Regenerasi Pendiri Babussalam Soegeng Parmono S.E, M.Si

untuk masuk Islam. Menilai pemberian bintang itu sindiran, ia meminta pengikutnya untuk lebih giat lagi. Bintang kehormatan itu pun kemudian diserahkan kepada Sultan Langkat. Kendati dikenal sebagai pemuka agama, tak berarti Tuan Guru tak memiliki kepedulian pada politik. Ia mengutus anaknya untuk menemui HOS Cokroaminoto pada 1913. Tujuannya untuk membicarakan pembukaan cabang Sarekat Islam di Babussalam. Tak lama kemudian, SI pun berdiri di kampung yang dipimpinnya. Tuan Guru wafat di usia 115, pada 21 Jumadil Awal 1345 H 27 Desember 1926, meninggalkan 27 istri, 26 anak, dan puluhan cucu. Hingga kini, setiap peringatan hari wafat haul, dirayakan besar- besaran. Ratusan pengikutnya yang memegang tarekat Naqsyahbandiah dari berbagai kota di Sumatera hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand.

4.2 Regenerasi Pendiri Babussalam

Nama lengkap Syekh Abdul Wahab Rokan adalah Syekh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi an- Naqsyabandi, terkenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam Besilam , Faqih Muhammad gelarnya, dan Abu Qosim demikian nama kecilnya. Beliau dilahirkan pada tanggal 19 Rabi ul Akhir 1230 H. bertepatan dengan 28 September 1811 M. di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Sumatera Timur, Sekarang Propinsi Riau. Dan wafat pada tanggal 21 Jumadil awal 1345 H. bertepatan dengan 27 desember 1926 M. di Babussalam, Tanjungpura, Sumatera Timur Sekarang Sumatera Utara Menurut silsilah urutan pengambilan tarikat naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab Rokan adalah keturunan ke-32 dari Rasulullah Saw. Adapun silsilah tarekat yang dianut oleh Syekh Abdul Wahab Rokan ini, dapat dilihat pada bait-bait sya ir beliau. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, keturunan dari raja-raja Siak. Sedangkan ibunya bernama Arba iah binti Datuk Dagi binti Tengku Universitas Sumatera Utara Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim mempunyai pertalian darah dengan Sultan Langkat. Beliau mempunyai 27 orang istri dan keturunannya sudah sangat banyak hingga saat ini. Salah satu kekhasan Syekh Abdul Wahab dibanding dengan sufi-sufi lainnya adalah bahwa ia telah meninggalkan lokasi perkampungan bagi anak cucu dan murid-muridnya. Daerah yang bernama Babussalam ini di bangun pada 12 Syawal 1300 H 1883 M yang merupakan wakaf muridnya sendiri Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja Langkat pada masa itu. Setelah Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan wafat, kedudukan mursyid dan nadzir Babussalam dipercayakan kepada putra-putra beliau. Mereka yang pernah memangku jabatan sebagai Tuan Guru Babussalam dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Syekh Abdul Wahab Rokan al-khalidi al-Naqsyabandi, Tuan Guru I 2. Syekh Haji Yahya Afandi anak, Tuan Guru II 3. Syekh Haji Abdul Manaf cucu, Tuan Guru III 4. Syekh Haji Abdul Jabbar anak, Tuan Guru IV 5. Syekh Haji Muhammad Daud anak, Tuan Guru V 6. Syekh Haji Faqih Yazid Faqih Tambah anak, Tuan Guru VI 7. Syekh Haji Muim al-Wahhab anak, Tuan Guru VII 8. Syekh Haji Madyan al-Wahhab anak, Tuan Guru VIII 9. Syekh Haji Anas Mudawwar cucu, Tuan Guru IX 10. Syekh Haji Hasyim al-Syarwani cucu, Tuan Guru X . Pengganti Syekh Abdul Wahab Rokan yang pertama sebagai Tuan Guru Babussalam adalah putranya yang tertua, Syekh H. Yahya Afandi. Kedudukannya sebagai mursyid dan nâzdir Babussalam berusia pendek, memangku jabatan ini selama 4 tahun wafat 1929 M. dalam usia 56 tahun. Kemudian ia digantikan oleh putranya sendiri, Abdul Manaf, yang juga masa kepemimpinannya relatif singkat. Universitas Sumatera Utara Pada gilirannya ia digantikan oleh seorang khalifah tertua yang bernama Muhammad sa id, yang telah diangkatnya terlebih dahulu untuk menggantikannya bila ia telah tiada. Abdul manaf meninggal dunia di tanah suci Mekkah ketika melaksanakan ibadah haji dan dimakamkan di sana. Syekh H. Abdul Jabbar merupakan penerus selanjutnya, ia dipilih menjadi mursyid oleh suatu pertemuan semua khalifah yang hadir di Babussalam. Ia wafat pada 19 Jumadil Akhir 1361 H. setelah memangku jabatan mursyid dan nâzdir selama 6 tahun. Inilah pergantian kepemimpinan yang terakhir yang tampaknya berjalan tanpa persaingan. Pergantian-pergantian kepemimpinan berikutnya diwarnai persaingan di dalam keluarga berjalan seiring dengan pertikaian politik, karena berbagai kelompok berusaha mengendalikan Babussalam dan menjadikan wibawa nama besarnya itu sebagai asset politik. Ketika Syekh Abdul Jabbar wafat 1943 M. wakilnya yang juga saudaranya, Syekh Muhammad Daud, menggantikannya sebagai pemimpin Babussalam. Pada waktu terjadi aksi meliter Belanda yang pertama 1947 M. setelah kekalahan Jepang, Syekh Muhammad Daud meninggalkan Babussalam dan kembali lagi pada tahun 1951 M. Sementara itu khalifah yang lain yang juga saudaranya, Syekh Faqih Tambah Yazid, telah mengambil kedudukan tertinggi di Babussalam. Kedudukannya sebagai mursyid dan nâdzir pada waktu itu dikukuhkan oleh sebagaian besar khalifah, dan ahli-ahli tarekat pada 1952 M. Syekh Muhammad Daud, tetap mengangap dirinya sebagai pemimpin yang sah, sementara Faqih Tambah menyatakan dirinya juga sah dan tidak sudi melepaskan kedudukannya kepada Syekh Muhammad Daud ketika ia kembali lagi ke Babussalam. Sejak saat itu terjadilah konflik yang berkepanjangan yang belum ada penyelesaiannya sampai saat sekarang ini. Konflik ini telah menjadikan Babussalam terpecah menjadi dua, pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Syekh Muhammad Daud yang sah menjadi mursyid dan nâzdir Babussalam, dan yang lain menyatakan bahwa Faqih Tambahlah yang sah memangku jabatan tersebut. Pada akhirnya Universitas Sumatera Utara Syekh Muahammad Daud mendirikan rumah suluk-nya sendiri, yang letaknya tidak beberapa jauh dari rumah suluk yang dipimpim oleh saudaranya Syekh Faqih Tambah. Usaha untuk menengahi polemik yang terjadi di antara keduanya, baik dari kalangan keluarga, organisasi Islam maupun dari kalangan pejabat pemerintah tetap tidak membuahkan hasil. Hingga keduanya di panggil kehadhirat Allah Swt. masing-masing tahun 1971-1972 M. keduanya tetap bertindak sebagai mursyid dan nâzdir di Babussalam. Sepeninggal keduanya, terpilihlah putra Syekh Abdul Wahab Rokan yang lain, Syekh Mu im al- Wahhab. Pelantikan Syekh Mu im sebagai mursyid dan nâzdir, pimpinan tertinggi Tuan Guru Babussalam VII, di hadiri oleh ribuan umat Islam yang datang dari dalam maupun luar negeri. Ia memangku jabatan tersebut lebih kurang 9 tahun 1972-1981 M. Selanjutnya ia di gantikan oleh putra terakhir Syekh Abdul Wahab Rokan, Syekh Madyan al-Wahhab. Walaupun demikian, Babussalam tetap terpecah dua. Rumah sulûk peninggalan Syekh Muahammad Daud, terus di kelola oleh putranya Syekh Haji Tajuddin. Dua orang cucu terkemuka Syekh Abdul Wahab Rokan, Syekh Faqih Shaufi bin Syekh Haji Bakri dan Syekh Anas Mudawwar bin Syekh Muhammad Daud, merupakan dua calon terkuat dan di pandang layak untuk memimpin Babussalam sepeninggal Syekh Madyan al-Wahhab. Pemilihan ini tidak hanya melibatkan kalangan keluarga dan khalifah, tetapi juga melibatkan pejabat pemerintah. Dukungan politik yang diberikan oleh pemerintah kepada Syekh Anas Mudawwar merupakan faktor terkuat terpilihnya ia sebagai pimpinan tertinggi di Babussalam. Keluarga besar Babussalam kembali disibukkan dengan pemilihan calon pemimpin baru sepeninggal Syekh Anas Mudawwar 1997 M.. Masing-masing Bani mengirim utusannya calon yang di pandang layak dalam pemilihan tersebut. H. Ahmad Fuad Said bin Syekh Faqih Tuah dan H. Hasyim al-Syarwani bin Syekh Mu im al-Wahhab merupakan dua calon terkuat yang di pandang memenuhi Universitas Sumatera Utara syarat menjadi pemimpin Babussalam pada saat itu. Pada akhirnya H. Hasyim al-Syarwani terpilih menjadi mursyid dan nâzdir Babussalam menggantikan Syekh H. Anas Mudawwar setelah sebelumnya H. Ahmad Fuad Said mengundurkan diri dalam pencalonan tersebut

4.3 Aktivitas Wisatawan Selama Berada di Babussalam