Analisis Multivariat HASIL PENELITIAN

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen secara bersama-sama. Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik ganda yang bertujuan untuk mendapatkan model faktor risiko yang paling baik fit dan sederhana parsinomy yang menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Variabel yang menjadi kandidat model multivariat adalah variabel independen dengan nilai p0,25 dalam analisis bivariat. Variabel-variabel yang masuk ke dalam model multivariat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Variabel-Variabel Kandidat Model Multivariat Variabel p-Value Paritas 0,246 Umur 0,238 Pendidikan 0,001 Jarak Antar Kelahiran 0,500 Riwayat Persalinan Buruk Sebelumnya 0,010 Status Anemia 0,001 Ket : = Kandidat Model Multivariat Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa dari hasil analisis bivariat maka variabel dengan nilai p-Value0,25 yang masuk ke dalam model multivariat yaitu paritas, umur, pendidikan, riwayat persalinan buruk sebelumnya dan status anemia. Kemudian dilakukan analisis regresi logistik ganda dengan metode backward, yaitu memasukkan semua variabel independen ke dalam model, tetapi kemudian satu per satu variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang dapat masuk dalam model regresi Universitas Sumatera Utara logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p-Value0,05 pada uji Wald. Hasil analisis regresi logistik ganda dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Variabel B ExpB SE p-Wald 95 CI Paritas 0,919 2,506 0,790 0,245 0,53;11,78 Umur -1,194 0,303 0,809 0,140 0,06;1,48 Pendidikan 1,648 5,194 0,661 0,013 1,42;18,96 Riwayat Persalinan Buruk Sebelumnya 0,862 2,369 0,570 0,130 0,78;7,24 Status Anemia 1,908 6,743 0,660 0,004 1,85;24,60 Constant -2,110 0,675 0,002 -2 Log Likelihood=84,089 Likelihood Ratio=29,588 p-Value=0,001 Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat signifikansi log likelihood 0,001 α0,05 mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Berdasarkan uji Wald maka variabel yang masuk ke dalam model regresi logistik adalah pendidikan dan status anemia. Walaupun tidak bermakna, variabel paritas tetap dimasukkan ke dalam model karena merupakan variabel utama sebagai faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum primer. Kemudian dilakukan analisis regresi logistik ganda kembali sampai menghasilkan variabel-variabel penting dalam model regresi logistik ganda yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Variabel-Variabel Penting Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Variabel B ExpB SE p-Wald 95 CI Paritas 0,117 1,124 0,551 0,832 0,38;3,31 Pendidikan 1,767 5,850 0,637 0,006 1,68;20,38 Status Anemia 2,056 7,812 0,657 0,002 2,16;28,29 Constant -2,062 0,650 0,002 -2 Log Likelihood=89,337 Likelihood Ratio=24,339 p-Value=0,001 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat signifikansi log likelihood 0,001 α0,05 mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Berdasarkan uji Wald maka variabel-variabel penting yang masuk dalam model regresi logistik ganda adalah pendidikan dan status anemia. Walaupun tidak bermakna, variabel paritas tetap dimasukkan ke dalam model karena merupakan variabel utama sebagai faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum primer. Kemudian dilakukan uji kolinearitas untuk mengetahui adanya hubungan yang kuat antar variabel independen dengan melihat nilai p pada uji Chi Square. Bila nilai p0,05, maka terjadi kolinearitas sehingga variabel tidak dapat bersama dalam satu model. Tabel 4.7 Uji Kolinearitas Variabel Independen Paritas Pendidikan Status Anemia Paritas Pendidikan 0,033 Status Anemia 0,832 0,140 Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat gejala kolinearitas antara paritas dengan pendidikan p=0,033 α=0,05 sehingga tidak dapat bersama dalam satu model multivariat. Maka alternatif model yaitu : 1. Log p PPP = fparitas, status anemia 2. Log p PPP = fpendidikan, status anemia Kemudian dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya interaksi antar variabel utama dengan variabel pengganggu, yaitu dengan memeriksa kemaknaan hubungan antara variabel interaksi dengan variabel dependen. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Pemeriksaan Interaksi terhadap Variabel Dependen Variabel B ExpB SE p-Wald 95 CI Paritas 2,128 8,400 1,267 0,093 0,70;100,57 Status Anemia 3,135 23,000 1,089 0,004 2,72;194,42 ParitasStatus Anemia -2,065 0,127 1,384 0,136 0,01;1,91 Constant -2,639 1,035 0,011 -2 Log Likelihood=95,856 Likelihood Ratio=17,820 p-Value=0,001 Berdasarkan Tabel 4.8 di atas terlihat signifikansi log likelihood 0,001 α0,05 mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Interaksi paritas dengan status anemia memiliki p-Wald =0,136 α=0,05, sehingga variabel interaksi tersebut dikeluarkan dari model. Dengan demikian model akhir regresi logistik ganda adalah model tanpa interaksi yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9 Model Akhir Regresi Logistik Ganda Variabel B ExpB SE p-Wald 95 CI Paritas 0,460 1,585 0,508 0,365 0,58;4,29 Status Anemia 2,089 8,077 0,616 0,001 2,41;27,02 Constant -1,734 0,591 0,003 -2 Log Likelihood=98,359 Likelihood Ratio=15,317 p-Value=0,001 Berdasarkan Tabel 4.11 di atas terlihat signifikansi log likelihood 0,001 α0,05 mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Maka model akhir regresi logistik ganda terdiri dari paritas dan status anemia. Kemudian dilakukan pemeriksaan confounding yaitu mengevaluasi variabel status anemia yang diduga sebagai variabel confounder dengan membandingkan koefisien atau OR variabel paritas pada model regresi logistik dengan atau tanpa variabel status anemia. Jika perbedaan koefisien tersebut besar 10 berarti variabel tersebut merupakan konfounder untuk variabel paritas. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Pemeriksaan Confounding Persamaan ExpB 95 CI ∆Exp B PPP = -0,154 + 1,526 Paritas 1,526 0,62;3,77 PPP = -1,734 + 1,585 Paritas + 8,077 Status Anemia 1,585 0,58;4,29 3,87 Berdasarkan Tabel 4.10 perbedaan OR variabel paritas pada model regresi logistik dengan atau tanpa variabel status anemia sebesar 3,87 10, maka variabel status anemia bukan merupakan variabel confounder. Walaupun variabel status anemia bukan merupakan confounder tetapi tetap dimasukkan ke dalam model regresi logistik ganda karena secara substansi ilmu status anemia memengaruhi perdarahan postpartum primer, sehingga model akhir regresi logistik ganda dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Model Akhir Regresi Logistik Ganda Pengaruh Faktor Paritas terhadap Perdarahan Postpartum Primer di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 – 2010 Variabel B ExpB SE p-Wald 95 CI Paritas 0,460 1,585 0,508 0,365 0,58;4,29 Status Anemia 2,089 8,077 0,616 0,001 2,41;27,02 Constant -1,734 0,591 0,003 -2 Log Likelihood=98,359 Likelihood Ratio=15,317 p-Value=0,001 Berdasarkan Tabel 4.11 di atas terlihat signifikansi log likelihood 0,001 α0,05 mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Persamaan model regresi logistik di atas adalah : Log p PPP = -1,734 + 0,460Paritas + 2,089Status Anemia Jadi, meskipun tidak bermakna secara statistik risiko perdarahan postpartum primer 2 kali lebih besar pada ibu yang memiliki paritas 3 dibandingkan dengan ibu Universitas Sumatera Utara yang memiliki paritas 2-3 setelah dikontrol status anemia OR=1,59 ; 95 CI 0,58;4,29. Probabilitas risiko individu untuk mengalami perdarahan postpartum primer berdasarkan nilai-nilai prediktor dihitung dengan persamaan : Maka probabilitas terjadinya perdarahan postpartum primer jika ibu memiliki paritas 3 dan mengalami anemia adalah : Artinya, risiko perdarahan postpartum primer pada ibu yang memiliki paritas 3 dan mengalami anemia sebesar 69. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN