Teori Kesejahteraan TINJAUAN PUSTAKA

terlalu skeptis terhadap perubahan baru yang berada di sekitarnya, dan bahkan biasanya selalu berpandangan positif terhadap adanya perubahan Soekartawi ,1988. Pengalaman beternak juga mempengaruhi persepsi mereka terhadap inovasi. Peternak yang berpengalaman akan lebih mudah diberi pengertian, artinya lebih cepat dalam menerima introduksi baru yang yang diberikan. Hubungan dengan individu lain, dan lembaga terkait, akan memberikan persepsi yang lebih baik terhadap inovasi, karena berkunjung atau berkonsultasi dengan sesama peternak, penyuluh, atau lembaga terkait akan menambah wawasan dan tingkat pengetahuannya. Wawasan dan tingkat pengetahuan yang diperoleh peternak menjadi pendorong baginya untuk mempersepsikan inovasi dengan lebih baik Soekartawi, 1988. Berdasarkan ciri-ciri sosial ekonomi, karakteristik pengadopsi cepat ditandai oleh tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Pengadopsi cepat mempunyai tingkat mobilitas sosial yang besar. Kekayaan dan keinovatifan muncul berjalan seiring, karena keuntungan yang besar diperoleh orang yang mempersepsi- kan inovasi dengan sangat baik dan mengadopsi pertama golongan innovator.

2.5. Teori Kesejahteraan

Sejak tahun 1970 pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Sejak tahun tersebut muncul pandangan baru yaitu tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi tidak lagi menciptakan tingkat pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya, melainkan penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan Universitas Sumatera Utara ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang Todaro 2004: 21. Sesuai dengan tujuan pembangunan tersebut pembangunan suatu negara boleh dikatakan tidak berhasil apabila tidak dapat mengurangi kemiskinan, memperkecil ketimpangan pendapatan serta menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi penduduknya. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan tidak cukup hanya menggunakan tolok ukur ekonomi saja melainkan juga harus didukung oleh indikator-indikator sosial non ekonomi, antara lain seperti tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, kondisi-kondisi dan kualitas pelayanan kesehatan, kecukupan akan kebutuhan perumahan . Selanjutnya Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok, yaitu : 1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya basic needs, 2. Meningkatnya rasa harga diri self-esteem masyarakat sebagai manusia, dan 3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih freedom from servitude. Sementara itu Swasono 2004 a.: 13 dalam bukunya berjudul Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan mengatakan Pembangunan ekonomi berdasarkan Demokrasi Ekonomi adalah pembangunan yang partisipatori dan sekaligus emansipatori. Ia mengatakan bahwa pembangunan ekonomi bukan saja berarti kenaikan pendapatan, tetapi juga kenaikan pemilikan entitlement. Pembangunan ekonomi bukan hanya koelie yang naik upah gajinya, tetapi adalah meningkat meluasnya pemartabatan, peningkatan nilai tambah ekonomi dan sekaligus nilai tambah sosial-kultural, sang Universitas Sumatera Utara koelie menjadi mitra usaha dalam sistem triple co, yaitu co-owwnership ikut memiliki, codetermination ikut menggariskan wisdom dan co-responsibility ikut bertanggungjawab Tujuan setiap pembangunan pada dasarnya adalah untuk mensejahterakan masyarakat. Konsep kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari jumlah pendapatan atau materi yang diterima saja, tetapi juga peranan yang dapat diambil dalam kehidupan sosial, dan peranan ikut serta dalam mengambil keputusan dan mengembangkan ide-ide. Sebagaimana yang diungkapkan Amartya Sen 2001, bahwa konsep kemiskinan bukan karena kurangnya kebutuhan materi, tetapi karena kurangnya kesempatan akses atau kemampuan untuk mengambil bagian dalam kehidupan social. Hal ini sering dikaitkan dengan partisipasi dan pemberdayaan. Sen, 2002: 8 mengatakan bahwa welfare economics merupakan suatu proses rasional ke arah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk memperoleh kemajuan. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat kehidupan levels of living, pemenuhan kebutuhan pokok basic needs fulfillment, kualitas hidup quality of life dan pembangunan manusia human development. Selanjutnya Sen, A. 1992: 39-45 lebih memilih capability approach didalam menentukan standard hidup. Sen mengatakan: the freedom or ability to achieve desirable “functionings” is more importance than actual outcomes. Persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat, Universitas Sumatera Utara namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar Negara. Oleh karena itu Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI Indeks Pembangunan Manusia didasarkan atas empat indicator yaitu angka harapan hidup, angka melek hidup, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup menggambarkan dimensi umur panjang yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan bidang pendidikan dan kemampuan daya beli yang dilihat dari besarnya rata-rata pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan Sumodiningrat, G. 2009 : 80 Disamping IPM, paradigma pembangunan yang saat ini harus diperhitungkan adalah keberlanjutan dari pembangunan tersebut. Perspektif pembangunan berkelanjutan menjadi penting dimana kecenderungan sumberdaya yang semakin terbatas dan semakin tereksploitasi. Dengan demikian pembangunan tidak saja dipahami sebagai pembangunan ekonomi, tetapi sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral dan spiritual. Secara harfiah, pembangunan berkelanjutan mengacu pada upaya memeliharamempertahankan kegiatan membangun secara terus menerus. Pembangunan selalu memiliki implikasi ekonomi serta memiliki dimensi social dan politik. Pembangunan dapat dikatakan sebagi vector dari tujuan social suatu Universitas Sumatera Utara masyarakat, dimana tujuan tersebut merupakan atribut yang ingin di capai dan dimaksimalkan oleh masyarakat tersebut. Atribut tersebut mencakup kenaikan pendapatan per kapita, perbaikan gizi dan kesehatan, pendidikan, akses kepada sumberdaya, distribusi pendapatan yang merata dan sebagainya. Sehingga konsep berkelanjutan dapat diartikan sebagai persyaratan umum dimana karakter vector pembangunan tadi tidak berkurang sejalan dengan waktu Pearce et al., 1992. Selanjutnya Clark, 1989 menyatakan bahwa berkelanjutan berarti keseimbangan yang dinamis yang memiliki dua arti yaitu : pertama, keseimbangan sistem yang mengalami perubahan, dimana parameter perubahan dalam keseimbangan tersebut bersifat konstan; yang kedua, keseimbangan suatu sistem yang setiap parameternya mengalami perubahan, sehingga setiap perubahan misalnya dalam populasi dakan memicu restorasi nilai populasi awal. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN