retrovaginal keluarnya gas dan tinja dari vagina dan kanker leher rahim. T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin
terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklampsia, eklampsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR
dan cacat bawaan Suryani, 2008. Menurut penelitian Pardosi 2005, bahwa pada tingkat kepercayaan 95 ibu
yang berumur di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berumur 20 sampai
29 tahun. Selain itu penelitian Najah 2004 menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 umur ibu di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun bermakna sebagai
faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum.
2.4.2 Pendidikan
Menurut Depkes RI 2002, pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah. Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan praktik untuk memelihara mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau
tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran Notoatmodjo, 2003.
Wanita dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga Berencana KB, dan
mencari pelayanan antenatal dan persalinan. Selain itu, mereka juga tidak akan mencari pertolongan dukun bila hamil atau bersalin dan juga dapat memilih makanan
yang bergizi. Menurut Thadeus dan Maine 1990 yang dikutip dari Suryani 2008, dari
beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan pelayanan obstetri dan tingkat
pendidikan ibu.
2.4.3 Paritas
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum primer. Pada paritas yang rendah paritas 1 dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan semakin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan paritas lebih dari 3 maka uterus semakin lemah sehingga besar risiko komplikasi kehamilan Manuaba, 1998.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan
paritas tinggi lebih dari tiga mempunyai angka kejadian perdarahan pascapersalinan lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas
Universitas Sumatera Utara
1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan Wiknjosastro, 2005. Menurut penelitian Herianto 2003 bahwa paritas lebih dari 3 bermakna
sebagai faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum primer OR=2,87; 95 CI 1,23;6,73. Penelitian Miswarti 2007 menyatakan proporsi ibu yang
mengalami perdarahan postpartum primer dengan paritas 1 sebesar 12, paritas 2-3 sebesar 40 dan paritas lebih dari 3 sebesar 48, serta terdapat hubungan yang
signifikan antara paritas dengan perdarahan postpartum primer. Demikian juga dengan penelitian Milaraswati 2008 menyatakan bahwa proporsi ibu yang
mengalami perdarahan postpartum primer dengan paritas 4 yaitu 69 dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan
postpartum primer.
2.4.4 Jarak Antar Kelahiran