiap bulan guna merangkum berbagai kegiatan yang diselenggarakan perusahaan. Majalah dapat berisikan kegiatan rutin perusahaan serta perkembangan dan program tanggung jawab sosial perusahaan setiap tahunnya. Majalah ini dibagikan kepada karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

− Media Lisan

a. Rapat pengarahan yaitu pertemuan pimpinan dan karyawan PT. PLN (Persero) untuk memberikan pengarahan baik tentang kebijakan dan peraturan perusahaaan.

b. Jamuan Korporasi yaitu kegiatan pertemuan antara perusahaan PT. PLN (Persero) dengan publik eksternal.

c. Pidato atau ceramah yaitu kegiatan berbicara di depan umum yang diadakan di PT. PLN (Persero) tentang sebuah topik atau permasalahan. − Media Elektronik


(34)

32

a. Website merupakan jenis layanan yang disediakan oleh internet dimana karyawan dapat mengakses seluruh informasi baik di dalam maupun diluar perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

b. Intranet merupakan salah satu jenis layanan yang hampir sama dengan internet. Namun cakupannya terbatas hanya pada sekitar kantor PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara. Karyawan dapat mengaksesnya sesuai dengan IP address di komputer masing-masing.

4. Penyajian Pesan yaitu pengemasan dan penyampaian visi dan misi.

a. Format yaitu penyajian visi dan misi dari segi penampilan, pemilihan kata, jenis huruf.

b. Nuansa (tone) yaitu pilihan bahasa dalam menyampaikan visi dan misi. c. Konteks yaitu suasana pada saat penyampaian visi dan misi

d. Waktu yaitu timing penyampaian visi dan misi b. Variabel Terikat (Y)

Produktivitas Kerja Karyawan

1. Motivasi kerja yaitu kondisi mental karyawan karyawan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang mendorong untuk bekerja dalam mencapai tujuan.

a. Minat kerja, yaitu daya tarik dari dalam diri untuk mengerjakan tugas dan tangggung jawab yang diberikan oleh atasan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

b. Kesungguhan kerja, yaitu kesungguhan hati karyawan setiap mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan atasan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(35)

33

2. Desain kerja, yaitu spesifikasi isi, metode dan hubungan berbagai pekerjaan yang dimiliki karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

a. Kemampuan sesuai isi kerja, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh setiap karyawan dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan yang diminta oleh atasan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

b. Profesional dalam bekerja, yaitu selalu bersikap profesional yang menghargai pekerjaan dengan cara memisahkan hubungan pribadi sehingga pekerjaaan yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

3. Semangat kerja, adalah perasaan dan sikap karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara terhadap organisasi dan pekerjaan

4. Disiplin kerja, yaitu kepatuhan, ketepatan menyelesaikan pekerjaan dan kehadiran setiap karyawan di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara 5. Hubungan kerja yang harmonis, yaitu hubungan kerja yang rukun, bersahabat

dan kekeluargaan yang dapat dijadikan motivasi yang mempengaruhi mood karyawan dalam mengerjakan tugas di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

a. kedekatan antar karyawan, yaitu hubungan emosional yang terjadi atas dasar saling memiliki terhadap tempat mereka bekerja yaitu PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

b. kekompakan antar karyawan, yaitu rasa kekeluargaan yang dimiliki oleh masing-masing karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(36)

34 I.10 Hipotesis Penelitian

Hipotesis secara etimologi dibentuk dari dua kata yaitu kata hypo yang berarti kurang dan kata thesis yang berarti pendapat (suatu kesimpulan yang masih kurang). Pengertian ini kemudian diperluas menjadi kesimpulan yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu. Hipotesis berfungsi sebagai guide penelitian, eksistensi penelitian itu sendiri yang terpenting adalah menguji hipotesis oleh karena itu perlu dirancang menurut kebutuhan penelitian (Bungin, 2001:90). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Semakin tinggi penyampaian Visi dan Misi PT. PLN (Persero) cenderung semakin tinggi pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

H2 : Semakin rendah penyampaian Visi dan Misi PT. PLN (Persero) cenderung semakin rendah pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.


(37)

35 BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Komunikasi

II.1.1 Defenisi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin Communis yang berarti sama. Communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to maka common). Istilah pertama (communis) paling sederhana disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi defenisi-defenisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti berbagai pikiran, mendiskusikan makna, dan mengirimkan pesan (Mulyana, 2007:46).

Secara epistemologis (istilah) terdapat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi) untuk menggambarkan defenisi komunikasi. Dalam oxford English Dictionary yang ditulis tahun 1989 terdapat 12 defenisi komunikasi. Dance dan Larson (1976) telah mengumpulkan 126 defenisi komunikasi yang berlainan. Beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli sebagai berikut:

1. Carl I. Hovland: Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).


(38)

36

2. Gerald R Miller: Komunikasi terjadi ketika suatu sumber manyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

3. Everett M Roger: Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2007:62)

4. Arni Muhammad: Komunikasi adalah proses pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Si pengirim pesan dapat berupa seorang individu, kelompok atau organisasi. Begitu juga dengan si penerima pesan dapat berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam organisasi atau organisasi secara keseluruhan. Proses menunjukkan bahwa komunikasi berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan tingkah laku dimaksudkan bahwa perubahan yang terjadi dalam diri individu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Muhammad, 2007:4-5)

5. Djuarsa Sendjaja, komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindakan komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks yaitu konteks


(39)

37

antar pribadi (interpersonal communication), konteks kelompok (group communication), dan juga lingkup organisasi (organizational communication) serta tindakan komunikasi dengan memanfaatkan pesan dari media massa (mass communication)(Sendjaja, 2005:4.1).

II.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari berbagai pengertian komunikasi, secara mendasar komunikasi mempunyai enam unsur yaitu:

1. Komunikasi melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain atau hubungan dengan lingkungannnya, baik dalam rangka pengaturan atau koordinasi.

2. Proses, yakni aktivitas nonstatis, bersifat terus-menerus. Ketika kita berbicara dengan seseorang didalamnya terdapat membuat perencanaan, mengatur nada, menginterpretasikan pesan, merespon atau mengubah posisi tubuh agar terjadi kesesuain dengan lawan bicara.

3. Pesan, yaitu tanda (signal) atau kombinasi yang berfungsi sebagai stimulus bagi penerima tanda. Pesan dapat berupa tanda atau simbol. Sebagian dari tanda bersifat universal yakni dipahami sebagaian besar manusia.

4. Saluran (channel) adalah wahana dimana tanda dikirim. Channel bisa bersifat visual (dapat dilihat) dan aural (dapat didengar)


(40)

38

5. Gangguan (noise), segala sesuatu yang dapat membuat pesan menyimpang atau segala sesuatu yang dapat mengganggu diterimanya pesan. Gangguan bersifat fisik, psikis atau semantik (salah paham).

6. Perubahan, yaitu komunikasi menghasilkan perubahan pada pengetahuan, sikap atau tindakan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi (Mufid, 2005:3-4).

II.2 Komunikasi Organisasi

II.2.1 Defenisi Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi di lingkungan organisasi atau dalam lingkungan sistem sosial tertentu yang merupakan kelompok independen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unit analisisnya mencakup struktur organisasi, dan pola-pola komunikasi yang terjadi di dalam organisasi (Yusuf, 2009:166).

Defenisi tradisional komunikasi organisasi cenderung menekankan komunikasi sebagai kegiatan penanganan pertukaran pesan yang terkandung “dalam” atau “untuk” menunjukkan batas-batas organisasional (organizational boundry) dari sebuah struktur organisasi. Komunikasi ditekankan pada metode dan teknik yang memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan lingkungan organisasi.

Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behaviour) yakni bagaimana para karyawan terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi.


(41)

39

Komunikasi organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi apakah kata-kata, gagasan-gagasan, konstruk yang mendorong, mengesahkan, mengkoordinasikan dan mewujudkan aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik (Liliweri, 2004:59-60).

Prinsip dan keahlian komunikasi dalam organisasi sangat penting untuk diketahui sehingga dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan industri ataupun organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan. Dalam suatu organisasi mensyaratkan adanya jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan. Di samping itu dalam organisasi juga mensyaratkan adanya pembagian kerja dalam arti setiap orang dalam institusi baik komersial maupun sosial memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan landasan konsep tersebut maka batasan komunikasi secara sederhana yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi. Atau sebagaimana defenisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat dan hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of message within a network of interdependent relationships) (Sendjaja, 2005:4.4-4.5).

Setiap pesan yang dikomunikasikan diharapkan dapat memberikan efek kepada komunikan. Wilbur Schramm menampilakan apa yang ia sebut ”the condition of success in communication” yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:


(42)

40

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Uchana effendy, 2003:41- 42).

II.2.2 Arus dan Proses Komunikasi dalam Organisasi

Arus komunikasi yang berlangsung dalam organisasi ada tiga yaitu arus komunikasi vertikal yang terdiri dari arus komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan arus komunikasi dari bawah ke atas(upward communication) serta arus yang berlangsung antara dan di diantara bagian ataupun karyawan dalam jenjang atau tingkatan yang sama yang disebut komunikasi horizontal.

Downward communication merupakan komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tatanan manajemen mengirimkan pesan kapada bawahannya. Fungsi arus komunikasi ini adalah:


(43)

41

b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionalle)

c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)

d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirimkan pesan kepada atasan. Fungsi arus komunikasi ini adalah;

a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak diselesaikan oleh bawahan

c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya

Horizontal communication merupakan tindakan komunikasi yang berlangsung diantara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi ini adalah:

a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah c. Saling berbagi informasi d. Upaya memecahkan konflik


(44)

42

e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama

Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan mengatakan bahwa proses komunikasi dalam suatu organisasi perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respon khusus diharapkan oleh pengirim (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.

Komunikasi organisasi dilihat dari perspektif perilaku digambarkan dengan memulai proses komunikasi oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain.

Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.

Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat dimana sumber mengekspresikan gagasannnya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tertulis ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah ataupun gambar-gambar.

Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui tindakan tertentu. Pada


(45)

43

langkah ini dikenal istilah channel atau saluran yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti televisi, kaset video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha membebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.

Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan bersifat lisan maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik karena jika penerima tidak mendengar pesan tersebut akan hilang. Dalam pesan ini, penerima melakukan decoding yaitu memberikan penafsiran atau interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana perlu memberikan respon terhadap pesan tersebut.

Tahap terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respon dan umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.


(46)

44 II.2.3 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi yang efektif dan efisien mempunyai arti yang sangat penting bagi manajemen di dalam melaksanakan fungsinya untuk merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, mengarahkan dan mengawasi semua kinerja organisasi. Komunikasilah yang menghantarkan manajemen untuk melakukan tugas ataun pekerjaan yang efektif dan efisien. Tidak ada kinerja yang efektif jika mengabaikan komunikasi (Iman dan Siswandi, 2007:154).

Dalam suatu organisasi baik berorientasi komersil maupun sosial akan melibatkan empat fungsi komunikasi yaitu:

a. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information –processing system). Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.

Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan karyawan atau bawahan membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan disamping itu juga membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.


(47)

45 b. Fungsi regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan muntuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan, disamping itu, mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung kepada:

1. Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah. 2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus pribadi.

4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.


(48)

46 c. Fungsi persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi kekuasan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanaya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah, sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasan dan kewenangannya.

d. Fungsi integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan organisasi juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga maupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Komunikasi sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(49)

47

Pentingnya komunikasi dalam organisasi dapat dirincikan sebagai berikut: 1. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara:

a. Para bawahan dengan atasan/pimpinan. b. Bawahan dengan bawahan.

c. Atasan dengan atasan.

d. Pegawai dengan organisasi/lembaga yang bersangkutan. 2. Meningkatkan kegairahan kerja para pegawai.

3. Meningkatkan moral dan disiplin para pegawai.

4. Semua jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung pengendalian operasional yang efisien.

5. Semua pegawai dapat mengetahui kebijaksanaan, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan organisasi. 6. Semua informasi, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh para

pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh. 7. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua pegawai. 8. Menimbulkan saling pengertian diantara pegawai. 9. Meningkatkan kerja sama (teamwork) diantara pegawai.

10. Meningkatkan semangat korp atau esprit de corp di kalangan pegawai (Wursanto,2002:159).


(50)

48

Adapun informasi yang dikomunikasikan dibagi dalam tiga kategori yaitu: 1. Korporasi : membangun kebanggaan dan rasa memiliki

2. Cascade: mengkomunikasikan tujuan 3. Personal: motivasi rutin

Informasi yang dikomunikasikan menyangkut;

− Tujuan rasional (karyawan memahami bisnis perusahaan dan apa yang harus mereka lakukan).

− Tujuan emosional (karyawan merasa dilibatkan).

− Tindakan yang diinginkan (karyawan memahami bahwa perilaku mereka mempengaruhi bisnis perusahaan)

Informasi yang dikomuniksikan menciptakan perilaku yang benar dengan mengkomunikasikan pesan secara:

Top down (pesan manajemen)

Bottom up (masukan, bukan hanya pesan-pesan karyawan namun segala sesuatu menyangkut karyawan).

− Manyamping (melewati semua fungsi atau bagian, yang mempersatukan sebuah organisasi menjadi satu tim) (Gregory, 2004:42)

Komunikasi membantu untuk menjelaskan lebih lanjut tujuan-tujuan strategis suatu organisasi karena organisasi memerlukan dukungan dari berbagai kelompok atau publik utama. Untuk itu, maka visi dan nilai-nilai yang dicanangkan eksekutif dan organisasi harus dikomunikasikan secara jelas. Hal


(51)

49

yang utama dari komunikasi tidak hanya menyampaikan pesan mengenai visi, tetapi juga membangkitkan keingintahuan atau paling tidak persetujuan terhadap tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi dirancang untuk mempengaruhi perilaku. Komunikasi yang baik akan membantu organisasi untuk meminimalkan ancaman dengan mengenali masalah dan konflik yang mungkin akan terjadi secara lebih awal. Misalnya dengan mengenali adanya peningkatan jumlah karyawan yang tidak puas dengan tindakan yang diusulkan perusahaan (Anne, 2001:9).

II.3 Manajemen Public Relations

Strategi suatu organisasi (yang menentukan arah jangka panjang serta lingkup kerja) ditentukan melalui proses analisi dan pengambilan keputusan yang mendalam. Banyak pihak yang telibat dalam proses ini baik yang berasala dari dalam organisasi maupun yang berasal dari luar organisasi. Setelah strategi ditetapkan, strategi itu perlu untuk dikomunikasikan sehingga dapat mendapat dukungan serta diimplementasikan dengan baik. PR memiliki peran yang penting dalam proses ini, baik dalam proses pengembangan strategi maupun dalam mengkomunikasikannya.

PR memiliki nilai lebih dari sekedar alat teknis yang digunakan untuk “mengkomunikasikan” informasi atau untuk menambah kilau terhadap informasi tersebut. PR adalah bagian integral dari proses pengembangan strategik yang didasarkan pada riset menyeluruh serta analisis yang objektif.

Praktisi PR adalah orang-orang yang sangat sibuk. Pertama mereka memiliki tanggung jawab operasional seperti yang lainnya yang juga bekerja di


(52)

50

suatu lingkungan yang penuh disiplin. Apabila mereka memegang peran dalam manajemen, mereka harus menangani penganggaran dan manusia, mengelola suatu departemen atu jasa konsultan yang efektif, mengontrol pemasok, memastikan standar kualitas penuh dan sebagainya. Sebetulnya semua keahlian yang menjadi persyaratan untuk seorang manajer juga menjadi persyaratan untuk praktisi PR. Deskripsi pekerjaan PR sangatlah kompleks, yaitu mengelola komunikasi antara organisasi dengan seluruh publiknya. Oleh karena itu, membutuhkan pendekatan yang sistematis dan efisien agar pekerjaan berhasil (Gregory, 2001:4-5)

Perencanaan strategis dalam PR melibatkan pembuatan keputusan tentang tujuan dan sasaran program, mengidentifikasikan publik kunci, menentukan kebijakan atau aturan untuk memadu pemilihan strategi. Harus ada kaitan erat antara tujuan program keseluruhan, sasaran yang ditentukan untuk masing-masing publik, dan strategi dipilih. Poin utama adalah bahwa strategi dipilih untuk mencapai hasil tertentu (sebagaimana dikatakan dalam tujuan dan sasaran).

Praktisi PR bekerja sama dengan manejer lain untuk mengembangkan rencana program strategis. Meskipun masing-masing program membutuhkan elemen induk, namun secara keseluruhan pendekatannya sama dari satu rencana ke rencana lain. Proses perencanaan dan pemrograman biasanya menggunakan langkah-langkah berikut:

a. Mendefinisikan peran misi. Menentukan sifat dan cakupan kerja yang akan dilakukan.

b. Menentukan area hasil utama. Menentukan dimana tempat menginvestasikan waktu, energi dan bakat.


(53)

51

c. Mengidentifikasikan dan menspesifikasi indikator efektivitas. Menentukan faktor yang dapat diukur sebagai dasar penentuan sasaran.

d. Memilih dan menentukan sasaran. Menentukan hasil yang akan dicapai. e. Menyiapkan rencana aksi. Menentukan hasil yang akan dicapai.

1. Pemrograman. Menentukan urutan tindakan dalam mencapai sasaran. 2. Penjadwalan. Menentukan waktu yang diperlukan untuk

langkah-langkah aksi dan sasaran.

3. Anggaran. Menentukan dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran.

4. Menetapkan akuntabilitas. Menetukan siapa yang akan mengawasi pencapaian sasaran dan langkah-langkah aksi.

5. Mereview dan merekonsiliasi. Mengetes dan merevisi rencana tentatif jika diperlukan sebelum melakukan aksi.

f. Menetapkan kontrol. Memastikan pencapaian sasaran secara efektif.

g. Berkomunikasi. Menentukan komunikasi organisasi yang diperlukan untuk mencapai pemahaman dan komitmen dalam enam langkah sebelumnya.

h. Implementasi. Memastikan kesepakatan diantara orang-orang penting tentang siapa dan apa yang dibutuhkan untuk upaya itu, pendekatan apa yang paling baik, siapa yang perlu dilibatkan, dan langkah aksi apa yang perlu diambil segera.


(54)

52

Misi dan tujuan organisasi secara keseluruhan adalah menjadi tanggung jawab PR untuk mencapainya. Kebanyakan organisasi punya tujuan dan sasaran tertulis baik jangka panjang maupun pendek. Tujuannya adalah untuk menyatakan secara ringkas alasan mengapa organisasi eksis. Pernyataan misi biasanya memberikan komitmen dan kewajiban warga dan tanggung jawab sosial. Pernyataan organisasi seringkali menyebutkan sikap organisasi dalam menghadapi karyawannya, anggotanya, kliennya, tetangganya dan donornya. Pernyataan itu mungkin menyatakan sikap organisasi terhadap regulasi pemerintah atau isu lingkungan, menjelaskan bagaimana ia mengukur kemajuan sendiri dan sebagainya. Ringkasnya, pernyataan misi adalah pernyataan idealistik dan inspirasional yang didesain untuk memberi kepada pihak-pihak dalam organisasi sebuah pemahaman tentang tujuan dan arah organisasi.

Pernyataan misi tanpa komitmen dan dukungan manajemen hanya akan menjadi pemanis bibir belaka. Tantangannya adalah menanamkan semacam sense of mission, standar nilai dan perilaku di seluruh organisasi. Setiap organisasi harus mendefenisikan misi masing-masing yang unik, menyesuaikan strategi dan nilainya dan menciptakan kulturnya sendiri.

Staff PR harus mengetahui apakah dokumen ini disimpan karena alasan kompetisi atau keamanan atau merupakan pernyataan terbuka tentang misi, standar perilaku atau tujuan spesifik. Dalam organisasi dimana tidak ada pernyataan semacam ini, staf PR harus mengajukan usul pernyataan misi.

Pernyataan misi tujuan organisasional, kewajiban organisasional, nilai organisasional dan tanggung jawab organisasi memberikan dua fungsi penting dalam PR; pertama, pernyataan itu mengikat seluruh anggota organisasi untuk


(55)

53

mengemban tanggungjawab, dan itu berarti visibilitas atau komunikasi. Kedua, sikap yang diekspresikan pernyataan misi itu menyediakan kerangka dimana PR dapat menentukan tujuan dan sasarannya sendiri, menyusun anggaran, mengarahkan bakat, menyusun program dan menilai dampaknya (Cutlip, 2006;356-357).

Dalam menyampaikan visi dan misi hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana visi dan misi itu dikemas untuk kemudian disampaikan. Setiap rencana atau kampanye PR membutuhkan sekumpulan pesan yang akan menjadi kekuatan utama dari komunikasi tersebut. Pesan harus disampaiakan dengan jelas, singkat dan mudah dipahami.

Pesan menjadi penting karena dua alasan utama. Pertama, pesan adalah bagian esensial dari proses pembentukan sikap. Jika publik memutar kembali pesan yang pertama kali diberikan oleh pemberi pesan, ini merupakan indikasi bahwa (a) pesan tersebut sudah diterima dan (b) pesan sudah dicerna dan telah digunakan. Mungkin ini merupakan bagian dari proses berfikir.

Alasan kedua adalah karena pesan menunjukkan komunikasi yang efektif. Pesan adalah bagian esensial dari proses evaluasi. Jika pesan yang terpisah digunakan oleh pers secara langsung atau jika pesan tersebut diulang dalam riset seperti survey sikap, ini menunjukkan bahwa pesan tersebut sudah terasimilasi. Langkah berikutnya adalah melihat apa tindakan yang dilakukan sebagai hasil dari komunikasi tersebut.

Pesan seringkali diremehkan, tetapi juga bersifat sangat penting dan tidak dapat dibuang begitu saja atau dielu-elukan. Pesan menjadi penghubung antara organisasi dan publiknya dalam komunikasi. Pesan adalah apa yang diberikan


(56)

54

oleh organisasi dan apa yang diterima oleh publik, begitu pula sebaliknya. Pesan dan bagaimana pesan tersebut disampaikan menjadi titik awal perubahan pemikiran sikap ataupun perilaku yang dikehendaki organisasi. Apabila tidak dikerjakan dengan baik, pesan dapat pula mengakhiri segalanya.

Ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam mengemas sebuah pesan untuk disampaikan, yaitu:

a. Format. Bagaimana pesan disampaikan. Apakah ada gambar-gambar visual yang dapat diasosiasikan dengan pesan tersebut? Kehati-hatian yang diberikan terhadap penyajian identitas sebuah perusahaan adalah contoh yang baik yang berkaitan dengan format ini. Kata-kata yang tepat, bahkan jenis huruf harus digunakan untuk menyampaikan kekuatan dari pesan. Pesan yang lugas dan melucu seringkali menggunakan jenis huruf yang terperinci sedangkan pesan yang serius manggunakan huruf seri serif.

b. Nuansa (tone). Pilihan bahasa juga sangat penting. Semua pesan harus memberikan perhatian khusus terhadap suasana hati yaitu suasana ataupun gaya yang ingin digambarkan. Suasana hati yang ingin ditunjukkan mungkin riang atau sendu. Nuansa harus dihubungkan dengan format secara seksama. c. Konteks. Konteks dari pesan juga sangat penting. Jika anda mengumumkan

hasil yang dicapai perusahaan pada saat pasar saham mengalami penurunan, kemungkinan besar kinerja perusahaan anda juga akan terpengaruh.

d. Waktu. Tidak ada gunanya menyebarkan informasi tentang tawaran spesial untuk hari Natal jika ternyata hari natal telah berlalu.


(57)

55 II.4 Visi dan Misi

II.4.1 Defenisi Visi dan Misi

a. Menurut Warren Bennis dan Michael Mische yang dikutip oleh Trigono, (1999:133) pada abad XXI melalui program penemuan dan rekayasa kembali organisasi: Visi merupakan artikulasi dari citra, nilai, arah dan tujuan aman yang memandu masa depan organisasi.

b. M. Fakri Gaffar (1995:22) yang dikutip oleh Dinding Nurdin (1998:16) : Visi sebagai daya pandang jauh ke depan, mendalam dan luas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dasyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat.

c. James Whittaker yang dikutip oleh Drs. Triguno, Dipl. EC. LLM (1999:32): Visi memberi arah yang harus ditempuh oleh organisasi dan mempunyai peran penting yang menunjukkan perubahan sepanjang waktu. Adapun pengertian misi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a. Amin Widjaja Tunggal (1994:27) : Misi perusahaan atau organisasi secara

luas merupakan pernyataan yang berkerangka luas, akan tetapi berdaya tahan dari maksud suatu perusahaan, singkatnya misi perusahaan mengembangkan produk perusahaan, pasar dan ruang lingkup teknologinya yang ditekankan, dan misi perusahaan melakukan sedemikian rupa, sehingga merefleksikan nilai prioritas–prioritas pengambil keputusan strategi perusahaan.

b. Barry Cushway dan Derek Lodge yang mengutip pendapat Peter Drucker dan telah dialihbahasakan oleh Sularno Tjiptowardoyo (1999:47) tentang misi: Suatu bisnis tidak ditentukan oleh nama, dasar hukum, atau undang–


(58)

56

undang pembentukannya. Bisnis ditentukan oleh misi bisnis. Hanya rumusan misi dan tujuan organisasi yang jelas yang akan memungkinkan adanya tujuan–tujuan bisnis yang jelas dan wajar.

c. Menurut Sondang Misi (1995:43) yang dikutip oleh Dinding Nurdin (1998:25) adalah: Maksud kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.

II.4.2 Manfaat Visi dan Misi

Suwarsono-Muhamad (1999:50) menyatakan manfaat dari adanya visi dan misi adalah:

1. Terjaminnya kesatuan dan kebulatan tujuan perusahaan. 2. Tersedianya dasar alokasi sumber daya dan dana.

3. Tersedianya dasar pengembangan iklim organisasi dan motivasi kerja. 4. Tersedianya dasar identifikasi dan evaluasi bagi karyawan.

5. Terfasilitasinya proses penterjemah tujuan ke dalam struktur organisasi.

6. Tersedianya dasar evaluasi kinerja karyawan. (Majalah Ilmiah Unikom, Vol.4, hlm. 49—56)

Untuk mendapatkan manfaat dari visi dan misi perlu diambil langkah-langka sosialisasi yang kemprehensif dan mantap sehingga visi dimaksud bukan hanya sekedar pernyataan kebijaksanaan oleh manajemen, melainkan menjadi “milik” setiap orang dalam organisasi. Jika proses sosialisasi berhasil, pada gilirannya akan timbul aktualisasi dan personalisasi. Yang dimaksud dengan aktualisasi adalah kesediaan para anggota organisasi untuk menerjemahkan visi


(59)

57

tersebut kedalam tindakan operasional sehari-hari yang secara bertahap mendekatkan organisasi pada “posisi” organisasi menurut visi yang telah ditetapkan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan personalisasi ialah bahwa setiap orang dalam organisasi menghayati dan menerima visi tersebut seolah-olah dia sendiri yang menentukannya dan bukan sekedar merupakan perintah yang datang dari eselon yang lebih tinggi dari hirearki organisasi (Siagian, 2002;4-5).

Visi perusahaan dapat memusatkan, mengarahkan manyatukan bahkan memberi inspirasi suatu bisnis untuk mencapai kinerja yang superior. Tugas perumus strategi adalah mengidentifikasi dan meramalkan visi dengan jelas (John Keane). Suatu bisnis tidak didefenisikan berdasarkan namanya, deklarasi, atau ayat pendirian perusahaan. Akan tetapi didefenisikan oleh misi bisnis. Hanya defenisi yang jelas dari misi dan tujuan organisasi yang mungkin yang akan membuat tujuan bisnis yang jelas dan objektif (Peter Drucker).

Adapun manfaat visi adalah ; a. Menciptakan minat yang sama

b. Menurunkan aktivitas keseharian yang monoton c. Memberi peluang dan tantangan.

Pernyataan misi yang efektif adalah pernyataan misi yang secara aktif membantu setiap orang dalam organisasi untuk bertindak sesuai nilai-nilai yang dinyatakan.dalam menyatakan nilai-nilai yang dipahami dan dianut setiap orang dalam organisasi dapat dipastikan bahwa setiap orang dalam organisasi:

a. Berusaha keras untuk mencapai tujuan yang sama b. Bekerja sesuai prinsip yang sama


(1)

143 IV.5 Uji Hipotesis

Tabel IV.37

Koefisien Korelasi Spearman Rho

Pernyataan Visi Misi

Produktivitas Kerja Spearman's rho Pernyataan Visi

Misi

Correlation

Coefficient 1.000 .612

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 31 31

Produktivitas Kerja Correlation

Coefficient .612

**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Uraian:

1. Pada perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman rho koefisien, diperoleh hasil .612 yang diartikan sebagai 0,612. Angka tersebut adalah angka koefisien korelasi. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara variabel x dengan variabel y karena terletak antara 0.41 – 0.70 pada skala Guilford. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pernyataan visi misi dan produktivitas kerja karyawan.

2. Korelasi antara pernyataan visi misi dan produktivitas kerja didapat angka +0,612 (tanda “+” disertakan karena tidak ada tanda “-“ pada output, jadi otomatis positif). Hal ini menunjukkan arah korelasi positif, artinya semakin tinggi pernyataan visi misi maka produktivitas kerjanya cenderung semakin tinggi.


(2)

144

3. Signifikansi atau nilai penerimaan hasil korelasi Spearman Rho dapat diuji dengan menyusun hipotesis sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel Dasar pengambilan keputusan signifikansi:

Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka H0 ditolak. Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka H0 diterima

Dari tabel diatas, diketahui bahwa r = 0,612 dan p= 0,000 < 0,01. Artinya Ho ditolak dan H1 diterima. jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pernyataan visi misi dan produktivitas kerja.

Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besar hubungan variabel X (Pernyataan visi misi) terhadap variabel Y (Produktivitas kerja), digunakan rumus:

Kp = (rs)² x 100% Kp = (0,612)² x 100% Kp = 0,374 x 100% Kp = 37,4%

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 37,4 dan terdapat 62,6%faktor-faktor lain yang tidak diukur pada penelitian ini.


(3)

145 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Mayoritas karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memiliki latar belakang pendidikan lulusan sarjana.

2. Mayoritas karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah mengetahui dan memahami visi misi perusahaan.

3. Pernyataan visi misi PT. PLN (Persero) dilakukan secara tertulis (brosur, majalah), lisan (rapat pengarahan, jamuan korporasi, seminar/lokakarya, ceramah/pidato) dan melalui media elektronik (website dan intranet).

4. Pernyataan visi misi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dilakukan cukup tinggi, hal ini terlihat dari intensitas karyawan mendengar dan membaca visi misi cukup tinggi.

5. Pernyataan visi misi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat dari pendapat sebagian besar karyawan yang menyatakan pernyataan visi misi dibaca dan didengar dengan jelas dan tepat dan dari segi penyajiannya (nuansa, konteks, waktu dan format) juga dianggap sudah jelas.

6. Terdapat hubungan yang cukup berarti, positif dan signifikan antara pernyataan visi misi terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Artinya pernyataan visi misi mempengaruhi produktivitas kerka karyawan dimana semakin tinggi


(4)

146

penyampaian visi dan misi PT. PLN (Persero) cenderung semakin tinggi pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

V.2 Saran

Berdasarkan penelitian dari jawaban kuesioner karyawan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah sebuah perusahaan besar yang memberikan pelayanan kepada publik dalam bidang energi listrik di wilayah Sumatera Utara. Oleh karena itu, karyawan harus senantiasa dimotivasi untuk bekerja dengan produktif untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satunya adalah dengan tetap mengkomunikasikan visi misi perusahaan untuk memahamkan para karyawan tentang arah dan tujuan perusahaan.

2. Melalui pemahaman visi dan misi akan menunjukan semakin meningkatnya produktivitas kerja, untuk itu penting bagi perusahaan terutama divisi komunikasi agar selalu memperhatikan para pegawai, serta hendaknya mengupayakan metode dan teknik yang lebih efektif untuk mengkomunikasikan visi misi perusahaan agar karyawan tetap bekerja kepada tujuan dan dengan motivasi yang tinggi.


(5)

147

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi. 2008. Perilaku

Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Beard, Mike. 2001. Manajemen Departemen Public Relations. Jakarta : Erlangga. Bungin, Burhan. 2001.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Airlangga

University Press.

_______________2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Rajawali Press.

Effendy,Onong Uchana.2003. Ilmu, Teori dan Filasafat Komunikasi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo. Perkasa.

Gregory, Anne. 2004. Public Relation dalam Praktik. Jakarta : Erlangga.

_____________2001. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Malayu. 2005. Organisasi dan Motivasi:Dasar Peningkatan

Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.

Iman, Indra dan Siswandi. Aplikasi Manajemen Perusahaan. Jakarta: Mitra. Wacana Media.

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Liliweri, Alo.2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju. Lubis, Suwardi. Sistem Komunikasi Indonesia. 2007. Medan: Bartong Jaya. Mantra, I.B, 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Pemyiaran. Jakarta: Kencana.

Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy, 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_______________2005. Human Communications. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari.1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

148

Sedarmayanti. 2004. Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung : Mandar Maju.

Sendjaja, Djuarsa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Siagian, Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sunarto.2005. Manajemen Karyawan. Yogyakarta: Amus.

Scott, Cutlip dan Broom. 2006. Effective Public Relations. Jakarta:Kencana. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Talbot, Marianne. 2005. Kiat Praktis Mewujudkan Pernyataan Misi Anda. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Usman, H. dan Akbar, P.S. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wursanto. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Yusuf, Pawit. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumber lain:

Profil Perusahaan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Martadiredja, T. Majalah Ilmiah Unikom. Diakses 17 Mei 2011 dari