Umum Sifat Beton TINJAUAN PUSTAKA

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Umum

Beton merupakan bahan yang getas dimana beton sangat baik dalam menahan tekan, namun kurang efektif dalam tarik. Reinforcement perkuatan dengan besi berfungsi untuk menyerap daya tarik ini sehingga retak yang tidak dapat dihindari oleh beton mutu tinggi tidak melemahkan struktur. Beton dengan perkuatan fiber didefinisikan sebagai beton yang terdiri dari semen, agregat kasar, halus serta air dan fiber yang berbentuk seperti serabut. Fungsi dari pemakaian fiber ini adalah untuk meningkatkan kuat tarik dengan memperlambat pertumbuhan retak, dan untuk meningkatkan ketahanan dengan menyalurkan tegangan antar penampang retak sehingga pertambahan deformasi dapat meningkat seiring tegangan puncak dibandingkan tanpa penggunaan fiber. II.2. Bahan II.2.1. Semen Portland Semen Portland merupakan semen hidrolis yang tersusun oleh kalsium silikat hidrolis. Semen hidrolis menyatu dan mengeras secara reaksi kimia dengan air. Dalam reaksinya dengan air, yang disebut hidrasi, semen menyatu dengan air membentuk gumpalan menyerupai batu.

II.2.1.1. Tipe Semen Portland

Tipe semen Portland yang berbeda diproduksi agar kebutuhan akan keadaan fisik dan kimia yang berbeda-beda dapat terpenuhi. Secara umum, semen Portland yang ada diproduksi ada 5, antara lain : a. Tipe I Ordinary Portland Cement 6 Semen Portland Tipe I merupakan semen yang umum digunakan untuk berbagai pekerjaan konstruksi yang mana tidak terkena efek sulfat pada tanah atau berada di bawah air. b. Tipe II Modified Cement Semen Portland Tipe II merupakan semen dengan panas hidrasi sedang atau di bawah semen Portland Tipe I serta tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca dengan suhu yang cukup tinggi serta pada struktur drainase. c. Tipe III Rapid-Hardening Portland Cement Semen Portland Tipe III memberikan kuat tekan awal yang tinggi. Penggunaan Tipe III ini jika cetakan akan segera dibuka untuk penggunaan berikutnya atau kekuatan yang diperlukan untuk konstruksi lebih lanjut. Semen Tipe III ini hendaknya tidak digunakan untuk konstruksi beton missal atau dalam skala besar karena tingginya panas yang dihasilkan dari reaksi beton tersebut. d. Tipe IV Low-Heat Portland Cement Semen Portland Tipe IV digunakan jika pada kondisi panas yang dihasilkan dari reaksi beton harus diminimalisasi. Namun peningkatan kekuatan lebih lama dibandingkan semen tipe lainnya tetapi tidak mempengaruhi kuat akhir. e. Tipe V Sulphate-Resisting Cement Semen Portland Tipe V digunakan hanya pada beton yang berhubungan langsung dengan sulfat, biasanya pada tanah atau air tanah yang memiliki kadar sulfat yang cukup tinggi.

II.2.1.2. Sifat Semen Portland

Spesifikasi Portland semen umumnya menempatkan batas pada komposisi kimia dan sifat fisiknya. Pengertian yang signifikan dari sifat fisik semen sangat membantu dalam hal mengaplikasikan hasil dari uji semen. Berikut adalah sifat dari semen Portland : a. Kehalusan Fineness Kehalusan semen mempengaruhi panas yang dihasilkan dan besarnya hidrasi. Nilai kehalusan yang tinggi akan meningkatkan hidrasi semen dan meningkatkan pertumbuhan kuat tekan. 7 b. Kekuatan Soundness Kekuatan ini berdasarkan pada kemampuan pasta untuk mengeras serta mempertahankan volumenya setelah pengikatan. c. Konsistensi Consistency Konsistensi didasarkan pada gerakan relatif pada semen pasta segar atau mortar atau kemampuannya untuk mengalir. d. Waktu Pengikatan Setting Time Waktu pengikatan diindikasikan dengan pasta yang sedang menimbulkan reaksi hidrasi yang normal. e. Salah Pengikatan False Set Salah Pengikatan adalah bukti dari hilangnya plastisitas tanpa berkembangnya panas setelah pencampuran. f. Kuat Tekan Compressive Strength Kuat tekan didukung oleh tipe semen, komposisi bahan dan kehalusan semen. g. Panas Hidrasi Heat of Hydration Panas Hidrasi adalah panas yang ditimbulkan ketika semen dan air bereaksi. Panas yang dihasilkan bergantung pada komposisi kimia dari semen tersebut. h. Kehilangan Pembakaran Loss on Ignition Kehilangan Pembakaran diindikasikan sebelum hidrasi dan karbonasi, yang diakibatkan penyimpanan yang tidak sesuai.

II.2.1.3. Kandungan Semen Portland

Telah kita ketahui bahwa senyawa mentah yang digunakan untuk memproduksi semen Portland adalah kapur, silika, alumina dan oksida besi. Kandungan ini berinteraksi satu dengan lainnya membentuk suatu material kompleks. Tabel 2.1. Senyawa Utama Semen Portland Nama Senyawa Komposisi Oksida Singkatan Trikalsium silikat 3CaO.SiO 2 C 3 S Dikalsium Silikat 2CaO.SiO 2 C 2 S 8 Trikalsium aluminat 3CaO.Al 2 O 3 C 3 A Tetrakalsium aluminoferit 4CaO.Al 2 O 3 .Fe 2 O 3 C 4 AF Perhitungan komposisi pada semen Portland berdasarkan hasil yang diperoleh R. H. Bogue dan lainnya, dan sering disebut ‘Komposisi Bogue’. C 3 S = 4.07 CaO – 7.60 SiO 2 – 6.72 Al 2 O 3 – 1.43 Fe 2 O 3 – 2.85 SO 3 C 2 S = 2.87 SiO 2 – 0.754 3CaO.SiO 2 C 3 A = 2.65 Al 2 O 3 – 1.69 Fe 2 O 3 C 4 AF = 3.04 Fe 2 O 3 Tabel 2.2. Perkiraan Batas Komposisi Semen Portland Oksida Isi CaO 60 - 67 SiO 2 17 - 25 Al 2 O 3 3 - 8 Fe 2 O 3 0.5 - 6.0 MgO 0.1 - 4.0 Alkalis 0.2 - 1.3 SO 3 1 - 3

II.2.2. Agregat

Penggunaan jenis dan kualitas agregat yang tepat tidak dapat dihindari karena agregat kasar dan halus umumnya menguasai 60 hingga 75 dari volume beton 70 hingga 85 dari berat dan secara langsung campuran beton yang baik dan sifat kekuatan, komposisi campuran, dan ekonomis. 9 Agregat harus memenuhi standar untuk penggunaan secara teknik : agregat harus bersih, keras, kuat, partikel yang bebas dari penyerapan kimia, lapisan lumpur, dan material halus lainnya dalam batas wajar yang dapat mempengaruhi hidrasi dan pengikatan semen pasta.

II.2.2.1. Karakteristik Agregat

a. Gradasi Grading Gradasi adalah distribusi ukuran partikel dari agregat yang ditentukan dari analisis ayakan. Ukuran partikel agragat ditentukan dengan kawat jaring dengan bukaan persegi. Gradasi dan ukuran maksimum agregat mempengaruhi proporsi agregat seperti penggunaan semen dan air, kelecakan, ekonomis, penyerapan, susut, dan ketahanan beton. b. Gradasi Agregat Halus Fine-Aggregate Grading Agregat halus adalah agregat yang lolos ayakan No.4 4.75 mm. Agregat yang mana melewati ayakan No.50 300μ m dan No.100 150μ m mempengaruhi kelecakan serta tekstur permukaan. c. Gradasi Agregat Kasar Coarse-Aggregate Grading Agregat kasar adalah agregat yang lebih besar dari ayakan No.4 4.75 mm. Ukuran maksimum agregat kasar pada beton mempengaruhi keekonomisannya. Biasanya air dan semen dibutuhkan lebih banyak untuk agregat dengan ukuran lebih kecil. d. Bentuk Partikel dan Tekstur Permukaan Particle Shape and Surface Texture Bentuk partikel dan tekstur permukaan dari agregat mempengaruhi sifat dari campuran beton segar daripada sifat dari beton keras. Permukaan kasar, bersudut, memanjang memerlukan air yang lebih banyak untuk meningkatkan kelecakan beton daripada yang mulus, bulat, dan padat. e. Berat Jenis Specific Gravity Berat jenis agregat adalah perbandingan berat agregat terhadap berat dari volume air yang sama. Berat jenis agregat pada umumnya berkisar antara 2.4-2.9.

II.2.3. Air

10 Ketika kita mempertimbangkan kekuatan dari beton, factor yang mempengaruhi adalah banyaknya air pada campuran beton. Kualitas air juga penting karena ketidakmurnian air dapat mempengaruhi waktu pengikatan semen, yang secara langsung mempengaruhi kekuatan beton atau timbul bercak pada permukaannya, dan juga dapat menimbulkan korosi pada tulangan besi.

II.2.4. Fiber

Fiber untuk campuran beton dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : 1. Fiber metal, misalnya serat besi dan serat strainless stell. 2. Fiber polymeric, misalnya serat polypropylene dan serat nylon. 3. Fiber mineral, misalnya fiberglass. 4. Fiber alam, misalnya serabut kelapa dan serabut nenas. Fiber polypropylene merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C 3 H 6 yang berupa filament tunggal ataupun jaringan serabut tipis yang berbentuk jala dengan ukuran panjang antara 6 mm sampai 50mm dan memiliki diameter bervariasi. Dalam penelitian ini digunakan Fiber polypropylene yang diproduksi oleh PT.Sika Indonesia dengan merk dagang SikaFibre. Karakteristik dari SikaFibre disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2.3. Karakteristik SikaFibre Karakteristik Fiber polypropylene Berat jenis 0.91 grcm 3 Panjang fiber 12 mm Diameter fiber 18 micron Kuat tarik 300 – 440 MPa Modulus elastisitas 6000 – 9000 Nmm 2 Penyerapan air Nol Titik leleh 160°C 11 Kadar fiber 600 grm 3 beton

II.2.4.1. Pengaruh Fiber Pada Sifat Mekanikal Beton

Dalam jurnalnya yang berjudul “An Experimental Investigation into The Effect of Polypropylene Fibers on Mechanical Properties of Concrete ” oleh E. Mollaahmadi, dkk bahwasannya penggunaan fiber pada beton secara umum dibagi menjadi fiber alami dan sintetis seperti karbon, nilon, polypropylene. Polypropylene fiber digunakan untuk mengurangi retak yang disebabkan oleh penyusutan beton. Polypropylene fiber secara efektif mengatur retak susut plastis pada beton, dan mengurangi lebar retak maksimum, dan jumlah retak. Efek dari fiber ini bergantung pada proporsi terhadap persentase volumenya. Semakin panjang fiber dengan diameter yang sama semakin besar dampaknya terhadap kapasitas lenturnya. Dalam jurnalnya semen, agregat diperoleh dari daerah Yazd, Iran. Karakteristik polypropylene yang digunakan adalah sebagai berikut Tabel 2.4. Karakteristik Fiber Sifat Fiber tebal Fiber biasa Ukuran diameter mm 0.98 0.022 Kuat tarik MPa 240 400 Massa jenis grcm 3 0.88-0.92 0.91 Modulus Elastisitas MPa 5100 8500 Pemanjangan 24.2 12 Bentuk Bergelombang Datar Untuk Mix-design serta berat fiber per volume disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.5. Proporsi Mix Design Air kg Semen kg Pasir kg Agregat kasar kg Superplasticizer kg 178 450 1070 670 6.25 12 Tabel 2.6. Karakteristik dan berat fiber per volume beton No sampel Tipe fiber Ukuran diameter mm Panjang fiber mm Berat fiber kgm 3 PCbeton biasa - - - - F6 Biasa 0.022 6 1.1 F12 Biasa 0.022 12 1.1 F19 Biasa 0.022 19 1.1 T30 Tebal 0.98 30 16.5 T40 Tebal 0.98 40 16.5 Balok sampel yang direncanakan berukuran 10 x 10 x 50 cm. Sampel diletakkan pada perletakan sendi danrol dengan jarak 45 cm dan jarak antar beban adalah 15 cm. Pengukur lendutan ditempatkan pada tengah sampel dan diukur pada setiap pembebanan. Hasil dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.7. Pembebanan pada sampel No sampel Pcr kg Pukg Pc 997.33 - F6 965.33 - F12 928 - F19 806.33 - T30 880 713 T40 1015 1030 Beban ketika pertama kali retak adalah beban retak Pcr dan beban ultimate Pu. Beban ultimate didapat pada sampel yang mengandung fiber polypropylene tebal, karena pada sampel fiber biasa setelah mencapai retak pertama kehancuran terjadi.. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Pcr menurun dengan meningkatnya panjang fiber dalam sampel yang mengandung fiber polypropylene biasa. Hal ini disebabkan retak mikro pada beton yang mempengaruhi kuat lendut. Karena dengan meningkatnya panjang fiber, kelecakan beton menjadi berkurang, dan retak mikro pada beton menjadi meningkat, yang 13 menghasilkan kuat lendut beton menjadi menurun shuan-fa, 2001. Tetapi, pada sampel yang mengandung fiber polypropylene tebal, Pcr meningkat seiring meningkatnya panjang fiber. Dari pencatatan defleksi pada beton saat pertama kali retak, dapat dilihat pada tabel 6. Dengan pemakaian PP fiber defleksi pada keretakan pertama berkurang hingga 139. Tabel 2.8. Penurunan Yang Terjadi No sampel Penurunan mm PC 0.91 T30 0.59 T40 0.38

II.3. Sifat Beton

Beton merupakan material komposit dengan banyak permasalahan. Campuran beton tersebut tidak bias langsung keras tetapi memerlukan proses reaksi yang memakan waktu. Salah satu masalah adalah masing-masing unsur dalam campuran beratnya tidak sama sehingga agregat yang berat cenderung bergerak ke bawah dan air yang ringan cenderung bergerak ke atas. Untuk itu kita perlu mengetahui sifat pada beton.

II.3.1. Beton Segar

Dalam pengerjaan beton segar, sifat penting yang harus diperhatikan adalah kelecakan workability. Kelecakan merupakan kemudahan pengerjaan beton, dimana pada saat penuangan dan pemadatan tidak menimbulkan masalah seperti pemisahan dan pendarahan. Istilah kelecakan dapat didefinisikan dari tiga sifat berikut : a. Kompaktibilitas yaitu kemudahan beton untuk dipadatkan dan mengeluarkan rongga-rongga udara. 14 b. Mobilitas yaitu kemudahan beton untuk mengalir ke dalam cetakan dan membungkus tulangan. c. Stabilitas yaitu kemampuan beton untuk tetap menjadi massa homogen tanpa pemisahan selama pengerjaan. Pada adukan yang tidak stabil, air dapat terpisah dari benda padat, kemudian naik ke permukaan. Fenomena ini disebut pendarahan. Sementara agregat kasar dapat terpisah dari campuran mortar. Fenomena ini disebut pemisahan. Baik Geser Runtuh Gambar 2.1. Pengujian Slump Test

II.3.2. Beton Keras

Nilai kekuatan tekan beton relative tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Beton merupakan bahan yang bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9-15 dari kuat tekannya. Agar beton mampu menahan gaya tarik maka beton diperkuat oleh batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama. Dalam buku Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo 1996 menyatakan bahwa kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan didasarkan pada keadaan : a. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran di antara keduanya. 15 b. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja. c. Angka muai kedua bahan hampir sama dimana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat celcius angka muai beton 0.00001 sampai 0.000013 sedangkan baja 0.000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.

II.3.3. Retak Pada Beton

Dalam pengerjaannya selalu diusahakan agar retak pada beton tidak terjadi. Namun, retak pada beton tetap dapat terjadi. Berikut adalah beberapa jenis retak pada beton : a. Retak Plastis Retak plastis biasanya terjadi sebelum beton mengeras. Diakibatkan oleh terjadinya air yang terpisah dari campuran beton. b. Retak Susut Retak susut diakibatkan oleh air yang terlalu cepat menguap dari beton. Semakin tinggi penguapan yang terjadi, semakin banyak retak susut yang terjadi. c. Retak Susut Jangka Panjang Retak ini sering terjadi pada pengecoran skala besar. d. Retak Rambut Retak rambut terjadi karena permukaan beton memiliki jumlah air yang lebih banyak dari bagian dalam beton. Biasanya terjadi sebelum retak susut. Tabel 2.9. Waktu Muncul Retak Jenis Retak Waktu Muncul Retak Plastis 10 menit – 3 jam Retak Susut 30 menit – 6 jam Retak Susut Jangka Panjang Beberapa minggu Retak Rambut 1 – 7 hari 16

II.4. Tegangan Regangan Beton